Lihat ke Halaman Asli

Kurikulum 2013 dari Sudut Pandang Siswa

Diperbarui: 29 Januari 2016   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui bahwa kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, lebih simpelnya lagi bisa dikatakan otaknya pendidikan. Mengapa demikian? Karena suatu lembaga pendidikan tanpa adanya kurikulum akan jadi seperti apa nantinya? Itu bisa dipikirkan sendiri.

Menimbang dari hal tersebut pasti banyak orang yang bertanya-tanya apasih maksudnya tulisan ini? Disini saya mencoba sedikit mengulas mengenai kurikulum yang ada di indonesia. Indonesia sendiri menganut 2 sistem kurikulum yang berbeda, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Kurikulum 2013. Adapun pelaksanaannya lembaga pendidikan hanya menyelenggarakan 1 buah kurikulum entah itu KTSP ataupun Kurikulum 2013.

Saya sendiri merupakan siswa angkatan pertama yang menganut sistem kurikulum 2013. Menurut saya pelaksanaan kurikulum 2013 memberikan efek yang baik bagi siswa mengapa demikian? Siswa didorong menjadi lebih aktif, kreatif bahkan inovatif serta tercetaknya pribadi dengan moral yang baik. Hal tersebut dikarenakqn saya rasakan sendiri bahwa setiap ada pembelajaran, beberapa hari sebelumnya siswa sudah mencari dan memahami materi pembelajaran tersebut sehingga pelaksanaan dikelas merupakan kesimpulan akhir.

Akan tetapi untuk pembelajaran yang berhubungan dengan hitungan menurut saya kurang efektif karena disamping banyak materi yang harus dipahami oleh siswa, mereka juga cenderung kebingungan ketika harus melakukan presentasi materi hitungan. Sebagai contoh 1 kelompok siswa yang terdiri dari 4 orang melakukan presentasi mengenai materi hitungan, awal-awal memang berjalan baik. Tetapi dibalik itu apa yang terjadi dalam 1 kelompok itu pasti ada yang benar-benar paham, hanya paham dan tidak paham. Ketika sesi presentasi ditutup untuk memastikan bahwa semua siswa paham sangat sulit kalaupun dipertimbangkan dari tes akhir bisa diukur hanya beberapa persen yang berhasil. Lain halnya dengan materi non hitungan justru bisa berhasil di tes akhir, saya melakukan survey ketika saya menjadi siswa di kelas x.

Kita semua mengerti bahwa materi hitungan dibutuhkan konsentrasi yang tinggi, karena apabila siswa salah menyimpulkan maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Akan tetapi semua itu dapat diperbaiki seiring dengan berjalannya waktu dan penyesuaian yang ada.
“Jika fakta-fakta tidak sesuai dengan teori, maka ubahlah faktanya__Albert Einstein”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline