Lihat ke Halaman Asli

Tolikara, Bukan Saatnya Di Kambing Hitamkan

Diperbarui: 24 Juli 2015   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-“Jadilah generasi muda pemimpin berjiwa besar, cinta damai & lawan penindasan serta pereratlah tali persaudaraan”.- Bung Karno.

Idul Fitri 1436 Hijriah, Jumat, 17 Juli 2015 menjadi mimpi buruk bagi masyarakat Indonesia. Di Kaburaga, Kabupaten Tolikara, Papua, telah terjadi pembakaran kios, rumah, dan sebuah musolah Baitul Mutaqin yang terletak di dekat tempat penyelenggaraan Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) GIDI (Gereja Injil di Indonesia) oleh sekelompok warga.

Kejadian ini mengakibatkan masyarakat begejolak, terutama bagi umat muslim di Indonesia. Banyak media memberitakan bahwa serangan warga GIDI dilakukan setelah muncul surat edaran yang melarang di selenggarakannya ibadah sholat Id di Tolikara. Namun tak lama kemudian media memberitakan bahwa Presiden GIDI menyatakan surat itu tak resmi.

Hal ini seperti yang dimuat dalam Kompas.com, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, pada 13 Juli 2015. Kepala Polres Tolikara Ajun Komisaris Besar Polisi Suroso mendapat surat edaran dari GIDI tersebut. Setelah itu Suroso melakukan koordinasi dengan Presiden GIDI. Presiden GIDI menyatakan surat itu tidak resmi karena tidak disetujui.

Akibatnya Suroso kemudian kembali melakukan kordinasi dengan Bupati Tolikara Usman Wanimbow. Ia memberitahukan jika surat itu tidak resmi. Mengetahui berita tersebut Usman pun kembali mengkomunikasikan kepada panitia acara GIDI perihal surat tersebut dan panitia mengaku telah mendapatkan pemberitahuan pembatalan surat tersebut. Namun nyatanya serbuan warga pun tetap terjadi saat penyelenggaraan sholad id tersebut. Dan setelah diselidiki lebih lanjut ternyata Kapolres Tolikara tidak menerima surat pencabutan atau pembatalan surat sebelumnya dari panitia acara GIDI.

Dari berita di atas diketahui bahwa sebelumnya surat edaran tentang penolakan diselenggarakannya ibadah sholat Id di Tolikara telah diketahui aparat jauh hari sebelum terjadinya serangan, namun karena anggapan bahwa surat tersebut telah dibatalkan maka tim aparat pun berangapan bahwa masalah tersebut sudah beres. Namun melihat dampak kasus tersebut banyak masyarakat menyalahkan pihak keamana yang saat itu merupakan gabungan dari TNI dan Polri karena kecolongan, bahkan BIN pun dianggap lemah dalam kasus ini. Apakah TNI, Polri dan BIN benar-benar kecolongan???

Sebenarnya tak ada yang kecolongan dalam masalah ini. Dimuat dalam media CNN Indonesia, Badan Intelijen Negara (BIN) menjelaskan bahwa 11 Juli 2015 pihak BIN dan aparat telah mengetahui adanya surat edaran berupa pembatasan ibadah Idul Fitri di Tolikara. Namun, Sutiyoso selaku Kepala BIN menjelaskan jika surat tersebut tidak ditandatangani oleh Presiden GIDI. Selain itu pada 13 Juli 2015 sempat dilakukan rapat Muspida Tolikara termasuk di dalamnya Ulama dan Presiden GIDI. Rapat tersebut menghasilkan terjalinnya kesepakatan bahwa sholat Id tetap dilaksanakan. Bahkan kesepakatan tersebut sangat di setujui Presiden GIDI.

Aparat memang telah melakukan antisipasi jauh sebelum masalah terjadi, bahkan tak lama setelah surat edaran ditemukan. Mungkin dalam hal ini jumlah personel aparatnya yang masih menjadi permasalahan hingga mengakibatkan kerusuhan. Hanya dengan 42 personel untuk mengamankan ibadah sholat Id tersebut diperkirakan dapat menjaga lokasi yang sebelumnya sudah diperkirakan aman.

Namun apa boleh buat, saat dilaksanakan ibadah muncul serbuan warga yang diluar kesepakatan sebelumnya. Warga yang datang menyerbu jauh lebih banyak dan semakin banyak. Kapolres Suroso yang saat itu ikut mengamankan lokasi, terpaksa melepaskan tembakan peringatan hingga berujung pada penembakan yang mengakibatkan jatuhnya korban. Salahkah pihak keamanan melakukan tembakan??? Hal tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan pihak kepolisian untuk menanganinya.

Di samping itu, siapakah yang bersalah dalam kasus Tolikara ini??? Akibat TNI, Polri dan BIN kah yang lemah??? Atau karena memang GIDI yang ingin mengganggu muslim di Tolikara??? Bukan itulah yang kita cari sebenarnya. Tak perlu memaksakan siapa yang bersalah dan siapa yang kecolongan. Terlalu lama kita sibuk dengan saling menyalahkan, terlalu jauh kita untuk tetap harus menjaga persatuan. Toh pada kenyataannya semua telah bekerja maksimal untuk mencegah kerusuhan itu terjadi, termasuk aparat TNI, Polri, BIN maupun dari Presiden GIDI.

Yang dibutuh hanya bagaimana memperkuat persatuan bangsa ini agar tak mudah di adu domba. Indonesia memang tercipta dengan wujudnya yang kaya. Kaya akan perbedaan kepercayaa, kaya akan suku, kaya akan budaya, kaya akan Bahasa dan berbagai keindahan lainnya. Maka kita bersyukur menjadi warga Indonesia ini dengan menjaga keberagaman dengan kekuatan persatuan dan kesatuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline