Lihat ke Halaman Asli

Pudji Prasetiono

Perjalanan serta penjelajahan ruang dan waktu guna mencari ridho Illahi

Semangat Menggapai "Mimpi" Resolusi 2018

Diperbarui: 4 Januari 2018   23:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Kenjeran, Surabaya (dok. Pribadi)

Mari kita awali  Januari 2018 dengan Bismillah.

1 Januari tahun ini tidak jatuh dihari Minggu, namun selepas Subuh langsung kulirik sepedaku untuk menikmati segarnya udara pagi dihari pertama tahun 2018. Semua hari memang sama, semua hari memang baik. Namun namanya tahun baru tetaplah berbeda. Kuputuskan pagi itu untuk mengayuh sepedaku ke pantai dan menikmati "sunrise" pertama ditahun 2018.

Semangat membara melampiaskan "emosi" mengejar "sunrise" awal tahun yang "menggoda pikiran". Namun sesampai lokasi yang kudapati cuaca mendung dan berawan. Alhasil sang Surya malu menampakkan wajahnya diawal tahun 2018 ini, bahkan sempat turun rintik hujan. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 05:05 WIB, pantai juga terlihat sedikit berkabut.

Jembatan Suramadu juga masih nampak samar dari pandangan Jembatan Surabaya dimana saya menyusuri pantai. Pantai juga masih surut dan perahu-perahu nelayan masih ditepian, tersandar ditempatnya masing-masing. Nampak seorang nelayan sedang berburu kepiting kecil atau biasa disebut jangkang dan rajungan di pantai yang masih surut berlumpur.

Kecewa memang tidak mendapati sang surya diawal tahun ini. Alhasil cuman bisa jalan-jalan menyusuri pantai sambil manyun, hingga terlintas dipikiran untuk menyusun sebuah resolusi untuk tahun 2018 ini. Tidak menyusun resolusi kurang afdol bagi saya, sekalipun tidak menyusun secara khusus tidak menjadi masalah juga.

Setiap tahun baru kebanyakan dari kita menyusun sebuah resolusi. Sebuah harapan yang sudah kita susun diakhir ataupun diawal tahun dengan tujuan bisa terwujud ditahun dimana kita membuat resolusi tersebut. Rasanya kurang mantap jika kita tidak menyusun sebuah resolusi dengan maksud agar yang kita cita-citakan atau apa yang kita prioritaskan menjadi lebih terarah. Sekalipun yang tidakboleh kita lupa, tujuan akhir dari sebuah resolusi adalah hanya Allah atau Tuhan semata sebagai penentu akhir terwujud tidaknya resolusi kita.

Saat masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) membayangkan tahun 2000 sangatlah tidak terbayang. Membayangkan tahun 2000 serasa membayangkan dunia yang futuristik. Jaman seperti halnya yang dipertotntonkan dalam film-film box office Hollywood. Saat itu masih 5 tahun menuju tahun 2000.

Sekarang menginjak tahun 2018, 2 tahun menuju 2020. Membayangkan dunia bukan lagi sekedar futuristik, namun virtual, seperti ilusi tapi bukan palsu. Seperti halnya tahun 1995 ke tahun 2000 tidak terbayang.

Jaman sekarang orang bilang era milenial, jamannya "mager". Jaman dimana media sosial berkembang dengan pesat, setiap orang memiliki akun media sosial yang sudah lebih dari satu. Namun yang bikin bertolak belakang, sekarang adalah jaman dimana sosial masyarakat yang secara real mengalami jauh kemunduran, ironis bukan.

Orang sudah jarang terlihat bersosial masyarakat namun bermedia sosial tanpa perlu banyak bergerak pula. Cukup duduk disatu meja sudah bisa menghasilkan banyak tindakan. Update status dimedia sosial, chat lewat WA, melakukan pemesanan makanan dengan deliveri service cukup menggunakan smart phonenya, hidup serba instan dalam satu genggaman. Jauh dari bayangan. Hal inilah yang tidak terbayang saat saya masih duduk dibangku SMA dulu.

Tidak terasa memang waktu berjalan begitu cepat, sudah 22 tahun sejak saat itu. Waktu berjalan begitu alami dan natural, sesuai ritme Illlahi tanpa ada yang bisa mengulur barang semenitpun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline