Lihat ke Halaman Asli

Ukurlah Sesuatu Sesuai Akurannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari di pertengahan bulan januari 2012, ya.. hari sabtu lalu tanggal 14.  Ketika tidur siang, saya dapat pesan BBM dari Profesor saya,Beliau mengajak saya ke kampus untuk menemaninya memantau Lab. Dalam perjalanan, kami (Profesor,Saya, teman Profesor dari luar daerah dan sopir)saling bertukar informasi. tentunya, saya yang paling muda dan merasa ilmu saya sangat sedikit, saya hanya menjadi pendengar yang baik. :) Sedangkan yang menjadi 'narasumber' Profesor saya dan teman beliau yang dari luar daerah (dari jakarta). sebetulnya banyak hal dalam waktu singkat itu yang saya peroleh, terutama mengenai pelajaran hidup. Ya, Beliau (profesor saya) tentu ilmu dan pengalamannya dari berbagai hal sangat luar biasa. Makanya saya lebih memilih diam dan menjadi pendengar yag baik, secara pribadi merasa senang yang luar biasa ketika pergi kekampus bersama-sama profesor dalam satu mobil. Bukan masalah  naik mobilnya, tapi.. perasaan satu mobil dengan guru besar, itu yang membuat moment begitu berharga selain ilmu dan pengalam beliau yang saya dapatkan. Dalam perbincangan singkat dalam perjalan menuju kampus (yang jaraknya sekitar setengah jam perjalanan) banyak pelajaran yang didapat dari sang guru besar, Salah satunya adalah, kita harus mengukur sesuatu dengan ukurannya masing-masing. Jika ingin mengukur gula, maka gunakanlah timbangan bukan dengan meter. lebih lanjut Profesor saya menjelaskan.. Janganlah mengukur pendidikan dengan berapa banyak mobil yang dimilikinya, Maksudnya, jika  seseorang berpendidikan tinggi janganlah mebanding-bandingkan pendidikan anda dengan mobil yang anda milikinya. Jika seorang dengan strata I (sarjana) memiliki satu mobil, maka seorang yang berpendidikan diatasnya (S2) Harus memiliki mobil 2 atau lebih, itu mengukur dengan ukuran yang salah. Jika dia seorang Dosen, Ukurlah berapa banyak jam mengajarnya, Berapa banyak karya-karya yang telah dibuat?, berapa banyak pengabdian yang dilakukan kepada masyrakat. Jadi, jika membanding-bandingkan antara dosen dengan penjual dari segi materi itu jelas salah, karena semua ada ukurannya masing-masing. Dari kata-kata itu, pikiran saya sejenak terbang kekampung halaman saya,mengingatkan saya waktu pulang lebaran haji beberapa waktu lalu. Waktu di kampung sana, saya dibandingkan dari segi hal materi dengan salah seorang teman main waktu kecil saya yang tidak kuliah (mungkin, SD pun tdk tamat,maaf bukan maksud meremehkan tapi memang seperti itu adanya) Teman kecil saya, sejak tujuh tahun lalu, tugasnya adalah bertani. Sejak kondisi Aman, masyarakat ramai-ramai membuka lahan baru digunung, orang-orang yang tinggal dikampung saya, rata-rata memiliki 3~10 Ha /orang. Baik itu pemuda ataupun yang sudah berkeluarga, saya yang sudah lama meninggalkan kampung, tentu tidak memiliki lahan baru seperti mereka. 7 tahun lalu, orang kampung saya pergi kegunung untuk 'mengnvestasi saham' mereka dibidang pertanian,sedangkan saya menanam investasi dibidang pendidikan. Saat pulang hari raya kemarin, teman main waktu kecil saya ini baru saja beli motor baru dari hasil kerja kerasnya. disinilah saya mendapat salah satu ungkapan yang begitu meggugah hati saya,yang inti kata-katanya seperti ini; "Si J sudah bisa membeli motor baru dengan usahanya, sedangkan kamu (untuk saya maksudnya) , masih sebatas menghabiskan yang sudah ada." Terus terang, saat mendengar kata-kata itu hati saya menangis, bukan karena iri lihat kawan saya sudah mampu beli motor baru (tapi, saya merasa seolah2 hanya menghabiskan uang saja, walaupun itu benar..tapi kan untuk investasi?). Tapi saya coba tersenyum, dan menjawab... "Kalau si J kan sudah membuka lahan dan sudah siap pagar kebunnya 2 tahun yang lalu dan telah menanam tanaman sejak tahun yang lalu, wajar kan kalau sekarang sudah memetik hasil. Sedangkan saya, kan baru saja siap pagarnya? (maksud saya baru saja selesai sarjana), jadi tumbuhannyapun baru tumbuh. Kalau dulu, tanamannya kalau tumbuh tdk begitu aman, karena pagarnya belum siap" . Mendengar penjelasan saya semuanya tersenyum. Sebetulnya, kalau saya jawab dari segi materi saya juga tidak kalah, karena sejak setahun sebelumnya, saya sudah mendapatkan hadiah Sepeda motor dari Profesor saya, yang harga sekennya saja masih mahal milik saya dari yang dimiliki teman saya. Tapi, tidak saya jawab itu.. karena kata-kata yanng mebandingkan saya dengan kawan saya yang tidak tamat SD, untuk menambah motivasi saya dalam berusaha. Kalau yang Tamat SD saja bisa membeli motor baru (secara cash lagi) dari hasil usahanya dikebunnya. Mengapa saya yang tanatan S1 tidak bisa berusaha mencari rezeki? Tapi, pendidikan tinggi bukanlah tujuan supaya kita berlomba-lomba dalam kemegahan duniawi, mengeruk harta-sana sini untuk tujuan gengsi. Tapi, tujuan pendidikan tinggi adalah untuk menjadi prinadi yang lebih bernilai dan berguna bagi lingkungan sekitarnya. Jadi, ketika anda baru siap pendidikan belum bisa membeli sesuatu dibandingkan teman anda yang tidak berpendidikan tinggi. Janganlah merasa kecil hati, dan janganlah merasa anda telah mensia-siakan umur anda dalam hal menuntut ilmu. Karena, semua ada ukurannya masing-masing, jika kita mau melihat.. Kembali kepada ungkapan profesor, Ukurlah sesuatu dengan ukurannya masing-masing, Jika dia seorang Petani, ukurlah berapa banyak hasil pertanian yang dimiliki jika kita seorang ilmuwan, berapa karya dan penemuan yang telah kita temukan dan kita aplikasikan. Jika kita seorang kompasianer, ukurlah diri kita seberapa banyak tulisan yang telah kita buat, Dan seberapa banyak manfaat  dari hasil-hasil tulisan kita. Begitu juga dengan profesi lainnya, jadi jangan menilai kesuksesan itu dari segi materi semata. Jadi ukurlah sesuai ukuran masing-masing. Untuk kesempatan ini, hanya ini saja yang dapat saya sharing dari hasil perbincangan dengan Profesor. pada kesempatan lain, kita coba dengan intisari lainnya. Dan saya ingin Ucapkan Thanks Very Much untuk Profesor saya yang baik hati, Atas sharing lmunya dan dalam beberapa hari belakangan juga telah menghadiahkan saya satu perangkat gadget canggih. :) Semga Tuhan Membalas Kebaikanmu Prof. :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline