Mudah-mudahan dari awal hingga akhirnya, pemilu jalan damai-damai aja, jangan sampai nanti ada peristiwa tetangga saya yang engga pernah sama sekali pegang senjata tau-tau dipersenjatai, jangankan pegang, liat bentuknya aja engga pernah!, nanti disuruh berjuang demi perjuangan yang dijuang-juangin, bukan menembak saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri, malah sasaran yang kena tembak bininya dewek, kacau dah mana bini atu-atunya, kemana dia nanti memberi nafkah batinnya sendiri, prustasi makin getol dah perang, tak berkesudahan.
Masih dibilang bersyukur kalau kita mau bersyukur, sampai dengan detik ini tukang sayur keliling masih rutin nengok jam dinding dirumahku yang pintunya selalu terbuka, ojeg masih pada mangkal, angkot juga, anak-anak dipabrik masih berencana besok kalo gajian mau beli sepatu model baru, artinya masih normal, yang miskin masih bisa berharap yang kaya masih aja pada belagu, idiih!
Saluran televise masih utuh jumlahnya, siaran tidak terganggu karena pesawat tempur mondar-mandir, masih ada polemic YKS, farhat abas, dan berita-berita yang bikin kontroversi dan perbedaan, biasa namanya juga negara merdeka, masih bisa pada polah-pilih mana yang mendidik dan yang tidak dari pada tidak ada semuanya kecuali menggali kuburan sanak saudaranya yang mati terbunuh karena peperangan saudara
Bukan tidak mungkin, darurat itu ada karena urusan politik dan kepentingan apalagi disaat-saat pemilu kaya gene, pake kaca mata satu dimensi juga keliatan jika diantara mereka ada persaingan yang ketat dan keras, bukan juga tidak mungkin menghalalkan segala cara termasuk fitnah, karena kepentingan golongan dimana dia nyaman bercokol akan terganggu, makan, beol dari situ, belon lagi yang merasa mengalami kerugian, harga diri jatuh, putus asa, serulah.
Terbesit saja senila kejahatan, maka rakyat akan porak-poranda, mencerai beraikan yang satu dan yang lain, membuat kerusakan, pasti dan dipastikan teriakannya atas nama keadilan, kebenaran dan perjuangan! , semua negara yang bertempur juga bagitu!, kecuali negara damai dan menguasai mereka akan sibuk dengan kesejahteraan rakyatnya, nyaman beribadah, berekreasi, saling cinta kasih, tolong menolong sesama, itu ciri negara normal dan berdaulat
a dani mah ngimpi, ngaco!, cafeinnya over dosis, ya engga lah sampe kesitu mah, emang lupa sama TNI yang netral, masyarakat yang melek informasi, belon lagi juga ada lembaga-lembaga independent yang mengawasi, berdo’a aja agar para kandidat pemilu semuanya diberikan kekuatan iman, tabah, ikhlas, jika kalah, dan yang menang tau apa aspirasinya rakyat tidak boleh mementingkan kelompok dan golongan, masyarakatnya juga kudu berfikir bijaksana jangan sombong, jangan golputlah, taat bernegara, kalau sifat begitu ada dan ditanamakan lalu simpan didalam kotak keimanan yang ada, kan kemungkinanan masuk syurga jadi lebih terbuka, tapi tipis a masih banyakan dosanya mah si dani, hehehehehehehehehe (CAFEIN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H