Lihat ke Halaman Asli

TIKHO BORNEO

Menulis Yuk, Gas Ken !!!

Tantangan Menjadi Seorang Imam Katolik Terhadap Cara Pandang

Diperbarui: 21 November 2024   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Postulat Stella Maris Angkatan 43

Menjadi seorang imam banyak proses yang harus dijalani dalam formasi awal. Banyak umat yang tidak tahu proses yang harus dijalani oleh para imam dari awal. Mereka menganggap akibat dari kegagalan menjadi seorang Imam adalah seorang wanita. Hal ini tidak dapat dipungkiri karna kenyataannya tidaklah benar. Karna banyak hal yang belum diketahui oleh orang-orang diluar sana.

Dalam sebuah penuangan pemikiran ini akan membuka sebuah pemikiran tentang Perspektif pandangan umat terhadapa para Imam-imam. kegagalan ini dapat diakibatkan seperti dalam Nilai akademik, Hidup berkomunitas, Kreativitas, Kesehatan jasmani (Olahraga), Ketaatan, dan Kerendahan hati. Inilah yang memungkinkan setiap imam dapat keluar dalam setiap perjalanannya atau gagal menjadi seorang Imam.

Sebuah kenyataan dapat di laksanakan berjalan dengan baik sesuai dengan kenyataan. Kenyataan itu dapat memiliki kelemah dan pengaruh negatif atau positif. Ini adalah sebuah perspektif tentang sebuah pikiran dalam kenyataan yang harus di uraikan dalam setiap pikiran yang memungkinkan membawa sebuah pertentangan dikalangan para umat. Terkadang kita bisa menilai sesuatu dari pandangan diri sendiri atau mendengarkan perkataan dari orang lain. Sehingga dalam pandangan itu tidak memiliki kekuatan yang memastikan kenyataan itu benar atau tidak. Sebuah kekuatan pokok pikiran dapat didukung dari kenyataan yang real atau pasti bukan mengada-ada tidak sesuai dengan fakta yang ada.


Dalam pendidikan calon para imam memiliki tugas dan tantangan masing-masing. Tantangan itu bermacam-macam seperti faktor kesehatan, semangat misionaris dan kekuatan rohaniah. Sebuah pendidikan ialah untuk membentuk diri dalam sebuah karakter dan intelektual para Imam, sehingga mendapatkan bekal yang siap untuk dipraktekkan secara langsung dilapangan.

Seorang imam tidaklah cukup dengan bekal intelektual saja, masih banyak yang harus di kuasai oleh para imam. Banyak yang menyangka ketika melihat para imam yang berdiri didepan Altar, anggapannya Imam itu keren dan gagah. Sehingga dari pandangan itu ada yang berkeinginan untuk menjadi seorang imam karna anggapannya Imam itu keren dan gagah, tetapi ketika sudah masuk menjadi Imam pandangan tadi justru terbalik. Karna tangan menjadi seorang imam itu berat.

Marilah kita bijak untuk melihat lebih baik lagi agar apa yang kita dengan dan kita lihat dapat menjadi sebuah gagasan yang baik. Dalam Perkembang globalisasi ini tantangan Imam semakin besar, seperti gaya hidup dan tawaran duniawi yang semakin menggiurkan. Dalam hal ini Imam dituntun untuk lebih kesetiaan dalam setiap janji sakramen tahbisannya. Gejolok terhadap perkembang zaman pada era dunia globalisasi ini memberikan tuntutan atau tantangan terbaru bagi para imam. Menjadi tolak ukur dalam setiap panggilan adalah kesetiaan yang sangat diutamakan dan kematangan dalam setiap pemikiran. Pemikiran ini untuk bisa melaksanakan sebuah kekuatan untuk bertindak oleah para imam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline