[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Ketua MUI Pusat, Prof. Dr. Umar Shihab, MA (kanan) sedang membedah bukunya yang berjudul Kapita Selekta Mozaik Islam di Auditorium Kampus UIN Alauddin Makassar, Samata, Gowa, Rabu (17/12/2014). Umar Shihab berpesan, perbedaan jangan sampai menjadi sumber perpecahan di kalangan umat islam. "][/caption]
MAKASSAR – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. Dr. Umar Shihab, MA baru saja meluncurkan bukunya “Kapita Selekta Mozaik Islam: Ijtihad, Tafsir, dan Isu-Isu Kontemporer” di Auditorium Kampus UIN Alauddin Makassar, Samata, Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (17/12/2014).
Dalam peluncuran tersebut hadir beberapa tokoh nasional, diantaranya, Mantan Menteri Agama RI, Prof. Dr. Quraish Shihab, Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA, dan Cendekiawan Muslim, Prof. Dr. Alwi Shihab.
Launching buku tersebut turut dihadiri pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, Prof. Dr. Muh. Ghalib, MA dan Drs. Renreng Tjolli, M.Ag. Sedangkan DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengutus ketuanya, Ir. Chriswanto Santoso, M.Sc, dan Drs. Hidayat Nahwi Rasul, M.Si, Wakil Sekjen, Hasyim Nasution, SE, dan Dept. Hukum, Rioberto Sidauruk, SH sebagai peninjau dalam bedah buku tersebut.
Dalam sambutannya, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. A. Kadir Gassing, HT, M.S menyatakan kebanggaannya dapat menghimpun cendekiawan di kampus yang ia pimpin.
“Karena ini pertama kali, kita bisa menghimpun cekdekiawan bergabung dengan birokrat Kementerian Agama,” imbuh Qadir dihadapan ratusan mahasiswa UIN Alauddin.
Qadir Gassing mengharap bedah buku tersebut dapat member nilai positif bagi universitasnya. “Mari kita menggunakan momentum ini untuk “menguras ilmu” pemateri agar menurun kepada kita dan mewarnai perjalanan UIN Alauddin sekarang dan seterusnya,” kata Qadir.
Dalam pemaparannya, Umar Shihab menjelaskan, perbedaan mahzab bukanlah satu perpecahan, tapi ikhtilaf. “Adapun ikhtilaf adalah rahmat,” terang alumni pertama Fakultas Syariah IAIN Alauddin tersebut.
Saat memberikan pandangan tentang buku terbitan Mizan tahun 2014 tersebut, Quraish Shihab mengatakan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. “Perbedaan adalah kehendak Allah SWT. Setiap usaha pemaksaan penyatuan pendapat akan melahirkan perpecahan,” sebutnya.
Sedangkan Azyumardi Azra di dalam makalahnya, memberikan refleksi terhadap buku Umar Shihab.
“Penting sekali mencermati pemikiran Umar Shihab bahwa perbedaan diantaramufassir, ulama pemikir dan cendekiawan muslim yang berimbas pada ormas-ormas islam yang berbeda harus disikapi secara bijak, santun dan beradab sesuai dengan prionsip akhlak mulia,” tulis Azyumardi Azra. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H