Masih pukul enam pagi waktu yang ditunjukkan smart phone kesayangan dan satu-satu nya ini. Segar nya hari itu tidak bakal bisa saya temukan di kota dimana saya tinggal saat ini. Teduh dan segar dengan suasana yang menenangkan, menambah kerinduan untuk selalu tinggal di desa yang tidak pernah mengalami perubahan perkembangan secara fisik ini.
Setidak nya delapan tahun silam semenjak terakhir kali ku berkunjung ke desa sebelum nya. Desa dimana tempat orang tua dan para leluhur lahir dan dibesarkan. Desa Menganti, kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, memang desa yang tidak berubah sedikit pun sejauh mata memandang.
Jalan setapak yang dulu aku lalui delapan tahun silam dengan yang sekarang, sama sekali tidak berubah. Lebar nya, sudut-sudut nya, juga persawahan disepanjang kanan kiri jalan, masih tetaplah sama.
Pemandangan tetap hijau dan fresh yang memberikan arti tersendiri dalam pandanganku dan hamparan itulah yang senantiasa buatku merindu. Rindu untuk senantiasa bisa tinggal lebih lama dan melupakan semua kepenatan serta pekerjaan yang sementara kutinggalkan di kota.
***
Jalanan desa tetap begitu sepi nya, hanya beberapa orang lalu lalang yang aku temui. Pangkalan ojek dan becak yang biasa mangkal selepas balai desa juga kosong melompong, tidak satu pun kudapati abang becak ataupun ojek mangkal dengan armada nya.
Terus saja aku berjalan menyusuri pematang persawahan di kanan kiri jalan tanpa merisaukan keadaan yang sepi. Sekalipun dalam hati bertanya, apakah saya harus terus berjalan sekalipun tanpa menjumpai satu pun tukang ojek atau abang becak dijalanan?.
Desa Menganti yang tergolong dusun terpencil jauh masuk kedalam, tergolong sulit menemukan angkutan. Tidak semudah seperti di kota layak nya Surabaya atau kota besar lain yang bisa memesan ojek lewat Gojek ataupun Grab yang merupakan salah satu moda transportasi berbasis online yang tinggal pesan by aplikasi di gadget sembari duduk ataupun tiduran dirumah lantas tinggal menunggu armada datang menghampiri.
Di dusun Menganti semua nya masih serba manual dan tertinggal, sekalipun sudah berada di tahun 2018. Harus menghampiri pangkalan terlebih dahulu, jika beruntung bisa memanggil abang becak atau ojek yang kebetulan lewat saat itu tanpa harus jauh-jauh nyamperin pangkalan, begitulah keadaan di dusun ini.
Selepas balai desa, lokasi pangkalan ojek berikut nya dekat pasar yang lokasi nya tidak kurang dari 4 Km, upss jauh nya jika kudu berjalan kaki ke sana. Padahal jalanan selepas balai desa kerap kali ojek atau abang becak lewat dan menawarkan jasanya dari pengalaman sebelum-sebelum nya dari yang saya tahu.
Jadi beras tinggal di Bali rasa nya, "menyepi dan menyendiri" mengikuti adat tradisi dan kebiasaan nya. Secara hari itu memang bertepatan dengan libur hari besar, hari raya Nyepi dan pantas saja di jam segini, sekitar pukul enam pagi masih pada mengurung diri dirumah masing-masing.