Lihat ke Halaman Asli

Feblicya Palimbunga

Mahasiswa Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana

Langkah Preventif Penyakit Tular Vektor DBD (Demam Berdarah Dengue) di Toraja Utara

Diperbarui: 10 Juni 2020   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit Tular Vektor merupakan penyakit menular yang banyak terjadi pada masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artopoda. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus, namun yang lebih efektif menyebarkan virus Dengue adalah nyamuk Aedes Aegypti. Adapun gejala-gejala yang biasa timbul pada penderita DBD yaitu demam, nyeri otot, nyeri sendi, serta adanya ruam pada tubuh. Kasus DBD sering terjadi pada musim hujan. Curah hujan yang berlebih menyebabkan genangan air di jalan bahkan menyebabkan banjir, yang berpotensi sebagai tempat nyamuk bertelur. Faktor perilaku masyarakat yang mengabaikan pencegahan serta faktor kondisi lingkungan yang tidak sehat sangat mempengaruhi perkembangan vektor DBD.

Penyakit DBD telah menyebar luas di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di daerah Toraja Utara. Setiap tahunnya Toraja Utara selalu terdapat kasus DBD.  Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan,  jumlah kasus DBD di Toraja Utara pada empat tahun terakhir secara berturut-turut, pada tahun 2014 = 0-19 jiwa, tahun 2015 = 38  2016 = 77 jiwa, dan tahun  2017 = 29 jiwa. Dari data tersebut kasus DBD di Toraja Utara berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dilansir dari TribunToraja.com, pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Toraja Utara mencatat terdapat 57 kasus DBD di Toraja Utara, dan pada awal bulan Januari -- 4 Februari tahun 2019 terdapat 3 orang  yang positif DBD. Keberadaan penyakit DBD pada suatu daerah tertentu sangat cepat penyebarannya, penyakit tersebut jika tidak ditangani dari awal bisa berakibat kematian, oleh sebab itu kasus penyakit tersebut harus segera ditindak lanjuti dengan berbagai upaya pengendalian tertentu yang didukung oleh kerjasama pemerintah dan masyarakat. 

Pola Penyebaran DBD (Demam Berdarah Dengue)

Lalu bagaimanakah penyebaran penyakit DBD dari agen, vektor, hingga host?      

Pola penyebaran penyakit DBD dari agen(virus), vektor (nyamuk), hingga host (tubuh) manusia yaitu, dimulai dari nyamuk Aedes aegypti terinfeksi melalui pengisapan darah dari orang yang sedang dalam fase viremia sebelum demam, darah orang tersebut mengandung virus dengue. Kemudian, masa inkubasi virus dalam tubuh nyamuk (extrinsic incubation period) antara 7-14 hari. Virus bereplikasi di dalam jaringan midgut nyamuk, kemudian melalui hemolymph menyebar ke jaringan lain yaitu kelenjar ludah. Nyamuk Aedes aegypti menularkan virus dengue, ketika nyamuk menggigit/menghisap darah pada tubuh manusia, sebelumnya itu nyamuk akan mengeluarkan air liurnya terlebih dahulu, dan pada saat mengeluarkan air liur maka virus dengue juga ikut dipindahkan kedalam tubuh manusia.  Masa inkubasi virus di dalam tubuh manusia antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari), tetapi nyamuk dapat infektif (membawa virus) selama hidupnya.

Faktor Resiko

Kasus DBD di Kabupaten Toraja Utara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Faktor perubahan cuaca

Perubahan cuaca, seperti musim hujan merupakan kondisi dimana kasus DBD sering terjadi. Pada masa musim hujan yang berkepanjangan menyebabkan banjir atau genangan-genangan air di jalan sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sarang nyamuk/tempat nyamuk untuk bertelur selain itu, curah hujan yang besar akan menyebabkan genangan air ini melimpah sehingg larva atau pupa nyamuk tersebar ke tempat lain yang dapat meningkatkan resiko penularan.

b. Faktor Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi adanya vektor DBD baik itu diluar lingkungan rumah maupun di dalam rumah. Kondisi tersebut seperti kondisi lingkungan yang kurang bersih yaitu pada tempat penampungan air yang tidak memiliki penutup, bak kamar mandi jarang dikuras, serta kebiasaan menggantung pakaian atau menumpuk pakaian kotor. Faktor lainnya adalah kurangnya fasilitas pembuangan sampah yang menyebabkan sampah tertumpuk dan berserakan sehinga menyebabkan tersumbatnya saluran air hujan. kondisi inilah yang sangat disukai oleh nyamuk Aedes aegipty untuk dijadikan tempat berkembangbiak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline