Lihat ke Halaman Asli

(Hari Ibu) Ibu, Semoga Tuhan Tahu

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://agigratia.files.wordpress.com/2011/08/ibu1.jpg

Kejadian 3:20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya , sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Hari IBU untuk mengingatkan semua yang hidup, bahwa dari ibulah kita semua menjadi HIDUP, tanpa ibu tidak ada kehidupan yang penuh kerinduan.

Ibu, Semoga Tuhan Tahu

Tak bisa kurasakan sakitnya kau melahirkanku Tak bisa kubayangkan kasihmu membesarkanku Seperti ombak kau bergerak Membawaku ke luasnya samudera Mengajarkan kehidupan Memberikan kehangatan

Ibu Dalam diam kuberdoa Kubawa hatiku untukmu Kupersembahkan segala yang ada tanpa kata-kata

Ibu Dalam letihmu Lembut mengusap kepalaku Semua yang kubutuhkan mengalir Menyelamatkan segala gundahku

Ibu, aku ingin beristirah di dekatmu Menunggu di teras-Nya Menanti bahagiamu Semoga Tuhan tahu

221211 Puisi di atas terinspirasi oleh lagu Mongolia Mengzhong di eji  (Mama Dalam Lamunanku) Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju ke akun: Cinta Fiksi

http://3.bp.blogspot.com/_hsP-KSgOUGc/SUmi_yT02MI/AAAAAAAAAQY/E9Zs_qcRcqY/s400/IBU.jpg

Illustrasi :agigratia.wordpress.com,ekabees.blogspot.com Backsound : Mengzhong di eji - Mama Dalam Lamunanku - Mother In The Dream - Wudamu Wudamu, a 12-year-old boy from Inner Mongolia, lost his mother when he was 9-year old, and lost his father when he was 12-year-old. He looked like French Prince, and his song and temperament were welcomed by audiences and judges in China’s Got Talent Mengzhong di eji - Mama Dalam Lamunanku (Terjemahan lagu tersebut oleh Hai Hai seperti di bawah ini) Alam semesta luas dan tanpa batas Dalam kesunyian aku melamun Mamaku sedang berdoa Dia berdoa untukku Sambil menyajikan susu kepada Allah Dia menatap ke tempat yang jauh Di sebuah tempat yang jauh sekali Mamaku ada di jauh sekali Catatan : Mongolia negara yang sering dianggap tidak mempunyai agama, namun syair lagu di atas membuktikan mereka mampu menulis kalimat-kalimat  indah yang luar biasa sekali maknanya. Orang Mongol percaya bumi memiliki roh, karena itu mereka sangat berhati-hati “melukai” bumi. Sebagai bangsa nomaden, setiap kali berpindah, mereka selalu menutup kembali semua lubang bekas tiang kemah agar sang roh bumi tidak marah. Selain itu, orang Mongol juga menghormati roh api dan pohon tunggal. Mereka tidak akan melemparkan sampah jenis apa pun ke dalam api di tungku, dan bermalam di bawah pohon tunggal. Semua itu adalah tradisi yang hidup hingga hari ini. Semua berasal dari konsep shamanisme yang sudah hidup selama ribuan tahun. Silahkan melihat videonya di sini dan menangislah kalau memang terharu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline