Lihat ke Halaman Asli

Madin

Guru

Inilah Alasan Mengapa Harus Smart Menggunakan Smartphone

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smart menggunakan smartphone, kliknklik.com

[caption id="" align="aligncenter" width="535" caption="Smart menggunakan smartphone, kliknklik.com "][/caption] Pernahkah  Anda  melihat  seseorang  yang  tersenyum  seorang  diri  saat  berhadapan dengan smartphone (ponsel cerdas) miliknya? Pemandangan ini,  salah satunya, kita jumpai  di  bandara.  Orang-orang  sibuk  menatap  layar  ponsel  cerdasnya.  Jari-jemari bergerak  lincah  untuk  membuka  aplikasi  tertentu.  Kendati  saling  berdekatan,  tak sepatah kata keluar dari lisan mereka. Tidak ada interaksi antara satu dengan yang lain. Tidak  ada  obrolan  santai.  Semuanya  sibuk  meng-upload  status  atau  mengecek notifikasi yang masuk di kotak inbox. Itulah pemandangan umum yang akhir-akhir  ini  kerap kita  jumpai.  Sadar atau tidak, smartphone  telah  mengubah  pola  hidup  masyarakat.  Dalam  konteks  kekinian, kehidupan kita mulai mengarah pada sifat individualistik. Lebih  jauh,  jika  menengok  hasil  survei,  pengguna  smartphone  terbanyak  ialah kawula muda. Menurut Survei Nielsen tahun 2013, pengguna smartphone terbesar di Indonesia berada pada rentang usia 18-24 tahun. Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai  55 persen.  Sedangkan pada rentang usia  25-34 tahun,  jumlah pengguna smartphone sebanyak 44 persen. Adapun pada rentang usia 35-44 tahun, pengguna smartphone  mengerucut  pada  angka  32  Persen.  Artinya,  semakin  tua  seseorang, semakin sedikit yang menggunakan gadget. Lalu,  apa  saja  aktivitas  para  pengguna  ponsel  pintar  terhadap  gadget  mereka? Indonesia Smartphone Consumer Insight pada Mei 2013 melaporkan, chatting menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan. Angkanya terbilang fantastis karena mencapai 90 persen. Aktivitas penjelajahan situs/website menempati posisi kedua dengan angka 71 persen. Sedangkan berjejaring sosial menjadi aktivitas ketiga terbanyak dengan porsi 64 persen. Tren yang berkembang saat ini ialah tak sedikit pengguna ponsel  cerdas yang belum bisa  menggunakan  perangkat  mereka  dengan  smart.  Pengguna  smartphone  lebih banyak membuang waktu dengan gadget tanpa tujuan yang jelas. Para anak muda lebih senang berkomunikasi dengan teman di dunia maya dari pada berinteraksi secara langsung dengan “orang-orang nyata” yang ada di sekitar mereka. Sehingga muncul anekdot, smartphone itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Hal ini berimplikasi pada hilangnya kepekaan sosial. Memang  tak  dapat  dipungkiri,  smartphone  sengaja  dibuat  untuk  mempermudah pekerjaan manusia.  Tak dapat  dibantah,  smartphone memperlancar  komunikasi  dan penyebaran informasi. Namun, disisi lain, jika tidak digunakan secara bijak, smartphone dapat memperalat penggunanya. Akhir-akhir  ini  muncul  beberapa  kasus  dimana  smartphone  berhasil  “memperdaya” penggunanya.  Dilaporkan,  seorang  ibu  rumah  tangga  yang  asyik  bersosial  media melakukan tindakan tidak  terpuji  terhadap anaknya.  Ia  tega mencekik  buah hatinya sebab tangisan anaknya mengganggu aktivitas sosial medianya. Penulis pun baru saja mendengar sebuah cerita dari seorang  bapak. Ia bercerita, suatu ketika ia baru saja mengantar anaknya disalah satu SD di Kota Makassar. Tiba-tiba, pandangannya  tertuju  pada  pasangan  suami  isteri  yang  sibuk  dengan  gadgetnya masing-masing. Disaat bersamaan, anak mereka yang masih kecil berlari-lari di pinggir kanal.  Kedua  orang  tua  itu  tidak  sadar  bahwa  buah  hati  mereka  dalam  keadaan bahaya. Dalam hati, sang bapak berkata, “Bagaimana kalau anak ini sampai jauh ke kanal?” Untung saja, hal tersebut tidak sampai terjadi. Kasus  yang  bermunculan,  banyak  orang  yang  lupa  waktu  karena  smartphone. Seseorang  tidak  sadar  menghabiskan  waktu  berjam-jam  hanya  untuk  membaca notifikasi yang masuk melalui akun Facebook, Twitter, BlackBerry Messenger (BBM), Line,  atau  WhatsApp.  Waktu  yang  seharusnya  untuk  bekerja  atau  istirahat  tidak digunakan sebagaimana mestinya. Terbukti, kasus dimana seseorang mengurung diri di dalam kamar agar tidak terganggu saat meng-update status. Tak terkecuali, seseorang lupa shalat karena fokus pada gadgetnya. Karenanya,  para  pengguna  gadget  harus  pintar  menggunakan  ponsel  pintarnya. Pengguna  smartphone  harus  “mengerem”  diri  saat  berhadapan  dengan  gadgetnya. Hemat penulis, setidaknya, ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan smartphone.  Pertama,  kita  harus  pandai  menentukan  waktu  yang  tepat  dalam ber-smartphone. Jangan sampai  kesibukan bersosial  media menguras waktu dan biaya. Waktu luang yang seharusnya dimanfaatkan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, terbuang sia-sia. Waktu terbuang percuma untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Disaat  yang  bersamaan,  waktu  yang  seharusnya  dicurahkan  untuk  keluarga,  habis terbuang karena fokus pada smartphone. Kedua,  pengguna  smartphone  harus  pandai  memilih  tempat  yang  tepat  dalam menggunakan smartphone.  Tidak sedikit  orang yang  mengutak-atik  handphone saat menyeberang  jalan.  Hal  ini  membahayakan  diri  sendiri  maupun  orang  lain.  Ketiga, dalam menggunakan smartphone,  khususnya dalam bersosial  media,  netizen harus menyaring konten yang ada. Teliti Sebelum Mengeklik Di sosial media, berseliweran informasi yang belum jelas kebenarannya.  Hoax (berita bohong)  dengan  cepat  menyebar  bak  cendawan  dimusim  hujan.  Jika  tidak  pandai menyeleksi  informasi,  kita  akan mudah terjebak pada berita  dusta tersebut.  Jangan sampai  kita  ikut-ikutan  memposting berita  tersebut  di  akun  Facebook,  Twitter, WhatsApp, BlackBerry Messenger (BBM), Line atau semacamnya. Padahal, Allah SWT sudah mengingatkan kita untuk berhati-hati terhadap kabar yang  diterima.  Allah SWT telah berfirman di  dalam Alquran Surah Al-Hujurot  (49)  ayat  6: “Wahai orang-orang yang beriman, ketika orang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu kabar, maka kalian telitilah, jangan langsung menerimanya. Jika kalian tidak  meneliti,  maka  kalian  terpengaruh  pada  kaum  yang  bodoh  dan  kalian  akan menyesal pada apa-apa yang kalian kerjakan”. Ayat  ini  mengingatkan kita  untuk berpikir  1000 kali  sebelum mem-forward informasi kepada orang lain. Konfirmasi (tabayyun),  check and recheck, klarifikasi dan verifikasi data adalah adalah hal yang mutlak yang harus dilakukan. Jangan langsung percaya pada informasi  yang diterima.  Apalagi  berita  tersebut  menyangkut  kejelekan pribadi orang lain. Bila informasi jelek yang kita terima tersebut memang benar adanya, lalu kita sebarkan, maka sama halnya kita melakukan ghibah. Dalam suatu hadis dijelaskan, orang yang ghibah (menceritakan kejelekan orang lain), dihari kiamat nanti kebaikannya akan Allah SWT berikan kepada orang yang diceritakan. Jika ia tak punya kebaikan, maka ia akan menerima dosa dari orang yang di dunia ia buka aibnya. Kita memahami bahwa tulisan adalah representasi  dari  ucapan. Tulisan itu mewakili lisan. Artinya, baik ucapan maupun tulisan yang belum dikonfirmasi kebenarannya tidak boleh langsung disebarkan kepada orang lain.  Apalagi dengan adanya media sosial saat ini, suatu tulisan dapat dengan mudah menyebar ke seluruh penjuru dunia hanya dalam hitungan detik. Pada kesimpulannya, menggunakan smartphone harus secara bijak. Kita harus pandai memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menggunakan smartphone. Disamping itu,butuh kehati-hatian dalam menyikapi informasi yang kita terima setiap saat.  Be smart with your smartphone. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline