Gurulah yang membuatku bisa membaca dan menulis. Gurulah yang membuat tahu sejarah dunia. Gurulah yang membuatku banyak tahu agama impor. Gurulah yang seharusnya DIGUGU dan DITIRU selama itu baik pengajarannya. Tapi tidak semua guru mengatakan peribahasa dengan baik dan benar. Guruku bilang : "Sedikit hujan banyak yang basah." Aku menjawab : "Sedikit yang KORUP tapi banyak rakyat yang menderita!" Guruku bilang : "Malu bertanya sesat di jalan." Aku menjawab : "Malu-maluin tuh pak!" Guruku bilang : "Yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran." Aku menjawab : "Yang dikejar dari kandungan istri tidak juga nongol, tapi kok dimana-mana anak berceceran ya pak!" Guruku bilang : "Sudah jatuh tertimpa tangga." Aku menjawab : "Namanya juga nasib pak!" Guruku bilang : "Kalau ditendang biar dengan kaki yang berkasut, kalau ditampar biarlah dengan tangan yang bercincin." Aku menjawab : "Kalau dipaksa kawin, yah terima sajalah, biar dapat TUA meskipun tidak cinta, tapi kaya raya, tinggal ngedoain biar cepet mampus saja deh pak!" Guruku bilang : "Karena tak kenal, maka tak sayang." Aku menjawab : "Karena tak punya kenalan untuk cari kerja, maka jadilah PENGANGGURAN!"
Mendengar semua jawabanku itu, pak Guru tidak marah-marah, guruku memang sabar melihat kreativitasku itu. Tapi hari ini aku menulis di dinding facebookku, begini bunyinya : "Walau bulan tertutup awan Walau bintang sedikit muram Gundah gulana hatiku Tadi siang di sekolah pak Guru marah padaku Karena kirim SMS yang mengatakan cinta padaku tak kujawab Sebelumnya sudah aku perlihatkan pada teman-temanku!" Dan aku akhirnya tertidur sambil menunggu komentar para sahabatku yang lucu-lucu itu. Ah semoga tidak ada yang memberitahu pak Guru akan statusku itu. Illustrasi : andy.web.id,top.adlesse.com,duniaberita.vt.vc, facebook.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H