[caption id="" align="aligncenter" width="535" caption="Smart menggunakan smartphone, kliknklik.com "][/caption] Pernahkah Anda melihat seseorang yang tersenyum seorang diri saat berhadapan dengan smartphone (ponsel cerdas) miliknya? Pemandangan ini, salah satunya, kita jumpai di bandara. Orang-orang sibuk menatap layar ponsel cerdasnya. Jari-jemari bergerak lincah untuk membuka aplikasi tertentu. Kendati saling berdekatan, tak sepatah kata keluar dari lisan mereka. Tidak ada interaksi antara satu dengan yang lain. Tidak ada obrolan santai. Semuanya sibuk meng-upload status atau mengecek notifikasi yang masuk di kotak inbox. Itulah pemandangan umum yang akhir-akhir ini kerap kita jumpai. Sadar atau tidak, smartphone telah mengubah pola hidup masyarakat. Dalam konteks kekinian, kehidupan kita mulai mengarah pada sifat individualistik. Lebih jauh, jika menengok hasil survei, pengguna smartphone terbanyak ialah kawula muda. Menurut Survei Nielsen tahun 2013, pengguna smartphone terbesar di Indonesia berada pada rentang usia 18-24 tahun. Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 55 persen. Sedangkan pada rentang usia 25-34 tahun, jumlah pengguna smartphone sebanyak 44 persen. Adapun pada rentang usia 35-44 tahun, pengguna smartphone mengerucut pada angka 32 Persen. Artinya, semakin tua seseorang, semakin sedikit yang menggunakan gadget. Lalu, apa saja aktivitas para pengguna ponsel pintar terhadap gadget mereka? Indonesia Smartphone Consumer Insight pada Mei 2013 melaporkan, chatting menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan. Angkanya terbilang fantastis karena mencapai 90 persen. Aktivitas penjelajahan situs/website menempati posisi kedua dengan angka 71 persen. Sedangkan berjejaring sosial menjadi aktivitas ketiga terbanyak dengan porsi 64 persen. Tren yang berkembang saat ini ialah tak sedikit pengguna ponsel cerdas yang belum bisa menggunakan perangkat mereka dengan smart. Pengguna smartphone lebih banyak membuang waktu dengan gadget tanpa tujuan yang jelas. Para anak muda lebih senang berkomunikasi dengan teman di dunia maya dari pada berinteraksi secara langsung dengan “orang-orang nyata” yang ada di sekitar mereka. Sehingga muncul anekdot, smartphone itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Hal ini berimplikasi pada hilangnya kepekaan sosial. Memang tak dapat dipungkiri, smartphone sengaja dibuat untuk mempermudah pekerjaan manusia. Tak dapat dibantah, smartphone memperlancar komunikasi dan penyebaran informasi. Namun, disisi lain, jika tidak digunakan secara bijak, smartphone dapat memperalat penggunanya. Akhir-akhir ini muncul beberapa kasus dimana smartphone berhasil “memperdaya” penggunanya. Dilaporkan, seorang ibu rumah tangga yang asyik bersosial media melakukan tindakan tidak terpuji terhadap anaknya. Ia tega mencekik buah hatinya sebab tangisan anaknya mengganggu aktivitas sosial medianya. Penulis pun baru saja mendengar sebuah cerita dari seorang bapak. Ia bercerita, suatu ketika ia baru saja mengantar anaknya disalah satu SD di Kota Makassar. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada pasangan suami isteri yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Disaat bersamaan, anak mereka yang masih kecil berlari-lari di pinggir kanal. Kedua orang tua itu tidak sadar bahwa buah hati mereka dalam keadaan bahaya. Dalam hati, sang bapak berkata, “Bagaimana kalau anak ini sampai jauh ke kanal?” Untung saja, hal tersebut tidak sampai terjadi. Kasus yang bermunculan, banyak orang yang lupa waktu karena smartphone. Seseorang tidak sadar menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membaca notifikasi yang masuk melalui akun Facebook, Twitter, BlackBerry Messenger (BBM), Line, atau WhatsApp. Waktu yang seharusnya untuk bekerja atau istirahat tidak digunakan sebagaimana mestinya. Terbukti, kasus dimana seseorang mengurung diri di dalam kamar agar tidak terganggu saat meng-update status. Tak terkecuali, seseorang lupa shalat karena fokus pada gadgetnya. Karenanya, para pengguna gadget harus pintar menggunakan ponsel pintarnya. Pengguna smartphone harus “mengerem” diri saat berhadapan dengan gadgetnya. Hemat penulis, setidaknya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan smartphone. Pertama, kita harus pandai menentukan waktu yang tepat dalam ber-smartphone. Jangan sampai kesibukan bersosial media menguras waktu dan biaya. Waktu luang yang seharusnya dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, terbuang sia-sia. Waktu terbuang percuma untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Disaat yang bersamaan, waktu yang seharusnya dicurahkan untuk keluarga, habis terbuang karena fokus pada smartphone. Kedua, pengguna smartphone harus pandai memilih tempat yang tepat dalam menggunakan smartphone. Tidak sedikit orang yang mengutak-atik handphone saat menyeberang jalan. Hal ini membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, dalam menggunakan smartphone, khususnya dalam bersosial media, netizen harus menyaring konten yang ada. Teliti Sebelum Mengeklik Di sosial media, berseliweran informasi yang belum jelas kebenarannya. Hoax (berita bohong) dengan cepat menyebar bak cendawan dimusim hujan. Jika tidak pandai menyeleksi informasi, kita akan mudah terjebak pada berita dusta tersebut. Jangan sampai kita ikut-ikutan memposting berita tersebut di akun Facebook, Twitter, WhatsApp, BlackBerry Messenger (BBM), Line atau semacamnya. Padahal, Allah SWT sudah mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap kabar yang diterima. Allah SWT telah berfirman di dalam Alquran Surah Al-Hujurot (49) ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman, ketika orang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu kabar, maka kalian telitilah, jangan langsung menerimanya. Jika kalian tidak meneliti, maka kalian terpengaruh pada kaum yang bodoh dan kalian akan menyesal pada apa-apa yang kalian kerjakan”. Ayat ini mengingatkan kita untuk berpikir 1000 kali sebelum mem-forward informasi kepada orang lain. Konfirmasi (tabayyun), check and recheck, klarifikasi dan verifikasi data adalah adalah hal yang mutlak yang harus dilakukan. Jangan langsung percaya pada informasi yang diterima. Apalagi berita tersebut menyangkut kejelekan pribadi orang lain. Bila informasi jelek yang kita terima tersebut memang benar adanya, lalu kita sebarkan, maka sama halnya kita melakukan ghibah. Dalam suatu hadis dijelaskan, orang yang ghibah (menceritakan kejelekan orang lain), dihari kiamat nanti kebaikannya akan Allah SWT berikan kepada orang yang diceritakan. Jika ia tak punya kebaikan, maka ia akan menerima dosa dari orang yang di dunia ia buka aibnya. Kita memahami bahwa tulisan adalah representasi dari ucapan. Tulisan itu mewakili lisan. Artinya, baik ucapan maupun tulisan yang belum dikonfirmasi kebenarannya tidak boleh langsung disebarkan kepada orang lain. Apalagi dengan adanya media sosial saat ini, suatu tulisan dapat dengan mudah menyebar ke seluruh penjuru dunia hanya dalam hitungan detik. Pada kesimpulannya, menggunakan smartphone harus secara bijak. Kita harus pandai memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menggunakan smartphone. Disamping itu,butuh kehati-hatian dalam menyikapi informasi yang kita terima setiap saat. Be smart with your smartphone. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H