Lihat ke Halaman Asli

Rangkul Persatuan Dari Tanah Papua

Diperbarui: 25 Juli 2015   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-“Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan”- Bung Karno

Angin segar perdamaian kembali terhembus di tanah Papua. Tolikara yang sempat diguncang kerusuhan saat perayaan hari raya Idul Fitri 17 Juli 2015 kemarin kini kembali damai. Pihak nasrani maupun muslim telah memilih jalan damai dan menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada kepolisian. Kedua belah pihak melakukan damai dengan cara adat berupa sukuran.

Sukuran tersebut merupakan cara adat di Tolikara dengan menyembelih babi dan nantinya dimakan ramai-ramai, namun pada momen ini babi diganti dengan sapi. Hal tersebut karena umat nasrani mau menghormati saudara muslim mereka yang tidak dibolehkan untuk memakan babi seperti yang diungkapkan Pendeta Marthen sebagai Sekretaris Badan Pekerja GIDI Wilayah Toli yang dimuat dalam salah satu media pada 24 Juli 2015.

Perdamaian ini dimulai sejak Kamis 23 Juli 2015 kemarin di lapangan Koramil. Pendeta Yunus Wenda dari GIDI dan Ustaz Ali Mukhtar saling berpelukan. Yunus meminta maaf karena telah menyakiti hati muslim. Yunus dan Ustaz Ali berharap seluruh warga Tolikara dapat kembali bersatu.

Momen ini pun merupakan stimulus positif sebagai pembangkit semangat persatuan kembali. Tak semua permasalahan harus diselesaikan dengan saling menyalahkan hingga saling menyerang. Jika dengan cukup berjabat tangan dan memaafkan sudah mampu menyelesaikan perselisihan, maka kehidupan harmonis, damai dan tentram di negeri ini pasti terwujud.

Belajar dari masalah Tolikara ini, bangsa ini memang tak akan luput dari aksi perselisihan, sengketa, dan aksi saling serang. Hal ini karena bangsa ini yang sangat beragam. Terlalu banyak perbedaan yang mampu menyulut emosi dan amarah. Tapi apakah dengan keberagaman ini kita tetap tak bisa hidup berdampingan???

Dalam kasus Tolikara ini, sebenarnya sudah lama umat nasrani dan muslim hidup berdampingan. Itu membuktikan bahwa yang berbeda sesungguhnya tak akan berbeda jika bisa saling menghargai dan mehormati. Namun kenapa kemarin terjadi konflik serangan saat umat islam melakukan ibadah sholat Id???

Semua ini karna profokasi-profokasi yang hanya ingin memecah dan mengadu bangsa kita. Membuat kita saling terkotak-kotak berdasarkan ras, suku, agama dan lain-lain. Jangan biarkan kepentingan-kepentingan golongan merusak bhineka tunggal ika yang menjadi semboyan persatuan Negara kita.

Biarkan semua masalah hukum diserahkan pada aparat karena itu memang tanggung jawab meraka. Kita memang Negara hukum namun bukan hak kita menghukum meraka yang salah apalagi menghakimi mereka yang berbeda. Cukup jalin perdamaian untuk persatuan agar tercipta kehidupan damai dan tentram.

 

https://senyumnegeriku.wordpress.com/2015/07/24/rangkul-persatuan-dari-tanah-papua/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline