Lihat ke Halaman Asli

Bayu Aristianto

Kuasa atas diri adalah awal memahami eksistensi

Menanti Kabinet (Prabowo) Tancap Gas

Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber UGM

Gencar pemberitaan tentang susunan kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto kian hangat. Struktur Kabinet Kerja (Kabinet Zeken) ataukah Kabinet Akomodatif jadi perdebatan alot ditengah masyarakat hari ini.

Di sisi lain, Kabinet merupakan kawah candradimuka, sebagaimana kisah pewayangan, yaitu Gatot Kaca tokoh terkuat dalam mitologi Jawa, bersemedi berdiam diri / kontemplasi di tempat yang dinamakan kawah candradimuka, supaya menempa kepribadian lebih bagi untuk kemaslahatan manusia.

Agar Kabinet digunakan sepenuhnya bagi pelaksanaan seluruh visi-misi Presiden terpilih dalam lima tahun kedepan.

Asumsinya sederhana, dengan kabinet Zaken berisikan kelompok teknokrat atau kabinet akomodatif terdiri dari perwakilan parpol pendukung / koalisi yang bisa menentukan stabilitas politik ditengah upaya partai opisisi nantinya akan selalu mengoreksi kebijakan-kebijakan pemerintahan baru.

Adapun memperhadapkan secara diametral antara kabinet Zeken dan Kabinet Akomodatif sejatinya tidak elok dan kurang proporsional. 

Dinamika politik di era milenial, menempatkan kompetensi dan kepatutan sebagai gerbang utama dalam memilih pejabat publik, disamping penerimaan secara politis juga memegang kunci agar pelaksanaan program pemerintahan (baca : kementerian) berjalan sesuai dengan visi presiden terpilih.

Sudah barang tentu, kepemimpinan Presiden Prabowo dan wakilnya Gibran, dinanti oleh masyarakat Indonesia baik yang memilihnya atau tidak. Siapapun orangnya, dibutuhkan kemampuan analisis kinerja dan insting seorang pemimpin, guna menunjuk pembantu-pembantunya dalam lima tahun ke depan.

Karena untuk mengerakkan mesin birokrasi dan lembaga kementerian dalam kerangka mengejewantakan program Presiden, membutuhkan konsep meritokrasi yang memadai dan sesuai dengan kompetensi. 

Jangan sampai euforia kita tentang kabinet Zeken adalah kabinet terbaik, namun diisi oleh orang yang tidak tepat, akan jauh menyulitkan presiden, begitupun sebaliknya, sikap antipati terhadap kabinet akomodatif sebagai lumbung berbagi "kue kekuasaan" hanya akan terus membuat pandangan rakyat semakin kerdil, kurang daya kritis, dan gesekan nalar yang tidak produktif.

Jurus meramu dan meracik kabinet adalah batu ujian pertama presiden terpilih Prabowo-Gibran, tentu saja hak prerogatif presiden tidak dapat dikesampingkan, sebab hal tersebut telah melekat sebagai simbol kepemimpinan tertinggi di negeri ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline