Lihat ke Halaman Asli

Pudji Prasetiono

Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Ketika Takziah sebagai Lawatan Mudik, Sedih Berganti Rindu

Diperbarui: 8 Juni 2018   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Menganti, Kebumen (Dok. Pri)

Adakah yang tidak mudik lebaran tahun ini?. Kehabisan tiket atau "THR" telat, bikin mudik ikut tertunda, atau kebetulan saat lebaran tidak bisa libur karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Penderitaan banged kalau kedapatan bagian yang satu itu.

Mudik serasa sudah menjadi tuntutan bagi mereka para perantau. Mudik sudah menjadi kebiasaan atau budaya dalam ber Idul Fitri. Tapi apakah hakekat Idul fitri hanya urusan mudik dan pulang kampung semata?, tentu tidak.

Hakekat Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, untuk mencapai fitri lahir dan bathin. Untuk itu dalam Idul Fitri harus menjalin tali silaturahmi, menyambung tali silaturahmi dengan orang tua terutama, sanak saudara dan kerabat, untuk saling bermaaf-maafan satu sama lain untuk membentuk jiwa yang fitri lahir bathin tersebut.

Berangkat dari akar tradisi silaturahmi, saling berkunjung dan bermaaf-maafan inilah yang melahirkan budaya mudik. Lebih hebatnya lagi tradisi dan budaya ini cenderung hanya ada di negeri ini yang tidak didapati dinegeri lain, luar biasa bukan. Benar-benar mencerminkan sebuah hubungan kekerabatan "guyub rukun". Jadi bangga tinggal dinegeri ini, Indonesia.

Takziah Sebagai Lawatan Mudik

Lebaran kali ini, kita sekeluarga, tidak pulang ke desa atau kampung halaman kembali. Karena sebelumnya, kita sudah dua kali pulang ke desa dengan kurun waktu yang hampir bersamaan, dalam dua bulan terakhir.

Pertama, bulan Maret kemaren, bertepatan dengan hari Raya Nyepi. Selang dua bulan berikutnya, atau seminggu sebelum bulan puasa, diawal bulan Mei lalu. Belum begitu lama selang waktu lebaran tahun ini dengan kepulangan kita dari desa kemaren.

Dua rangkaian perjalanan "mudik" tersebut sebagai lawatan takziah keluarga kita terhadap saudara di kampung halaman. Pertama Bude dari jalur kekerabatan bapak meninggal, kemudian disusul adik dari almarhum nenek, dari jalur kekerabatan ibu. Begitulah ksedihan beruntun yang kita alami sekeluarga sehingga harus mudik lebih awal sebelum datangnya lebaran esok.

Kunjungan takziah tersebut kita jadikan sekaligus sebagai rentetan mata acara silaturahmi yang biasa kita lakukan saat lebaran ke semua saudara dan kerabat. Oleh karena itu, bisa dipastikan lebaran tahun ini kita sudah tidak mengagendakan untuk mudik kembali ke kampung halaman di desa.

Sekalipun tidak mudik kembali ke desa sebagai kampung halaman, masih banyak tempat-tempat saudara lainnya yang bisa kita kunjungi, saat lebaran besok yang tinggal menghitung hari ini.

Sekalipun banyak kesedihan menimpa kita, tapi tentunya kita harus berbesar hati, tetap khidmat menjalankan idul fitri dengan budaya "mudik" nya dan bersilaturahmi harus jalan terus mengunjungi kerabat, sanak saudara yang ada di beberapa kota dan yang masih satu area.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline