Lihat ke Halaman Asli

Kekeringan di Kabupaten Sragen Akibat Penggunaan Sumur Sibel

Diperbarui: 28 Agustus 2021   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sragen merupakan kabupaten yang terletak di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Sragen memiliki beragam relief seperti daerah pegunungan kapur yang membentang dari arah timur ke barat, lembah aliran Sungai Bengawan Solo, sebelah utara Pegunungan Kendeng,  dan sebelah selatan merupakan Gunung Lawu. Dengan adanya beragam relief tersebut menyebabakan Kabupaten Sragen memiliki beberapa jenis tanah. Beberapa jenis tanah tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam bidang pertanian.

Kasus yang sering terjadi di daerah Sragen ialah kekeringan. Terdapat enam kecamatan yang sering mengalami kekeringan yaitu Kecamatan Sukodono, Kecamatan Jenar, Kecamatan Tangen, Kecamatan Miri, Kecamatan Gesi, dan Kecamatan Sumberlawang. Kekeringan di kecamatan-kecamatan tersebut berdampak pada bidang pertanian dan kurangnya air bersih. Pada saat kemarau panjang warga memilih untuk mengkosongkan lahan pertaniannya agar tidak terjadinya gagal panen karena kekeringan.

Terdapat beberapa factor yang menyebabkan kekeringan di enam kecamatan yang berada di Kabupaten Sragen. Seperti jenis tanah yang berupa kapur, intensitas hujan yang rendah, musim kemarau, dan tidak adanya penampungan air atau embung. Selain itu juga terdapat factor dari petani yaitu pembuatan sumur submercible atau sumur sibel tanpa izin.

Akhir-akhir ini para petani di Kabupaten Sragen sedang gencar-gencarnya membuat sumur sibel dengan tujuan mencegah kekeringan karena sumur sibel memiliki efisiensi yang tinggi, namun dengan pemasangan dan penggunaan kedalaman yang tidak sesuai standar dan tanpa izin, justru akan berdampak pada kekeringan yang berkelanjutan. Seperti ucapan Bupati dalam artikel sragenkab.go.id "Salah satu faktor penyebabnya banyaknya sumur submersible atau biasa disebut sumur sibel tanpa izin yang mengambil sumber air kita". Tambahnya "Memang Namanya sumur dalam, tapi banyak yang belum benar sampai dalam dan baru dipermukaan dan mengambil air dipermukaan".

Dalam pengambilan air tanah yang dilakukan dalam jumlah besar, dan secara terus menerus tanpa mempertimbangan ketersediaan air tersebut tentunya akan menimbulkan dampak yang berkepanjangan perihal kekeringan maupun pertanian. Dalam hal  ini solusi yang dapat dilakukan ialah pembuatan embung atau waduk yang berada di enam kecamatan yang sering mengalami masalah kekeringan dengan tujuan dapat menampung air ketika terjadinya hujan. Selain itu SDM di Kabupaten Sragen harus diberikan sosialisasi atau pengetahuan tentang penggunaan sumur sibel dan dalam pemasanganyapun harus memiliki izin yang jelas, serta penggunaan yang diperuntukkan untuk jangka berkepanjangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline