Lihat ke Halaman Asli

Siti Adawiyah

Volvoreta

Potensi Pengembangan Astana Gede Kawali Sebagai Ecomuseum Lokal Kabupaten Ciamis

Diperbarui: 15 Desember 2021   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia terdiri dari berbagai daerah yang memiliki bermacam sejarah, adat dan budaya. Setiap daerah pun memiliki potensi masing-masing dalam mengembangkan Ekomuseum Lokal. Astana Gede Kawali menjadi salah satu Ekomuseum Lokal di Daerah Ciamis. Apakah anda berminat untuk mengunjunginya?

Astana Gede Kawali merupakan tempat suci pada masa pemerintahan kerajaan Sunda-Galuh di Kawali. Pada Zaman dahulu Astana Gede bernama: Kabuyutan Sanghyang Lingga Hiyang. Lokasi peninggalan sejarah dan purbakala seluas 5 Ha ini tepatnya berada sebelah utara atau 27 km dari lbukota Kabupaten Ciamis, yaitu di Dusun Indrayasa Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.

Astana Gede Kawali Letaknya berada di kaki Gunung Sawal di sebelah Selatannya Sungai Cibulan, yang mengalir dari Barat ke Timur, di sebelah Timur berupa parit kecil dari sungai Cirnuntur yang mengalir dari Utara ke Selatan, sebelah Utara Sungai Cikadongdong dan sebelah Barat Sungai Cigarunggang. Keadaan lingkungan situs ini merupakan hutan lindung yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tumbuhan, tanaman keras diantaranya terrnasuk familia meliceae, lacocarpaceae, euphorbiaceae, sapidanceae dan lain-lain, tanaman palawija, rotan, salak, cengkih dll. Menurut temuan arkeologi, bila dilihat dari tinggalan budaya yang ada di kawasan Astana Gede Kawali merupakan kawasan campuran, yaitu berasal dari periode prasejarah, klasik dan periode Islam.

Astana Gede Kawali ini memiliki potensi untuk dijadikan sebagai sebuah ekomuseum lokal. Dilansir menurut Ecomuseum Observatory dalam (Cynthia E.V Wuisang, Joseph Rengkung, 2017). Ekomuseum merupakan sebuah cara dinamis yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam melestarikan dan mengelola warisan yang dimiliki untuk pembangunan yang berkelanjutan. Astana Gede Kawali sendiri menyimpan beberapa benda Cagar Budaya seperti, punden berundak, menhir, prasasti, makam kuno, dan juga mata air Cikawali yang tidak pernah kering sepanjang tahun.

Bentuk budaya yang terjadi diperkirakan mulai dari tradisi megalitikum yang ditandai dengan adanya temuan punden berundak, lumpang batu, menhir, yang kemudian berlanjut secara berangsur-angsur ke tradisi budaya sejarah (klasik) yang ditandai dengan adanya prasasti, kemudian berlaniut ke tradisi Islam yang ditandai dengan adanya makam kuno. Dengan demikian kawasan Astana Gede merupakan kawasan yang menarik untuk dijadikan Ekomuseum Lokal.

Menurut data yang penulis peroleh dari juru pelihara, bahwa Astana Gede Kawali tak pernah surut dari pengunjung. Dalam setiap tahunnya para pengunjung selalu bertambah, mereka datang dari berbagai daerah di Kabupaten Ciamis, bahkan banyak juga yang datang dari Iuar Kabupaten Ciamis dengan tujuan yang berbeda-beda seperti, berpariwisata, ziarah atau penelitian lapangan. Situs Astana Gede Kawali di samping sebagai taman Cagar Budaya dan sebagai obyek wisata budaya, juga merupakan obyek ilmu pengetahuan. Banyak tinggalan budaya masa lampau yang sudah dijamah oleh para ilmuwan seperti ahli arkeologi, ahli filologi sejarawan dan sebagainya. Mereka datang untuk menellti mulai dari jenis batu-batuan, tulisan dan bahasanya, atau temuan-temuan lain yang berhasil digali terutama oleh para ahli arkeologi.

Dalam proses pengembangan Astana Gede Kawali sebagai Ekomuseum Lokal, Astana Gede Kawali bisa dikembangkan dalam segi akses dan segi promosi tetapi tetap menegaskan peraturan adat dan kebiasaan yang berlaku di sana. Kemudian untuk benda Cagar Budaya di Astana Gede Kawali ini dapat di perlihatkan sebagaimana display di Museum, yaitu dengan dilindungi oleh kotak kaca dan Juru Pelihara dapat dibantu dalam pemeliharaanya baik oleh pemerintah maupun warga sekitar.

Pengembangan ini dilakukan agar situs ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia utamanya masyarakat Kabupaten Ciamis dan sifat autentik dari Astana Gede Kawali ini pun bisa tetap terjaga. Akses yang dilalui untuk dapat menuju Astana Gede Kawali ini dapat ditempuh dengan kendaraan, baik motor ataupun mobil lamanya sekitar 45 menit. Keadaan jalan cukup baik karena sudah mengalami pengaspalan, sehingga tidak sulit dijangkau. Disekelilingnya rimbun dengan pepohonan. Keadaan alamnya cukup nyaman dan sejuk sehingga memberi kesan menyenangkan kepada setiap pengunjung.

Konsep Ekomuseum Lokal sendiri tepat digunakan untuk Astana Gede Kawali karena hal ini merupakan sebuah langkah dinamis yang dapat diterapkan guna melestarikan warisan yang dimiliki oleh masyarakat. Pada proses pengembangan konsep ekomuseum lokal sendiri, tentu membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Terutama dari generasi muda penerus bangsa agar dapat terus berinovasi dan berkreasi serta terus menjadi ironstock yang dapat menjaga dan melestarikan budaya lokal ini.

Yuk, Lestarikan Budaya dan Ekomuseum Lokal!

----

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline