Lihat ke Halaman Asli

Pudji Prasetiono

Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

"Discount" Hukuman Puasa

Diperbarui: 23 Mei 2018   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa?. Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa, sholat tadarus dan tarawih?. Masih sangat familier dengan lirik lagu ini hingga sekarang. Setiap bulan suci ramadhan lagu ini mendadak menjadi booming kembali, terdengar enak dan merdu buat dinyanyikan berulang-ulang.

Jika seorang anak sudah cukup umur semestinya sudah harus menjalankan kewajiban untuk berpuasa ramadhan. Sekalipun levelnya sebatas latihan. Jadi bagi anak yang sudah biasa terbimbing dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan tidak akan mengajukan sebuah pertanyaan seperti dalam cuplikan lirik lagu diatas.

Sepasang adek kakak namun bukan sekandung, melainkan sepupuan. Nama mereka Ayok dan Pita. Usia mereka sudah beranjak sekitar 10 tahunan. Jika ditinjau dari usianya harusnya sudah mulai berkewajiban menjalankan ibadah puasa.

Puasa baru berjalan sekitar seminggu tapi bagi mereka sudah berasa kayak menjalankan puasa setahun. Tengok jam tiada hentinya, seringnya melontarkan pertanyaan, sudah pukul berapakah sekarang?, padahal jika diamati sinar matahari juga belum beranjak pergi diatas kepala.

Dipuasa hari berikutnya, mereka berdua, Ayok dan Pita sedang asyik bermain, kebetulan memang hari tersebut adalah hari libur sekolah. Para orang tua mereka memang selalu banyak pekerjaan yang dilakukan, mengingat rumah mereka juga bersebelahan persis satu kampung dan satu alamat.

Setelah selesai sahur, jauh-jauh sebelumnya orang tua mereka sudah berpesan untuk senantiasa menjalanankan puasa dengan sebaik-baiknya jangan sampai batal, karena jika sampai batal jatah waktu bermain mereka akan berganti menjadi sebuah hukuman pekerjaan rumah tangga, mulai dari bersih- bersih dan menyapu halaman rumah lanjut mengepel berikutnya.

Anak-anak memang pada dasarnya bandel, siang itu tante Ari melihat kelakuan mereka yang main memang agak kelewat berebihan kali mungkin jadi nya kecapean dan alhasil laper melanda. Tante Ari dengan tidak sengaja menemukan bungkus wafer dua bungkus yang ada dalam tong sampah, selidik punya selidik Tante Ari curiga  akan kelakuan mereka berdua, ternyata benar juga ada bekas remah-remah potongan wafer dibawah kolong ranjang

Sontak saja Tante Ari Menghardik an memanggi mereka berdua, Ayok, Pita ini diambil, sapu dan pengepelnya. Langsung saja mereka berdua senyam senyum sambil agak agak bertanya. Ada discount hukuman gak ya tante buat hukumannya.kita ngaku aja kok. Tante Ari pun tertawa...

Jadi teringat Astiya, saudara sepupuku yang tergolong sukses dalam menanamkan ibadah puasanya sekalipun dengan berbagai cobaan dan rintangan akhirnya sukses juga.

Namanya anak-anak kadang kala kelakuan seperti ini memang terkesan agak biasa. Met menjalankan ibadah puasa saja buat semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline