Sudah menjadi ajang tersendiri yang selalu menarik perhatian publik dengan adanya IDOL-IDOLAN dalam banyak versi, pro kontra terjadi begitulah aksi reaksi pun mencuat seiring dengan hangatnya topik. Seperti pemilihan Kompasianer Favorite 2011 atas pilihan Admin sendiri, tentu tak lepas dari kriteria yang sudah ditetapkan, tulisan para kandidat yang mampu menaikkan trafficnya menjadi salah satu pertimbangannya. Bagi para handai taulan Kompasianer yang terhormat tanpa mengurangi rasa hormat, biarlah Admin merayakan pestanya sesuai keinginanannya, namun tak ada yang salah bila ada yang mengusulkan dengan memberikan masukan untuk kedepannya dalam pemilihan ini. Jangan kecil hati walau tak terpilih menjadi kandidat terfavorite, toh peran Anda di sini bukan berarti tak layak menjadi yang terfavorite, cuma belum beruntung saja. Yang terpenting dari SEMUA ITU, lihatlah TUHAN berkenan kepada SEMUA orang, yang baik maupun yang jahat, yang berprestasi maupun yang tidak, yang suci maupun para penjahat. Kita memang berada di antara kedua sifat itu, namun TUHAN tetap hadir disemua sifat itu. Segala GELAR di dunia ini hanya sementara, dan kita bisa bosan karenanya, yang pasti dalam hidup ini SEMUA ASALNYA dari TUHAN. Nikmatilah semua itu dengan rasa syukur yang tulus. Baiklah, biar lebih serius, mari kita wawancara dengan 10 Kompasianer yang tahun ini dipilih Admin menjadi kandidat TERFAVORITE dan pemenangnya akan ditentukan VOTE dari para Kompasianer lainnya, bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
Kandidat Kompasianer Terfavorite 1 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Ajinatha : "Saya berpikir TAHUKAH TUAN PRESIDEN..." Tanya : "Maksudnya?" Ajinatha : "Begini, Tahukah Tuan Presiden Manfaat Menyebarkan Link Tulisan ke Jaringan Sosial? Mereka harus tahu Ambisi Amerika Mencaplok Papua Barat. Kita seperti Boneka Para Penjajah. Ingat Kita Dalam Satu, artinya harus Introspeksi. Tanya : (Garuk-garuk kepala tidak gatal, perasaan kok nggak nyambung). Ajinatha : "Hahahaha.. Nominator Kompasianer Terfavorit?" Tanya : "YA ITU yang saya tanyakan!" Ajinatha : "Tolonglah teman-teman Kompasianer melihat persoalan ini secara bijak, jangan hakimi kami di lapak-lapak Kompasiana ini, banyak cara yang bijak untuk menyampaikan pendapat. Kalau ada yang merasa dirinya lebih pantas, silahkan ganti saya dalam nominasi tersebut, bagi saya tidak ada juga manfaatnya masuk dalam nominator, kalau pada akhirnya hanya menimbulkan kecemburuan sosial."
Kandidat Kompasianer Terfavorite 2 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" K. Rajawen : "Pertama harus Menjadi Penulis Bermental Baja dan Mau Menerima Pendapat Orang Lain. Kedua, Dalam Pelukanmu, Kulupakan Surga dan Neraka ..." Tanya : ?????? K. Rajawen : "Jangan mengernyitkan jidat dulu, masih ada yang ketiga yaitu Ketidakpuasan, Kekecewaan, Sakit Hati, dan Penderitaan sebagai kandidat itu berat. Keempat, dengan obyektivitas dan kejujuran. Saya katakan belum ada yang paling layak menjadi “Kompasianer Terfavorit 2011″." Tanya : "Lalu keinginan Anda saat ini?" K. Rajawen : "Maaf, Saya Belum/Tidak Minta Dukungan (Kalah Sebelum Bertanding) sebab saya punya 7 Kompasianer Terfavorit sendiri. Begitulah, Menunggu Itu Tidak Selamanya Menyenangkan, Kejarlah Kepopuleran, Maka Engkau Akan Kecewa dan Lelah. Yang jelas, Kata-kata Bermakna yang Kita Tulis, Mungkin Tidak Bisa Mengubah Seseorang. Tapi Percayalah Tidak Akan Sia-sia!!! "
Kandidat Kompasianer Terfavorite 3 :
Bain Saptaman : "Pak, Masih Kenal Saya?" Tanya : "Oh masih, Anda kan lagi terkenal? Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Bain Saptaman : "Waduh, Gimana Ya?" Tanya : "Ya gimana lagi?" Bain Saptaman : "Ketika Persahabatan Itu Terputus, Cucuku, Dialah yang Menyelamatkan Nyawa Kakek, itu bagian dari Kisah Tiga Negeri dan Sederhananya Sang Ustad Muda bisa menjadi inspirasi dalam pemilihan ini." Tanya : ???? Bain Saptaman : "Yang penting onthel saya ciri khasnya, Nanti Dikira Nama Orang Lain itu terserah, mau diinvestigasi atau diselidiki monggo saja lah. Ketika Persahabatan Itu Terputus bukan karena adanya pemilihan terfavorite tersebut, itu harapan saya."
Kandidat Kompasianer Terfavorite 4 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Della Anna : "Saya malah lebih afdol kalau tempat saya diberikan untuk Kong Ragile saja. Makanya saya serukan kepada seluruh kompasioners, JANGAN VOTE si NYI GENDENG - Mbo Bakul Jamu yang mukanya kuning terkena jamu kunyit, ntar NYESEL. Kita anggap saja nominator Terfavorit ini adalah versi admin Kompasiana, sebab wajar mereka yg punya rumah sih. Nah, kalau kita mau, maka kita adakan tersendiri, asalkan ada yang mengkoordinir, JUJUR ( jangan main teman-temanan, bersih ( jangan main sogok-sogokan lewat Link titipan, dan terbuka (jangan lewat FB atau jejaring sosial lainnya) hihihihi........Ini cuma pendapat ane aje . Jangan di dengerin nih Mbo Bakul Jamu, ntar ketularan loh kuningnya.. wkwkwkwkwk......" Tanya : "Ada lagi yang ingin disampaikan?" Della Anna : "“Berita Hoax” Tanggung Jawab Artikel dan Kedewasaan Kompasianers, Kalau hal inipun kita “maklumi” sebagai pembenaran, itu sama saja kita tidak mendukung usaha kita untuk bersih birokrasi dan kinerjanya. Kita masih bermain-main dengan sensasi atau pencitraan."
Kandidat Kompasianer Terfavorite 5 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Nathalia : "Ya itu pasti effect Cinta Pada Pandangan Pertama. Artinya Seraut Wajah Menyulam Berkah." Tanya : "Wah bahasanya NYASTRA amat?" Nathalia : "Begitulah, Rasa Rindu Matahari dan Bulan, itulah perasaanku terhadap diri ini yang dinominasikan, padahal tulisan-tulisanku sudah banyak tak HAPUS lho, seperti yang saya katakan tadi itulah effect Cinta Pada Pandangan Pertama." Tanya : "Ooo paham maksud Anda. Rupanya ada yang berdasarkan CINTA juga ya?" Nathalia : "Tanpa cinta bagaimana mereka bisa menentukan?"
Kandidat Kompasianer Terfavorite 6 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Titi : "Layakkah Aku Menjadi Seorang Jurnalis?" (Malah balik bertanya). Tanya : "Boleh, boleh boleh, memangnya kenapa?" Titi : "Apakah Benar Indonesia Surga Bagi Penduduknya?" (Wah malah bertanya lagi). Tanya : "Kalau bisa di bumi seperti di dalam sorga, kenapa tidak Indonesia menjadi salah satu sorga dunia?" (Sambil mikir, mau tanya apalagi nih si neng Titi ini ya?) Titi : "Klinik Kamipun Tak Luput dari Teror Bom." (Kali ini sepertinya curhat). Tanya : "Klinik Anda pasti terkenal tuh?" Titi : "Penilaian yang Salah. Pesan saya sebagai orang yang simple, ceria dan senang membaca adalah Wahai Para Wanita dan Remaja Puteri, Hati-Hatilah! Sebab Akal dan Nafsu membuat Bangsa Kita Tahu, tapi Tidak Tahu Diri." Tanya : "Maaf, hubungannya dengan Kompasianer Terfavorite apa ya?" Titi : "Lihat!, Semua Kasih Allah itu Indah." Tanya : "Oh?" Titi : "Apakah Saya Seorang yang Tahu Berterima Kasih?" Tanya : "Kurang tahu saya." Titi : "Ustadz Juga Manusia Biasa dan Bisa Salah Juga, artinya Masih Layakkah Saya, Anda dan Kita Semua Berharap Surga Allah?" Tanya : "Semoga masih layak." Titi : "Seorang Bocah Tewas Saat Bermain di Sungai. Satulagi Kejadian Menyedihkan, Seorang Ibu Asyik BBM-an, Bayi Mati Akibat Tertimpa Bantal. Aku Sedang Bingung, Mengapa Tulisanku Pembacanya Melebihi Tulisanku yang HL?" Tanya : "Artinya Anda juga bingung menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Titi : "Saya perlu menulis Penjelasan Mengenai Tulisanku yang Fenomenal. Dengan terpilihnya aku hanya bisa mengatakan betapa Begitu Dahsyat Kasih dan Sayang Allah SWT Kepada HambaNya. Adakah yang Bisa Menjawab Pertanyaanku Ini?" Tanya : "Kira-kira pertanyaannya apalagi? Titi memang suka bertanya ya?" Titi : "Hidup Menjadi Berarti Jika Kita Memberinya Arti, Pernahkah Kamu Melakukan Kesalahan yang Sama?" Tanya : "Pernah." Titi : "Pernahkah Kamu Merasa Khawatir Secara Berlebihan?" Tanya : "Pernah." Titi : "Apakah Saya Berprasangka Buruk Kepada SBY?" Tanya : "Wah mana saya tahu????" Titi : "Itulah Kunci Sukses yang Kudapatkan dari Obrolan Bersama Dokter." Tanya : "Terima kasih, maaf saya akhiri wawancaranya, maklum ditunggu Deadline." Titi : "Silahkan dan terima kasih. Ingat, Inilah Tulisanku, Mana Tulisanmu? Jangan Hanya Membaca, Lalu Mengkritik"
Kandidat Kompasianer Terfavorite 7 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Andika : "Wah mana ku tehe, ……….suka sukanya admin dong..." Tanya : "Lebih jelasnya?" Andika : "yuk kita nyanyi ajjah, hahaha, amengnya ike pikirin………………hahahha.....Maafin ya kalau tidak berkenan. Salam...."
Kandidat Kompasianer Terfavorite 8 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Neny Silvana : "Bolehkah Melanggar Janji?" Tanya : "Wah pertanyaan yang perlu dijawab dengan Insya Allah?" Nenny Silvana : "Tak Perlu Banyak Kata, Hati yang Berbicara. Saya tidak suka Janji Palsu. Sebab, Rahasia dan Kebiasaan Lucu yang Membuat Nyaman." Tanya : "Bagaimana dengan terpilihnya menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Neny Silvana : "Ingin Terkenal, Menulislah di Kompasiana! Buktinya fiksiku Tukeran Istri ! Lebih Dari 10.000 Pembaca Dalam Sehari. Total Hari Ini 75.000 Pembaca!" Tanya : "Itukah yang menjadi dasar penilaian sehingga Anda masuk menjadi kandidat?" Neny Silvana : "Aku Harus Sehat, Demi Suami dan Anak-Anakku, itu yang terpenting dan terfavorite!"
Kandidat Kompasianer Terfavorite 9:
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Julianto Simanjuntak : "Untuk Melepas “Energi Negatif” itulah salah satu Mujizat Perkawinan, sebab Seksualitas Dalam Perkawinan ada Rintihan Malam di Sebuah Kandang." Tanya : ?????? Julianto Simanjuntak : "Menceraikan Ibu Kandung karena Terluka Oleh Ayah Kandung sama saja dengan Sindrom “Sarang Kosong”. Tanya : "Pertanyaan saya belum dijawab pak?" Julianto Simanjuntak : "Tips Pacaran: Berguna Kini, Nanti Hingga Abadi daripada sekedar gelar Terfavorite itu. Kalah menang yang penting "Cuek" Obat '1001' Masalah." Tanya : "Oooo....ternyata maksudnya begitu ya? Terima kasih pak, selamat berkarya!"
Kandidat Kompasianer Terfavorite 10 :
Tanya : "Apa komentar Anda ketika terpilih menjadi kandidat Kompasianer Terfavorite?" Babeh Helmi : "Senjaku Membias, Mengejarmu." Tanya : "Waaa....apa maksudnya nih Beh?" Babeh Helmi : "Saat Aku Harus Menulis Surat Cinta, Ngakak’ Baca Buku Laris “Poconggg Juga Pocong” Tanya : "Waduh, nulisnya jangan sambil ngakak, entar surat cintanya isinya ngucluk-ngucluk doang dooong..." Babeh Helmi : "Siapa yang Mencuri Pisang?" Tanya : "Bukan saya Beh! Monyet kale!!" Babeh Helmi : "Pokoknye Dapet Kaga Dapet, Selalu mencari Di Lampu Merah. Pemilihan ini seperti Kompasianer Berburu Hantu Ketika Setan Berkumpul. Ah daripada mikiran TERFAVORITE dan yang lainnya, Karaokean Yuk …" Tanya : "Oke deh, karaokenya di tempatnya Inul aja sambil goyang ngebor ha ha ha ha ha ha.........." Begitulah hasil wawancara dengan para kandidat 10 Kompasianer Tervaforit pilihan Admin. Silahkan nge-vote bila berminat dengan para kandidatnya, silahkan bernego bila ada yang bisa di nego, silahkan minta pulsa bila memang ada yang mau tebar pulsa. Mari kita nikmati sambil mengamati yang terjadi nanti. Hidupku tidak sempurna Atau mendekati sempurna Sesungguhnya aku seikat ketidaksempurnaan Hanya bisa berusaha Hanya bisa memperbaiki ketidaksempurnaan itu Dengan mendatangi-Mu Tuhanku.... TP, 17.11.11 Artikel Sebelumnya : -Ini Dia Penulis yang “Disegani” di Kompasiana - Ini Dia Kompasianer Favorite yang Banyak Disukai -Ini Dia 5 Besar Puisi Terlaris di Kompasiana - Ini Dia Ratu Puisi Di Kompasiana -Ini Dia Penyair Kompasiana Yang Luar Biasa - Sumpah Birahi Pemuda dan Pemudi Indonesia - Gosip Para Istri Ketika Suaminya Ngeblog di Kompasiana
Illustrasi :radiokitafm.wordpress.com,folkslisten.blogspot.com