The Door between The Great Wall
Di suatu kampung kecil terdapat Masjid dan Gereja yang jaraknya tidak terpaut jauh. Dua bangunan tersebut hidup berdampingan dan tidak pernah menimbulkan kericuhan. Mereka menjalankan ibadah mereka masing-masing dengan damai dan tentram. Kampung tersebut terkenal dengan masyarakat yang memiliki nilai toleransi yang tinggi.
Azzahra Amerta adalah bunga desa yang membuat semua orang menyayanginya. Ayahnya adalah seorang Dokter sedangkan Ibunya adalah seorang pemilik butik ternama. Azzahra aktif dalam kepengurusan Remaja Masjid atau yang biasa disebut dengan ReMas. Ia senang sekali dalam bersosialisasi, tidak membedakan satu sama lain membuatnya mempunyai banyak teman. Di antara teman-temannya Azzahra sangat dekat dengan Annisa Humaira dan Cathleen Brisia. Mereka sudah berteman dekat sejak masih kecil, berbeda agama dengan Cathleen tidak membuat Azzahra dan Annisa menjauhinya. Mereka bertiga sangat dekat sudah seperti anak kembar.
"Umi, Zahra pamit mau keluar dulu ya, bareng Annisa dan Cathleen"
"Kamu sudah pamit dengan Abi belum?"
"Sudah Umi"
"Kalau begitu jangan pulang terlalu malam, hati-hati bawa sepeda motornya"
"Baik Umi, Zahra pergi dulu Assalamu'alaikum" "Waalaikumsalam."
Zahra pun berangkat dengan motor kesayangannya, namun saat di tengah perjalanan motornya sempat berhenti. Ia pun mengecek motornya, ternyata motornya hampir kehabisan bensin. Tak selang berapa lama ia bertemu dengan toko yang menjual bensin eceran.
"Pak, beli bensinnya pertalite dua puluh ribu." Ucap Zahra.
"Waduh, Maaf mbak, ini bensinnya sudah dibeli sama masnya" ucap bapak penjual bensin sambil menunjuk kepada cowok.