Illustrasi : goodpaste.com Pelukis revolusioner yang terkenal jenius dan mengibarkan aliran kubisme dalam seni lukis ini mempunyai quote yang menarik, "Saya senang hidup seperti orang miskin, tetapi dengan uang yang banyak." Begitulah Pablo Picasso, apakah dalam kehidupan sekarang ini ada yang bertindak demikian? Saya kaget ketika membuka inbox di Kompasiana ini, ada sahabat yang mengaku senang membaca artikel-artikel saya karena merasa terhibur dan tidak njelimet dalam paparannya. Oleh sebab itu ia meminta saya untuk mau menjadi sahabatnya, jelas saya tidak pernah menolak siapa saja yang mau berteman, kusambut ajakannya dengan senyum cerah. Bahkan ketika ia membuat akun di Facebook, Tante Paku salah satu yang menjadi sahabatnya, tante-tante yang lain banyak juga, rupanya dia suka tante-tante untuk menjadi friendnya nih. Sahabat saya itu mengaku hanya membaca saja, tidak pernah memberikan vote, berkomentar, apalagi menulis, ia merasa minder karena bukan berasal dari kasta berpendidikan baik. Curhatnya kepada saya lewat Chatting di pesbuk cukup panjang bahkan lebih panjang dari artikel yang sering tayang di Kompasiana ini, walau tata bahasanya sederhana namun jelas terbaca maksudnya.
Illustrasi : enewsletterdisdik.wordpress.com Membaca Kompasiana pun tidak bisa lama, sebab ia membaca nebeng di Warnet sahabatnya yang buka 24 jam, ia memang tukang parkir di tempat itu. Jika ada waktu luang, sambil mengawasi parkiran, ia buka-buka internet yang pada awalnya diajari sahabatnya itu, ia mengaku senang membaca. Perkenalannya dengan Kompasiana sederhana saja, ia iseng mengetik kata TANTE kemudian search ke Google, setelah beberapa hari ia ketemu nama TANTE PAKU yang berada di www.kompasiana.com dan ia ngakak membaca artikelnya, dari situlah ia mulai kecanduan tulisan-tulisannya Tante Paku. "Ngomong - ngomong soal tulisan, yang paling menarik hatiku adalah keindahan tulisan - tulisan Tante. Sekalipun cuman puisi, semangatku ikut terbakar juga, sekalipun cuman mengabsen para sahabat kompasianer, perutku ikut kejang juga. Dan sekalipun hanya sebuah ketoprakan , otakku bisa menangkap apa yang ingin Tante sampaikan. Heran aku, kok ada orang yang bisa menulis dengan begitu enteng, serius namun mampu membuat ngakak banyak pembaca," begitu komentarnya di inbox suatu kali.
Illustrasi : 4shared.com
Saya tidak bisa menyebut nama sahabat saya itu dengan gamblang di sini, sebab ia sudah punya akun dan ia memang memohon untuk tidak di ABSEN bila Tante Paku mulai KUMAT mengabsennya. Tentu saja saya menghormati permohonannya itu, ia memang mengaku MINDER dengan BANGET, kenapa mesti minder? Tanya saya. "Tante, Aku ingin ceritakan sedikit hidupku, tapi jangan diartikan Aku sedang belajar mengarang, ini memang kenyataan yang PALING PAHIT dalam hidup yang mau tidak mau adalah kenyataan hidup yang harus Aku lakoni." "Oke, saya akan sabar mendengarkan ceritamu," tulis saya singkat. "Begini Tante, Aku itu hampir tidak jelas asal-usulnya, Ibu berasal dari mana? Bapak juga asalnya dari mana? Semua serba tidak terungkap. Kata Ibu, Aku lahir di LOKALISASI, sebab Ibu memang sering berpindah-pindah tempat, dari Tandes, Sunan Kuning, Doli, Kramat Tunggak, Saritem, dan entah mana lagi. Ibuku sekarang jadi Mucikari dan Aku hidup sendiri di kota ini, kontrak di kampung kumuh pinggir kali, sesekali Ibu kirim duit lewat ATM, itu kalau ingat atau Aku SMS untuk minta kiriman."
Illustrasi : yudhimath.wordpress.com "Jadi memang kamu tidak tahu siapa Bapakmu?" "Ibuku tidak pernah memberitahu bila Aku bertanya hal itu, dulu pernah bilang Bapak jadi TKI di Arab Saudi tapi sudah mati, entah benar atau tidak, Aku tidak pernah lagi bertanya soal itu. Yang Aku tahu, Ibu banyak langganan, dari segala lapisan, mulai COPET, JAMBRET, KORUPTOR,tak jarang para Mahasiswa!" "Ibumu pasti manis tuh," canda saya. "Hihihihi.....kata orang demikian Tante. Yang jelas Aku tidak punya ijasah, karena sekolahnya ya selalu pindah-pindah, yang pasti sekolahku selalu tidak jauh dari Lokalisasi dimana Ibu bekerja. Yang penting saya sudah bisa membaca dan berhitung itu sudah cukup, kata Ibu. Yang membuatku berbeda dengan teman-teman seusiaku, Aku sangat SUKA MEMBACA, baca apa saja, bahkan koran bungkus NASI KUCING pun sering aku baca, walau hanya sepotong saja. Dari kegemaranku membaca hingga saat ini, aku sering diminta para tetanggaku, yang rata-rata dari keluarga miskin, untuk mengajari anak-anaknya bila belajar."
Illustrasi : tyasonyoyy.wordpress.com "Wow menarik sekali kisahmu, tapi janganlah itu membuatmu minder, kamu pernah dengar Presiden legendaris Amerika Abraham Lincoln? Kedua orang tuanya MLARAT dan BUTA HURUF, Lincoln sendiri hanya mengenyam sekolah kurang lebih setahun, namun ia punya kemauan keras untuk belajar secara OTODIDAK, hingga dapat membaca, menulis, dan berhitung. Ketika beranjak dewasa, Lincoln berusaha keras untuk menambah pengetahuannya dengan BANYAK MEMBACA semua buku. Hasilnya, Lincoln menjadi ahli hukum saat berusia 28 tahun! Tirulah semangat juang Lincoln itu, masa mudanya penuh dengan kerja keras dan berbagai profesi untuk menghidupinya." "Terima kasih Tante dengan cerita yang menginspirasiku itu. Eh maaf, Aku lihat Tante kok sering online malam-malam, apa nggak cape seharian bekerja?" "Karena memang sempatnya internetan ya malam hari kok, kalau cape ya tidur. Pokoknya kalau nggak cape ya online, kamu juga seringnya online tengah malam?" "He he he he he......iya Tante, maklum kalau malam Warnetnya sepi, jadi Aku bisa memakai salah satu biliknya itu." "Wah bagus tuh, daripada ngelamun memang lebih baik membaca di internet." "Iya Tante. Eh Tante besok setelah ujian SD selesai kan ada liburan, anak-anak tetanggaku sangat ingin melihat LAUT dan KAPAL-KAPAL BESAR, saya terharu dan tersentuh untuk mengajak melihatnya, yang paling dekat ya ke Tanjung Mas Semarang, tapi saya terbentur biaya, bagaimana enaknya ya Tante?"
Illustrasi : donnypaolung.wordpress.com "Ada berapa anak yang mau kau ajak?" "Kurang lebih sepuluh anak, Tante." "Lebih baik sewa mobil saja, biar mudah mengawasinya," saran saya pendek. "Itu yang ada dalam pikiranku Tante, tapi Aku terbentur soal biaya, maklumlah Tante Aku bisa dimasukkan ke golongan Kompasianer termiskin di dunia. Para ortu anak-anak itu hanya mau iuran 10 ribu rupiah saja, bahkan ada yang tidak mau iuran. Yah maklum saja, para ortu itu memang ada yang kerjanya sebagai Sopir Becak, Pemulung, tukang cuci, pengemis, pengamen, tukang parkir seperti saya juga. Memang ada tetangga agak jauh yang punya pick up yang biasa buat keliling buat mencari RONGSOKAN dari kampung ke kampung, ia mau disewa tapi dengan biaya yang cukup tinggi bagi kemampuan kami." "Ya, saya bisa memahami kesulitan itu dan memang sering menjadi kendala kaum miskin, boro-boro untuk piknik buat makan sehari-hari saja harus banting tulang peras keringat. Mereka bisa menyekolahkan anaknya saja sudah kemauan yang hebat, walau sudah ada bantuan pemerintah toh masih saja mereka mengeluarkan biaya lain-lain yang tak sedikit. Baiklah, saya bantu kamu untuk biaya sewa pick up itu."
Illustrasi : metro.kompasiana.com Tidak ada jawaban. Saya lihat dia masih online. Saya panggil namanya. Tidak ada jawaban juga. Beberapa menit kemudian, ia mengetik jawaban singkat. "Beri saya waktu untuk mengusap airmataku Tante." ***
Illustrasi : gambargambarlucu.info Hari Minggu menjadi hari yang indah bagi sahabat mayaku itu, ia mengajak anak-anak tetangganya untuk pergi melihat Laut berikut Kapal-kapalnya ke Pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Ia berjanji akan meng-up load foto-fotonya nanti, ia sudah punya HP baru hasil duit kiriman ibunya beberapa saat lalu. Ia kini sudah bisa pesbukan lewat HP, tapi tergantung pulsanya masih banyak atau tidak. Seringnya sih pilih online lewat Warnet sahabatnya itu, karena GRATIS. Tiba-tiba saya tercengang melihat status di pesbuknya itu, ia meng-upload foto dan mention nama Tante Paku sambil menulis beberapa kalimat. "Karena uang terbatas, anak-anak kelaparan habis bermain di laut, tidak bawa bekal baju atau makanan, TERPAKSA saya mampir ke ATM, siapa tahu masih ada sisa uang. Ternyata, ini memang TANGGAL TUA, uangku tinggal SEDIKIT!"
Illustrasi : Facebook.com
"GEDUBRAAK!!" Tante Paku jatuh dari kursinya.
Sekian