"Investasi, langkah awal menapaki tangga kesuksesan dan kemerdekaan finansial", diktum demikian boleh jadi benar bagi kebanyakan kita, bahkan syarat mujarab mengobati kemiskinan dan kesenjangan sosial. Ekonomi modern kini digerakan oleh valuasi dan capital gain, meskipun disadari bahwa ukuran profitabilitas asset masih menjadi indikator kesehatan finansial terpenting lainnya. Investasi mengharuskan kita "percaya" bahwa kondisi masa depan akan lebih baik (better than tomorrow), disamping adanya resiko penurunan nilai asset/terkontraksi akibat fundamental pasar yang mengalami pasang surut, investor dituntut untuk bare your risk dengan kemampuan literasi finansial mumpuni.
Ini keniscayaan tentang investasi berjalan lurus dengan perbaikan kehidupan, tetapi kita lupa bahwa pengelolaan keuangan bukan hanya memperbincangkan prosentase asset, diversifikasi portofolio (don't put your egg in on basket), atau kemampuan intuitif dan akademik pada aspek teknikal maupun fundamental pasar, persoalan tentang bagaimana kondisi mental mengelola kekayaan, membelanjakan uang untuk gaya hidup, memamerkan asset / flexing, keinginan semu sebagai filantropis sosial demi kepentingan ego, dan kebodohan perangai akibat pengaruh uang dan kekayaan adalah sub tema yang jarang kita pahami secara serius.
Seseorang yang memiliki Kecerdasan finansial tidak selalu pandai secara mental / psikologi membelanjakan uang, hal ini disebabkan literasi keuangan berbeda dengan kondisi mental. Karya Morgan Hausel, the Psychology of Money, membongkar kotak pandora yang selama ini tersembunyi tentang ketamakan dan kebahagiaan.
Diawal Hausel menyajikan argumentasi bahwa term of reference dan term of experience anda tentang uang hanya 0,00000001% dari seluruh kejadian di dunia, tapi mungkin anda percaya bahwa 80% pengalaman tersebut mengambarkan cara kerja dunia sebenarnya (your personal experiences with money make up maybe 0,00000001% of what's happened in the world, but maybe 80% of how you think the world works).
Setiap manusia lahir dengan kondisi dan peristiwa global yang berbeda-beda, orang yang tumbuh dalam kemiskinan berpikir tentang resiko dan imbalan dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh anak yang terlahir kaya.
Orang yang tumbuh ketika inflasi tinggi akan memiliki pandangan tentang investasi yang tidak dimengerti oleh mereka yang terlahir ketika kondisi ekonomi stabil.
Singkatnya kita memiliki pengetahuan tentang uang dipengaruhi oleh kepercayaan dan kondisi dimana kita hidup dan bagaimana kita menjalani hidup. Itu penting dikarenakan masih banyak prakiraan tentang pengelolaan keuangan yang dilakukan dengan penyeragaman dan penyesuaian yang berawal dari asumsi bahwa pengetahuan tentang uang adalah sama.
Pada bab lainnya, Hausel mengkritik pemahaman anda tentang kekayaan dengan ilustrasi paradoks orang dalam mobil. Uang punya banyak ironi, karena sesungguhnya kekayaan adalah apa yang tidak terlihat.
Ibarat seseorang yang ada dalam mobil mewah Ferrari, Porsche, atau Jaguar, maka secara intuitif anda akan membayangkan atau berimajinasi memiliki kendaraan tersebut. Pikiran kita tentang siapa yang mengendarai mobil tersebut sesungguhnya tidak penting. Karena yang terjadi adalah keinginan merasakan sensasi memiliki kekayaan berupa asset bernilai jutaan dollar tersebut.
Ironinya menurut Hausel adalah memiliki kekayaan (wealthy) dan kaya (rich) adalah dua hal yang berbeda. Semakin intens uang dibelanjakan untuk barang-barang bernilai tinggi yang terjadi adalah uang anda akan berkurang, hanya prestisius dan sanjungan semu yang didapatkan, sedangkan anda yang menyimpan uang dan tidak membelanjakan sesuatu yang tidak bernilai kemanfaatan dan kebaikan, sebenarnya jauh lebih baik karena yang terjadi anda telah memiliki kekayaan.
Nasehat sederhana dalam pengelolaan uang dan memiliki kekayaan adalah membelanjakan uang yang ada miliki dan tidak membelanjakan uang yang anda tidak miliki.
Hausel yang berlatar belakang sebagai investor dan konsultan finansial di banyak Lembaga modal ventura di Amerika, lebih memahami bahwa kebangkrutan seseorang banyak disebabkan oleh ketamakan dan kebodohan memahami ironi uang dan kekeliruan preferensi tentang definisi kekayaan.
Karya Hausel terasa menjawab dinamika kekinian, saat gejolak ekonomi global mengalami fluktuasi, terpaan badai pandemi, gelembung ekonomi digital, distrupsi pemikiran dan cara pandang kita tentang teknologi, kemudahan dan aksestabilitas keuangan tanpa batas, kejahatan financial-cyber, dan gelombang pemutusan hubungan kerja perusahaan digital.