Mpox atau monkeypox merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menyebar antarmanusia. Pada 28 November 2022, WHO mengubah nama penyakit ini dari monkeypox menjadi Mpox untuk menghindari rasisme dan stigma. Penyakit Mpox pernah dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia oleh Direktur Jenderal WHO pada bulan Juli 2022 dan status tersebut telah dicabut pada bulan Mei 2023. Namun, kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit Mpox masih terbatas.
Penyakit Mpox menyebar melalui kontak langsung dengan seseorang yang memiliki ruam Mpox, mencakup tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut, ataupun mulut ke kulit. Bahkan lingkungan dapat terkontaminasi oleh virus Mpox, seperti saat orang lain menyentuh barang milik penderita infeksi virus Mpox. Selain itu, bisa juga dari menghirup serpihan kulit atau virus yang ada pada barang penderita.
Di Asia Tenggara, penyakit Mpox masih diabaikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat, kurangnya pengetahuan tentang penyakit ini, dan adanya kesalahpahaman mengenai Mpox. Kesalahpahaman tersebut mengakibatkan rendahnya kepedulian masyarakat terhadap penyakit Mpox serta ketidakinginan mereka untuk bertindak melindungi diri dari virus ini.
Penyakit ini dapat memunculkan berbagai gejala, salah satu gejala yang khas adalah pembengkakan kelenjar getah bening. Pembengkakan ini bisa terjadi di leher, ketiak, ataupun selangkangan. Gejala awal Mpox muncul dalam jangka waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus. Gejala tersebut mencakup demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam yang berkembang secara bertahap.
Masyarakat berpikir bahwa penyakit yang dideritanya tidak parah dan dapat sembuh dengan sendirinya karena gejala Mpox cenderung ringan. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini menyebabkan komplikasi yang serius, terutama pada kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, dan penderita imunodefisiensi. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Mpox seperti infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, masalah mata, hingga kematian.
Hingga saat ini, sebanyak 88 kasus penyakit Mpox telah dilaporkan di Indonesia. Pemerintah sudah melakukan penilaian terkait risiko penularan Mpox. Tingginya lalu lintas pelabuhan menyebabkan semakin meningkatnya risiko penyebaran penyakit. Oleh karena itu, penting bagi pemerintahan Indonesia untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani kasus ini sedini mungkin.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran penyakit Mpox, salah satunya adalah penyiapan pengobatan dan vaksinasi Mpox. Kemenkes telah mengimpor sebanyak 1.600 dosis vaksin Mpox dari Denmark. Terkait pengobatan, kemenkes menyiapkan fasilitas pengobatan di rumah sakit-rumah sakit di Jakarta dan Bali.
Upaya pencegahan Mpox merupakan langkah krusial untuk mengendalikan penyebaran dan melindungi kesehatan masyarakat. Pemberian vaksinasi dapat membantu menghentikan penyebaran Mpox. Selain pemberian vaksin, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran Mpox. Pertama, hindari kontak langsung dengan hewan, kerabat, ataupun barang yang terinfeksi. Selanjutnya masak semua makanan yang mengandung daging hingga matang. Jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan air dan sabun.
Pentingnya peran masyarakat dalam pencegahan Mpox tidak dapat diabaikan. Edukasi yang tepat akan membantu mengurangi stigma dan kesalahpahaman yang beredar. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, Lembaga kesehatan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Pemerintah juga perlu memperkuat pengawasan epidemiologi untuk mendeteksi kasus Mpox dengan cepat.
KATA KUNCI: Masyarakat, Mpox, Penularan, Penyakit, Risiko..
DAFTAR PUSTAKA