Hampir setiap tahun saya membuat soto Banjar terutama saat Lebaran. Resep ini sebenarnya tidak murni peninggalan dari nenek saya. Ada juga hasil melihat resep dari buku dan yang beredar di internet. Dari sana saya melihat ternyata ada yang berbeda dengan resep keluarga.
Misalnya kami tidak menggunakan pekak atau bunga lawang. Kami menggunakan bawang putih halus bukan bawang putih iris. Jeruknya bukan jeruk nipis, tetapi limau kuit. Rasanya lebih segar. Selama ini saya belum pernah menemukan di Yogya atau Jakarta. Saya pernah tinggal 8 tahun di Yogyakarta.
Almarhumah Nenek saya dulu koki di Asrama BLPP Binuang sekarang bernama BBPP (Balai Besar Pelatihan Pertanian). Beliau yang belanja, merancang menu, dan ekskusi memasak. Kadang untuk ratusan orang. Memasaknya zaman dulu menggunakan kayu. Terbayang rasanya, lebih sedap, tentu saja sekarang sudah jarang orang memasak menggunakan kayu. Beliau kalau membuat Soto Banjar tidak menggunakan ketupat tetapi aronan nasi yang ditekan hingga menjadi seperti lontong.
Sayang bakat nenek tidak menurun ke saya.Tapi paling tidak bisa masak Soto Banjar, anak-anak sudah senang. Sebab di Jakarta jarang yang jual kuliner ini. Walau tidak mudik ke Banjarmasin paling tidak merasakan kulinernya.
Bahan Soto Banjar
20 porsi
Ketupat dari Nipah (Biasanya saya memasak ketupat 10 buah sekaligus menggunakan panci besar) bisa juga diganti dengan nasi. Kalau diganti nasi maka disebut nasi sop. Padahal kuahnya sama dengan soto Banjar. Ukuran ketupat sekitar sekitar 14 cm
1 ekor Ayam kampung besar atau 2 ekor ukuran kecil
Air 10 liter
Bahan untuk Perkedel
Singkong 1 kg
Minyak untuk menggoreng perkedel
Telur 1 biji
Daun bawang
Bumbu kuah Soto Banjar