[caption id="" align="aligncenter" width="273" caption="partai peserta pemilu (pemilihan.info)"][/caption] Pemilu sudah usai, hiruk pikuk kampanye calegpun sudah berakhir. Kebingungan masyarakat siapa yang layak dipilihpun sudah selesai. Hasil Quick Count pun sudah dapat, walaupun kita harus menunggu hasil resmi dari KPU. Ada yang bersuka dan adapun yang berduka. Yang berduka setelah melihat hasil Quick Count adalah PDIP beserta megawati walaupun jadi pemenang, karena target diatas 20% tidak tercapaii. Sementara yang berduka lainnya adalah Demokrat yang jauh menurun perolehan suaranya. Namun yang paling Patut berbahagia adalah PKB dan Nasdem, walaupun mereka bukan juara. namun dengan melihat perolehan suara mereka dipemilu 2014 ini, mereka paut berbangga. PKB dibanding tahun 2009 naik 169% suara. Sementara Nasdem seagai partai baru, mendapat suara diatas 6% adalah suatu yang luar biasa. Karena Mampu bersaing dengan PKS dan Hanura. Bahkan partai papan tengah lainnya yg tak begitu jauh jaraknya. Namun demikian, PDIP dan Golkar Patut berbangga jika menginginkan hasil real count adalah diatas 20% bahkan PDIP dibawah pimpinan megawati berhasil maraih angka 36% sedangkan golkar berada diperingkat kedua adalah golkar dengan perolehan 24%. Tapi, anda harus cek dulu dalam hal apa real count ini, ini adalah real count jumlah angka korupsi akibatCorruptor effect alias efek koruptor. Jika, berdasarkan angka realcount ini dihitung untuk menjadi Capres. tentu saja PDIP dan Golkar dapat mengusung calon masing-masing secara otomatis. [caption id="" align="alignnone" width="960" caption="angka kasus korupsi (sumber: antikorusi.org)"][/caption] Jika anda melihat graphic, total kasus adalah 311. di urutan pertama ada PDIP dengan 113 kasus ini artinya jika dipresentasekan sekitar 36,33%. Sedangkan Golkar jika dipersentasekan 23,4% Ternyata dapat disimpulkan, Bahwa Jokowi Effeck tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan corruptor effect. Sedangkan ARB Effect vs efek kader korup dari golkar tidak begitu jauh. Jadi, ada sebuah pertanyaan dari benak saya... apakah Juara dalam hal jumlah korupsi berbanding lurus dengan juara pemenang pileg? atau untuk meraih juara dalam pileg harus menjadi juara korupsi terlebih dahulu? jika iya, Parlemen kedepan harus benar2 diawasi, supaya tidak adalagi perlombaan terhadap jumlah dan angka korupsi. untuk analisa selebihnya saya serahkan kepada anda semua.. selamat "berefectivitas"... :D tentu saja harapan kita semua,ya... kita sama2 mengharapkan kedepan menjadi indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H