Menjadi "pemenang" di Kompasiana sepenuhnya merupakan masalah kesempatan dan keberuntungan. Ada kesempatan dan mau mencoba untuk tetap konsisten, keberuntungan bisa saja singgah bila sudah memanfaatkan kesempatan itu. Yang jelas, kita bisa memberi contoh pada generasi yang lebih muda dalam jejak-jejak dalam sebuah tulisan di sini. Sebab anak-anak kita mempunyai kebutuhan lebih besar akan teladan orang dewasa daripada hanya mengecam saja. Lewat tulisan menjadi salah satu cara kita mengabarkan apa itu teladan.
Ketika orang berprestasi dan memperoleh penghargaan berupa PIALA, MEDALI, PIAGAM atau PLAKAT tentu akan menyimpannya bahkan di pajang di tempat yang mudah dilihat oleh orang lain, sebagai unjuk diri bahwa dia sudah berprestasi, benda itu buktinya. Kebanggaan seperti itu SAH saja, sebab tidak semua orang mampu berprestasi dalam bidang-bidang tertentu, bahkan prestasi yang hanya mengandalkan faktor keberuntungan. Kata Butet, "Orang pintar kalah dengan orang BEJO!"
Anggap saja saya bejo menjadi Kompasianer Terfavorite 2012, walau bejonya tidak maksimal, sebab hanya plakat penghargaan dan satu tas kenang-kenangan yang bisa saya bawa saat itu. Hadiah utama menunggu prosedurnya dari pajak sampai alamat lengkap. Tapi sak beja-bejone Kompasianer Terfavorite MASIH BEJO yang dapat MIO karena undian door prizenya, hadiahnya lebih mantap sih.
Setelah menginap semalam di rumah barunya pak Thamrin Dahlan bersama Kompasianer Mohammad Nuryadi, paginya kami bertiga berangkat ke TAMINI Square. Dalam guyuran hujan pagi yang tanpa henti, kami memilih
nongkrong di J.co untuk menikmati secangkir kopi coklat bersama beberapa donat hangat, sambil ngobrol banyak hal.
Di TAMINI Square terjadi penyerahan Kompasianer Terfavorite untuk berpindah tempat dalam rengkuhan Kompasianer Hai Hai, sebab beliau memang sudah berpesan jauh hari agar saya menginap di rumahnya. Hai
Hai ini memang sahabat lama saya nge-blog di Sabda Space, bahkan dia lebih dulu menjadi Kompasianer daripada saya.
Setelah beberapa menit kami tunggu, akhirnya Hai Hai muncul bersama pak Happy sobat lama kami setelah ngebel untuk menanyakan posisinya. Kami semua bersalam-salaman dan berbagi cerita. Pak Happy melihat plakat penghargaan Kompasianer Terfavorite yang saya bawa dan beliau membuka dan mengamatinya.
"Wah ini kalau dijual mahal nih...." kata beliau sambil tertawa.
"Benar pak, kalau mau 10 juta saya lepas hahahahaha......" jawab saya cepat.
Dan kami terlibat percakapan soal plakat penghargaan tersebut. Tapi saya nggak enak kalau pembicaraan serius itu dianggap bercanda, sebab salah satu komunitas saya memang sering begitu, dalam canda ada keseriusan.