Lihat ke Halaman Asli

Pudji Prasetiono

Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Lebaran dan Kue Kering yang Masih "Tertinggal"

Diperbarui: 15 Juni 2018   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Menjelang lebaran yang kurang dua hari hingga sampai dengan malam ini, masih ada beberapa pesanan kue kering yang harus segera dituntaskan. Beberapa dari langganan-langganan ibu dan pesanan saudara. Kesemua pesanan tersebut sebagai permintaan kue lebaran yang harus sudah dikirim dan sudah harus sampai ketangan pemesan masing-masing.

Tidak tahu apa yang harus dipersiapkan menjelang lebaran, yang jelas hingga malam lebaran dan bunyi takbir masih berkutat  mengerjakan berbagai pesanan kue. Beruntung ada penghibur opening ceremony FIFA World Cup Russia 2018 sebagai penghibur dan pengusir jenuh dan kepenatan.

Pinggang rasanya sudah mau putus, sementara mata lesu terantuk. Sekalipun kegiatan rutin tahunan menjelang lebaran cuman ada dibulan ramadhan saja, tetapi tenaganya luar biasa ekstra. Oh Tuhan segera tuntaskan pekeraan ini (dalam hati memohon).

Capeknya memang melelahkan sekaligus menyenangkan. Tiada yang lebih indah dari pada menyelesaikan "tugas" ini secepatnya. Karena memang sekalipun sudah memasuki lebaran tidak jarang pesanan belum semua tertuntaskan, menambah derita karena rumah masih berantakan dengan kondisi seperti "kapal pecah".

Bekerja dihari menjelang lebaran terkesan agak sedikit sulit, bawaan nya bayangan lebaran yang sudah didepan mata, libur, libur dan libur. Ingin segera bersitiraat dan berkumpul dengan keluarga menikmati liburan dan persiapan lebaran, sekalipun pada dasarnya tidak ada libur khusus, karena kita bukan pegawai.

Sekalipun terkesan jenuh dengan keadaan tersebut, tapi sama sekali tak pernah diriku menjadi pantang arah dan putus semangat. Ikut terus mengolah, mencetak, menabur kue-kue hingga menata dalam wadah ataupun toples semakin semangat aku kerjakan guna mengejar keterselesaian.

Jadi teringat masa-masa kecil, saat kumulai membantu pekerjaan ini untuk pertama kalinya. Demi meraih sedikit demi sedikt rupiah yang tidak bisa aku bayangkan. Terlebih saat ramadhan yang sudah menginjak hari akhir bahkan sudah memasuki lebaran harus terus berpacu menuntaskan pesanan.

Masa kecil yang dulu "terkurung", membuat saya senantiasa berjuang, bagaimana menyinergikan antara pekerjaan dan beribadah seseimbang mungkin dan seproporsional mungkin. Tidak mudah dan tidak gampang menjalaninya, seringnya banyak waktu yang harus terkorbankan agar kebutuhan utama dapat terpenuhi.

Dulu juga lebih banyak kehilangan waktu bermain dengan teman-teman sebaya memang tidak bisa dihindari, yang ada hanya bisa menyiasati. Syukurlah gairah ramadhan tidak pernah hilang dengan serta merta dalam keadaan dan kondisi yang seperti itu.

Sekalipun kini kumasih berkutat dengan hal yang tidak jauh berbeda dengan masa kecilku dulu dalam membantu pekerjaan ini, tapi ku harus tetap bersyukur demi membahagiakan hati ibu untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang sekaligus menjadi hobi tahunan ini.

Karena memang sudah bagian dari hobi yang tidak sebatas pekerjaan saya tidak bisa serta merta untuk menyuruh ibu meninggalkan pekerjaan ini. Saya hanya berharap kebahagiaan serta kesehatan beliau dengan senantiasa tetap membantu sebisa apa yang saya mampu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline