Tolong dunk takjil nya disiapin dimeja yang telah disiapkan, adek, kakak sekalian semua, Sontak perhatian dialihkan kesumber suara, budhe tutik yang mengintruksi. Mereka yang lagi pada asyik pantengin gadget masing-masing langsung berhamburan menghampiri.
Penampakan hidangan yang sangat-sangat menggugah selera. Jus berbagai rasa, tidak ketinggalan air mineral sebagai takjil pengantar berbuka puasa. Tapi keinginan harus ditahan dulu, semua memang disiapkan untuk acara berbuka bersama namun bedug maghrib masih kurang sekitar 30 menitan.
Berasa sudah tidak sabar untuk melepas semua angan untuk menu-menu takjil maupun beberapa hidangan yang khusus disiapkan buat acara buka puasa bareng kali itu.'
Semua sudah pada ngabsen belum, siapa yang belum datang, siapa yang belum ngumpul. Bagian catering apa sudah oke persiapannnya, jangan sampai sibuk sendiri sementara lupa buka puasa dan ketinggalan acara, sekali lagi budhe tutik memberikan arahan buat kelangsungan acara pada bagian seksi acara masing-masing.
Si Gendut sapaan akrabnya, baru beranjak ABG. Namun body bongsor melebar kesamping, bukan melebar keatas. Ngalahin kita-kita yang dewasa. Astia nama aslinya. Wajahnya agak-agak pucat, maklum biasa makan berlebih dan porsinya selalu dobel. Puasa nya agak-agak terkesan memaksa, namun semua itu tetap harus dia jalani sebagai bentuk kewajiban.
Hukuman dari kedua orang tua harus siap Astia jalani jika melalaikan kewajiban tersebut selama bulan puasa berlangsung. Tentunya hal itu dirasa lebih berat baginya ketimbang harus berkorban dengan ikhlas dan mulai membiasakan diri untuk menjalankan puasa ramadhan. Karena hukuman yang harus Astia jalani dan harus dia tanggung lumayan gede baginya.
Uang saku selama seminggu harus rela dipotong sebesar 50% tanpa ampun oleh kedua orang tua jika Astia melalaikan kewajiban puasa . Mungkin ini metoe pembelajaran yang bagus, mengingat Astia sekarang tidak hanya berbadan gede melainkan anaknya juga sudah mulai beranjak gede.
Alhamdulilah kerabat dan saudara-saudara ramai berkumpul. Sekalipun ada juga beberapa kerabat yang keimanannya non muslim, namun dengan berbesar hati berkenan turut ikut berkumpul dan meraimakan acara. Guna mengikat keakraban yang semestinya harus senantiasa terus terikat untuk meningkatkan tali silaturahmi.
Dikeluarga besar kami syukur Alhamdulilah memahami segala bentuk perbedaan. Bukankah kerukunan harus mengakar, sekalipun beragam suku, bahasa maupun agama yang berbeda beda, eits jadi mengutip semboyan Bhineka Tunggal Ika negeri kita tercinta Indonesia. Namun memang begitulah harusnya keakraban yang harus tercipta dan terjalin dalam sebentuk keluarga besar.
Keren dan serunya acara kali itu luar biasa memang, tidak lepas dari peran "even organizer" yang diplaning dengan sangat matang sempurna oleh tante Atik yang memang sudah berpengalaman dan piawai dalam mengemas bentuk acara kekeluargaan seperti ini. Begitu juga metode menu yang dia rancang dan dia siapkan.
Ayam Geprek dengan bumbu istimewa khas Surabaya yang tidak asing dengan lidah- lidah kita. Jangan salah menu ini kalau tidak salah juga banyak diadopsi dibeberapa kota lho. Nikmatnya sudah pasti, boleh diadu.