Lihat ke Halaman Asli

Harmoni, Bentuk Struktur Lagu, dan Ekspres

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


  1. HARMONI

Harmoni dapat diartikan sebagai ilmu untuk menyusun dan menyambung akor-akor. Harmoni juga dapat dikatakan paduan nada, yaitu paduan bunyi nyanyian atau permainan musik yang menggunakan dua nada atau lebih yang berbeda tinggi nadanya dan dibunyikan secara serentak. Akor dapat diartikan sebagai susunan nada yang terdiri dari tiga nada (triad) atau lebih yang dibunyikan secara bersama sekaligus. Tiga nada itu yaitu: nada alas (prime), ketiga (terts), dan kelima (kwint). Triad atau akor trinada merupakan sumber akor, nada paling bawah disebut nada alas atau not alas yang dirangkai dengan nada-nada yang selaras (terts dan kwint).

Cara memainkan secara urut disebut memainkan akor secara dasar. Akor didirikan dari tangga nada mayor dan minor. Pendirian akor pada tangga nada minor, urutan nada naik dibaca atau dinyanyikan dengan urutan minor harmonis, yaitu 6, 7, 1 2 3 4 5 6 dan ketika turun dibaca sesuai tangga nada minor asli, yaitu 6 5 4 3 2 1 7, 6,

Cara mendirikan akor adalah mengambil nada alas (apa saja), kemudian terts dan kwint. Cara pendirian demikian akan menghasilkan jenis akor :

1.Akor mayor berinterval 2 + 1 ½

2.Akir minor berinterval 1 ½ + 2

3.Akor berkurang 1 ½ + 2

4.Akor berlebih 2 + 2

Perkembangan akor tirinada dapat divariasikan, misalnya dengan membalik urutan nada yang disebut akor balikan atau inversi. Akor inversi (akor balikan), artinya nada dalam akor dapat dibunyikan tidak harus urut sesuai urutan tangga nada. Akor inversi biasanya tidak dapat digunakan pada puncak atau penutup lagu. Akor balikan bas dibunyikan bukan pada nada alas, tetapi pada nada terts atau kwint.

1.Akor tingkat I namanya akor Tonika

2.Akor tingkat II namanya akor Super Tonika

3.Akor tingkat III namanya akor Median

4.Akor tingkat IV namanya akor Sub Dominan

5.Akor tingkat V namanya akor Dominan

6.Akor tingkat VI namanya akor Sub Median

7.Akor tingkat VII namanya akor Leading Tone (sub tonik)

Akor dapat dikelompokkan menjadi akor primer (Tonika, Sub Dominan dan Dominan), akor sekunder (Median, Super Tonik, dan Sub Median), akor janggal (septim, vorhalt). Akor dapat berakhir di T, S, dan D pada akhir kalimat atau frase, gerak akor mengakiri lagu disebut kadens. Macam kadens antara lain; otentik, tak sempurna, sub dominan, plagal, dan sempurna.

Sajian musik atau tekstur dapat berujud: unisono, homofoni, polifoni, kannon, dan diskan. Unisono adalah suatu bentuk sajian yang semua anggota menyajikan melodi yang sama dari awal sampai akhir lagu. Sajian yang disampaikan adalah suara tunggal atau lagu pokok sehingga lagu yang disajikan secara unisono gema paduannya benar – benar menyentuh perasaan pendengarnya. Homofon merupakan suara serempak yang dimulai bersama dan menutupnya secara bersama – sama pula. Sajian homofon dapat dilakukan dalam dua suara, tiga suara, atau empat suara. Oleh karena lagu pokok hanya dipegang salah satu jalur suara, maka suara – suara lain harus menyadari bahwa mereka berfungsi membantu pemegang melodi lagu pokok. Polifoni merupakan penyajian lagu yang terdiri dari berbagai jalur suara, tiap jalur nampak seakan – akan berjalan tanpa memperhatikan harmoni namun secara keseluruhan tetap merupakan satu kesatuan yang harmonis. Hal yang dapat dirasakan ialah keindahan melodi dari tiap jalur suara biasanya lebih baik, jika dibandingkan dengan bentuk serempak seperti biasanya. Kannon merupakan bentuk penyajian lagu dimana penyanyi dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan ketentuan lagunya. Tiap kelompok menyanyikan sebuah lagu yang sama secara bergantian dengan selang waktu yang ditentukan. Penyajian menyanyi bentuk ini tidak dapat dilakukan pada sembarang lagu. Bentuk ini hanya sesuai untuk lagu – lagu tertentu yang memang berjenis kanon. Lagu telah disusun sedemikian rupa, sehingga memungkinkan penyajian secara kanon. Diskan merupakan merupakan melodi sisipan dengan teks bebas yang berupa kalimat, kata, suku kata atau senandung. Penyajian bentuk ini pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian lagu pokok dan diskan. Bagian lagu pokok dapat berbentuk satu suara atau lebih, tetapi tetap membawakan lagu dan teks pokok, sedangkan bagian diskan merupakan melodi sisipan dengan teks bebas. Paduan akhir merupakan paduan yang diletakkan pada not terakhir, satu birama terakhir, atau dapat dikembangkan satu kalimat musik terakhir.

Paduan suara merupakan bentuk penyajian musik, khususnya menyanyi dibawakan oleh lebih dari satu orang. Adapun macam – macam paduan suara, yaitu :

a.Paduan kecil; duet, trio, kwartet, kwintet, sekstet, septet, oktet.

b.Group vokal; biasanya mengusahakan sendiri pengelolaan lagu dan iringannya sedapat mungkin tanpa bantuan dari luar. Group ini tidak perlu dirigen.

3. Paduan suara; ciri yang menonjol adalah diperlukannya seorang dirigen, untuk memperoleh kepaduan dalam penyajian lagu.

4.Paduan besar; biasanya melibatkan ratusan atau ribuan orang tetapi masih dipimpin oleh seorang dirigen, hanya saja dalam latihan ditangani oleh beberapa dirigen pembantu (latihan terpisah-pisah dalam kelompok kecil).

Paduan suara bisa merupakan bentuk penyajian yang memadukan vokal dan instrumental. Vokal yaitu memakai pita suara di dalam mulut kita sebagai sumber suara. Cara ini disebut bernyanyi. Instrumental yaitu memakai alat musik atau instrumen sebagai penghasil suara ( nada atau bunyi ).

Untuk membuat aransemen paduan suara, diperlukan pengetahuan tentang wilayah suara manusia dan batas suara manusia, meskipun relatif dengan menyelinap 1 atau 2 nada. Keempat jenis suara manusia sopran, alto, tenor, dan bas dapat dipadukan dalam bermacam – macam kombinasi. Harmoni dua suara yaitu suatu lagu yang dinyanyikan dalam dua suara oleh dua orang (duet) atau lebih (paduan suara). Harmoni dua suara dapat berupa motus rectus, motus contraritus dan motus obliqus.

Lagu sering berganti nada dasar baik di tengah atau diakhir lagu, perpindahan nada dasar lagu disebut modulasi. Hal ini berarti didalam lagu tersebut terjadi perubahan tangga nada ataupun nada dasar beberapa birama yang terdapat di awal, tengah, dan akhir lagu. Pertukaran ini biasa terjadi dari tangga nada mayor ke minor atau sebaliknya. Modulasi dapat ke tingkat IV, V, dan mayor atau minor senama. Modulasi empat macam itu disebut perkeluargaan tangga nada.

Agar lagu dapat dinyanyikan oleh seluruh audiens dengan berbagai macam latar belakang, misalnya : kemampuan musik, wilayah suara, maka lagu kadang perlu disesuaikan atau diubah yang disebut ditransposisi. Transposisi meliputi not musik ke angka, not angka ke not musik, not musik ke musik sama kunci, not musik ke not musik lain kunci.


  1. BENTUK/STRUKTUR LAGU DAN EKSPRESI

Bentuk / struktur lagu adalah susunan serta hubungan antara unsur musik dalam suatu lagu sehingga menghasilkam suatu komposisi atau lagu yang bermakna. Sedangkan yang dimaksud dengan komposisi adalah mencipta lagu (Atan Hamdju, 1989). Dasar pembentukan lagu mencakup pengulangan satu bagian lagu (repetisi), pengulangan dengan berbagai perubahan (variasi, sekuen), atau penambahan bagian yang baru yang berlainan atau berlawanan (kontras), dengan selalu memperhatikan keseimbangan antara pengulangan dan perubahannya. Sedangkan untuk memahami struktur lagu dapat diperbandingkan dengan struktur kalimat dalam bahasa, yaitu : huruf (not), kata (motif), frase (frase), kalimat (kalimat musik), bait (alinea), lagu ( karya).

Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat musik. Lagu yang paling sederhana terdiri dari empat atau delapan birama. Beberapa bagian lagu yaitu:

1. Struktur lagu:

a.Motif: bentuk pola irama dan melodi yang pendek tetapi mempunyai arti. Motif berguna memberi arah tertentu pada melodi yang memberi hidup pada suatu komposisi.

b.Frase ialah bagian dari kalimat musik seperti halnya bagian kalimat dalam bahasa. Dalam syair lagu frase menunjukkan ketentuan diucapkan dalam satu tarikan nafas. Frase dan kalimat musik terdiri dari dua bagian yang saling melengkapi, yaitu anteseden dan konsekuen

c.Kalimat musik adalah bagian dari lagu yang biasanya terdiri dari 4 – 8 birama. Kalimat musik terbentuk dari sepasang frase dan dua kalimat musik atau lebih akan membentuk lagu.

d. Teknik pernapasan (frasering)

e.Bentuk pengulangan sebagian (repetisi), pengulangan bervariasi (variasi, sekuens) penambahan baru yang berlawanan ( kontras ). Pengulangan tersebut terjadi baik dalam pengulangan motif, frase, maupun kalimat.

2.Bentuk lagu terdiri dari lagu tunggal, biner, dan ternair

a.Lagu bentuk I atau tunggal à A atau AA: Lagu ini pada dasarnya terdiri satu bagian atau bila terpaksa terdiri dari dua bagian, maka bagian ke dua merupakan perulangan atau repetisi saja yang mana bait dua tidak ada perubahan dan hanya mengulanga atau mengubah syairnya saja, jika ada perbedaan hanya kecil, misalnya pada akhir lagu.

b.Lagu bentuk II atau biner àA B : AAB:Lagu bentuk ini terdiri dari dua bentuk, pada bait pertama berbeda dengan bentuk yang ke dua. Lagi ni dapat berakhir pada bentuk ke dua (B), tanpa ada paksaan untuk kembali ke bait I (A).

c.Lagu III atau ternair à AABA, AABABA, ABC: bisa menyerupai bentuk biner tetapi tidak berhenti diakhir bagian II (B), sehingga memaksa kembali ke bentuk I, atau bisa juga terdiri dari tiga bentuk yang biasanya termasuk lagu tingkat tinggi.

3.Ekspresi

Ekspresi merupakan ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup semua nuansa tempo, dinamik dan warna nada dari unsur-unsur pokok musik dalam pengelompokkan frase (frasering) yang diwujudkan oleh seniman musik atau penyanyi atau disampaikan pada pendengarnya. Unsur ekspresi dalam musik terdiri dari tempo atau tingkat kecepatan musik, dinamik atau tingkat volume suara atau keras lunaknya suara dan warna nada tergantung dari sumber bunyi serta gaya atau cara memproduksi nada.

Tempo adalah kecepatan lagu dan perubahan-perubahan kecepatan lagu. Dinamik adalah tanda untuk menyatakan tingkat volume suara atau keras lunaknya serta perubahan keras lunaknya. Warna nada adalah ciri khas bunyi yang terdengar bermacam-macam, yang dihasilkan oleh bahan sumber bunyi yang berbeda-beda dan yang dihasilkan oleh cara memproduksi nada yang bermacam-macam pula.

Warna nada dapat ditinjau dari alat musik ( suara manusia, alat musik berdawai, tiup logam, tiup kayu, perkusi, dan keyboard ) dan cara memproduksi nada (legato, stacato, vibrato, dan sebagainya).

Kelompok suara manusia dibedakan atas:


  1. Jenis suara tinggi: sopran (wanita), tenor (pria)
  2. Jenis suara sedang: meso sopran (wanita) dan baritone (pria)
  3. Jenis suara rendah: alto (wanita) dan bas (pria)

Alat musik berdawai contohnya gitar, biola, cello, bas, harpa, kecapi, rebab. Alat musik tiup logam misalnya terompet, tuba, dan horn perancis. Alat musik tiup kayu misalnya suling, clarinet, saxofon, obo, dan oasun. Alat musik perkusi misalnya Glokenspiel, Silofon, Timfani, dan perkusi tak bernada. Alat musik keyboard misalnya piano dengan dawai, organ dengan pipa-pipa atau elektro, akordeon, dan pianika.

Produksi nada pada alat musik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sehingga menghasilkan warna suara yang berbeda – beda, sesuai dengankeinginan yang membunyikannya. Beberapa tekhnik memproduksi nada seperti :


  1. legato; membunyikan melodi dengan nada – nada yang tersambung halus dan lancar
  2. stacato; memperpendek bunyi nada – nada sehingga terputus – putus
  3. arpegio; memainkan nada – nada skor secara berurutan dimulai dari nada terendah
  4. glisendo; memainkan tangga nada cepat dengan gerak meluncur, biasanya pada piano atau harpa.
  5. vibrato; menyanyi dengan perubahan berkala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline