Dengan bahasa sehari-hari Jokowi berpidato di Kongres XX Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Walau berbicara di kalangan intelektual, beliau tetap santai dengan canda ringan dilontarkannya yang membuat forum insinyur tertawa riuh.
"Saya tadi waktu mau ke sini, istri saya Ibu Jokowi, bisik-bisik ke saya, "Pak, memangnya aku boleh masuk? Aku kan bukan insinyur".
"Tenang, pasti boleh masuk. Nanti saya bilang ke Pak Bobby (Ketum PII Bobby Gafar Umar). Kalau tidak boleh masuk, yaaa......tunggu saja di mobil," jawab Jokowi, membuka pidatonya di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Jakarta Pusat, Sabtu (12/12), yang membuat para insinyur tertawa gelak.
Untung Ibu Iriana Jokowi cuma bilang BUKAN INSINYUR, coba kalau bilang, saya nanti kalau disebut KECEBONG piye pak? Pastilah Jokowi akan tertawa, karena beliau memang penyayang Katak/Kodok dan sangat inspiratif bila sudah mendengar suaranya saat hujan menyirami bumi.
Perang Pendukung
Semenjak junjungannya KEOK di pilpres 2014 kemarin, kaum gagal DUNG DUNG PRET hanya untuk membuktikan kebenciannya pada presiden terpilih, mereka rela setiap saat MENGHINA dengan sumpah serapah sampai di luar batas kepatutan, juga memunculkan gambar Jokowi dg berbagai editan agar sang presiden tampak bodoh, bahkan lebih kasar dengan konten porno.
Bermacam fitnah mereka lakukan terhadap presidennya sendiri dengan sangat dingin tanpa perasaan. Ungkapan kebencian pun berkelanjutan bahkan merambah kepada istri dan anak-anak beliau, tidak saja dilakukan oleh yang berprofesi TUKANG TUSUK SATE, bahkan yang sudah bergelar Doktor Profesor atau Caleg pun melakukan cara-cara yang tidak terpuji.Apakah dengan cara begitu SAKIT HATINYA sembuh? Atau kebencian itu akan dipiara seumur hidup?
Kita tidak menampik kalau pendukung fanatik Jokowi pun tak tinggal diam, membalas dengan cara yang sama, akhirnya terjadilah perlawanan habis-habisan hingga hari ini masih terjadi, bahkan bisa saja berlangsung hingga Pilpres 2019 nanti. Lalu siapa yang diuntungkan?
Perseteruan sesama rakyat atas nama PENDUKUNG pun setiap hari selalu ada jejaknya, dari pagi sampai pagi lagi, ledekan berbalas ledekan, hujat berbalas hujat, saling memaki, saling mengancam bak sinetron kejar tayang di televisi kita. Entah kubu mana yang lelah, entah kubu mana yang merasa sedih, cape, marah, eneg, muak, keduanya pasti merasakan hal yang sama.
Begitulah RACUN demokrasi di era internet ini, rakyat masih mudah di adu domba dalam PERANG DAHSYAT DUNIA MAYA, dan ayat-ayat suci agama Samawi pun berhamburan menambah warna-warni pertempuran hingga babak belur dan berdarah-darah ala dumay.
Jokower Praboker