Lihat ke Halaman Asli

Bayu Aristianto

Kuasa atas diri adalah awal memahami eksistensi

Studi Tiru Dinas Perkebunan Kabupaten Timor Tengah Selatan : Sebuah Jalan Merajut Persaudaraan antara Kota Gudek dan Tanah Cendana

Diperbarui: 19 Desember 2024   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta studi tiru Kab. Timor Tengah Selatan ke Pabrik Nata Decoco Bantul ( Sumber : Dokpri)

"Kami datang dari pelosok negeri, bertemu bapak dari tanah jawa. Kami kesini bukan studi banding, tapi sedang studi tiru, karena kami ingin ilmu pemberdayaan petani lokal di kabupaten Timor Tengah Selatan bisa berdaya dan mandiri seperti yang bapak lakukan di sini" ucap Bapak Lif Nenabu, Ketua Rombongan dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Sapa rombongan dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura  dan Perkebunan Kabupaten Timor Tengah Selatan terasa sejuk. Kunjungan dari wilayah Nusa Tenggara Timur ke pabrik manufaktur nata decoco CV. Agrindo Suprafood di Banguntapan Bantul dipenuhi rasa persaudaraan kental, ibarat saudara kembali bersua setelah sekian lama tidak bertemu.

Hadir bersama perwakilan perusahaan dan Dinas Pertanian-Ketahanan Pangan Provinsi DIY, ternyata rajutan persaudaraan semakin kuat ketika seluruh peserta rombongan menunjukan minat luar biasa untuk memahami proses pembuatan Nata Decoco dengan prosedur terstandarisasi. Terlihat peserta melempar pertanyaan berkenaan dengan air kelapa hingga jadi lembaran nata decoco. Tahapan fermentasi pun jadi bahan diskusi, bagaimana bakteri Acetobacter Xylinum dapat hidup dalam kondiri cuaca yang panas? Lalu bahan-bahan pendukung proses fermentasi serta kenapa dalam proses fermentasi dibutuhkan rak-rak dengan ketinggian dan luas tertentu?

Tidak lelah kami memberikan pengetahuan kepada rombongan dari kabupaten Timor Tengah Selatan serta petani-petani lokal yang diikutkan agar mereka mempunyai pengetahuan dasar dan aplikatif. "Nata decoco adalah proses kompleks, melibatkan empat unsur utama, pertama udara, air kelapa, bakteri, dan lingkungan kondusif tempat bakteri hidup" ucap Bapak Sukarno selaku kepala Pabrik memberikan penjelasan.

Perbedaan pola pikir petani antara di Yogyakarta dan di Timor Tengah Selatan mengemuka sebagai bahan diskusi, karena diakui bahwa petani di wilayah pelosok masih berorientasi pada pengelolaan pertaniaan pedesaan, dimana pendekatan ini seringkali hanya melihat  sektor pertanian adalah sektor lapis kedua yang tidak memiliki nilai tambah secara ekonomis, sedangkan petani di wilayah Yogyakarta khususnya telah bertransformasi dalam pendukung ekonomi dan pembangunan masyarakat berkelanjutan, sehingga produk pertanian yang dihasilkan harus mempunyai nilai tambah sebagai bagian dari menumbuhkan daya saing dengan produk-produk serupa.

Oleh sebab itu agenda tersebut dikatakan sebagai studi tiru. Meniru terobosan yang dilakukan oleh petani nata decoco di Yogyakarta, yang kemudian lanjut ke tahapan duplikasi. Hal tersebut untuk melihat kemampuan petani lokal  berupaya memberikan nilai tambah.

Tidak kalah penting kunjungan ini menyiratkan hubungan sosial yang perlu ditanamkan ke seluruh anak bangsa, bahwa indonesia bukan Jawa, namun Indonesia terdiri dari berbagai ragam budaya tersebar hingga pelosok negeri.

Kabupaten Timor Tengah Selatan terletak di pulau Timor, secara geografis dilalui tiga sungai utama yaitu Tuasene, Noelmina, dan Noelmuke, dengan topografi didominasi dataran aluvial dan pegunungan  (Sumber : pemerintah daerah Kab. Timor Tengah Selatan), tidak jauh berbeda dengan wilayah Kabupaten Bantul yang punya corak iklim sedang, sehingga budidaya bakteri penyusun Nata De Coco sebenarnya tidak sulit, hanya membutuhkan kemampuan analisis dan takaran komposisi yang tepat guna. Ini salah satu masukan sekaligus pengetahuan kepada petani di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Akhirul kalam, pertemuan ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa persaudaraan diantara anak bangsa sekaligus bentuk kontribusi bagi peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani di wilayah pelosok Indonesia, agar memiliki pandangan yang jauh lebih luas terhadap budidaya produk pangan yang terstandarisasi dan berkualitas. Dan jauh lebih penting adalah menanamkan saling memberikan kemanfaatan bagi sesama untuk meningkatkan kesejahteraan baik secara ekonomi, budaya, dan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline