Barangkali ini bisa menjadi idiom baru bahwa SAMPAH bisa dibentuk jadi RUMAH. Cerita ini berawal ketika pak Paulus Mintarga akan membuat gudang baru, sebab gudang yang lama masa kontraknya habis dan tempatnya kurang luas, hingga tidak mencukupi untuk menampung bermacam sisa bangunan yang menjadi salah satu lahan bisnisnya. Karena beliau sudah mempunyai lokasi untuk membangun gudang sendiri, maka ia ingin membangunnya, tidak perlu kontrak lagi. Namun melihat material bekas di gudangnya sangat banyak, timbul ide untuk memanfaatkan semua barang yang sudah masuk kategori rongsokan atau sampah itu menjadi bermanfaat. Banyak batang baja dengan berbagai dimensi panjang dimanfaatkan untuk rangka utama sebuah bangunan tanpa harus mengubahnya, tanpa harus memotongnya. Artinya material yang ada membentuk dalam sentuhan kreatifitas yang harmoni. Potongan-potongan kayu ia tempelkan apa adanya hingga membentuk dinding yang artistik. Sementara lantai di bagian atas ia gelar ANYAMAN BAMBU dan styrofoam atau polystyrene dengan finishing plester semen, sebuah langkah berani namun dengan perhitungan cermat, perbedaan karakter itu bisa menyatu dengan kokoh bahkan kuat menampung beban 10 sak semen.
Akhirnya sebagian besar sisa material itu berubah menjadi sebuah rumah yang penuh cita rasa seni, namun bukan sebagai rumah pribadi melainkan menjadi bengkel kerja untuk berbagai kegiatan kreatif dalam bidang kesenian maupun kebudayaan, namanya pun menjadi REMPAH Rumah Karya, REMPAH mengandung arti REMUKAN SAMPAH. Rumah Karya itu memang 90 % berasal dari material sampah di gudangnya. Ide awal tersebut memang tak lepas dari sebuah perjalanan pak Paulus Mintarga ketika bertandang ke Museum New York beberapa tahun yang lalu, saat melihat lukisan karya pelukis Jepang timbul inspirasi yang dipendam cukup lama sampai akhirnya melahirkan REMPAH Rumah Karya itu sebagai tempat ajang berekspresi. Dengan berdirinya REMPAH Rumah Karya ini menjadi salah satu sarana dalam menghidupi kegiatan kesenian daerah dengan pemikiran dan tindakan yang bernafas divergensi budaya dengan kesenian nasional mesti ditepiskan. Dengan adanya REMPAH Rumah Karya yang terletak di wilayah Gajahan, Colomadu, Karanganyar, Solo ini bisa menjadi idiom kesenian baru para seniman daerah tanpa harus kehilangan jatidiri kedaerahannya, dan kesenjangan kebudayaan dengan masyarakat dapat dicegah dengan berdirinya bengkel kreatifitas para seniman ini tanpa harus terlelap dalam arus pemikiran yang terpasung rasa daerahisme secara berlebihan.
Filosofi Rempah Rempah sendiri adalah komoditas utama bangsa Indonesia di masa lalu, hingga mampu menarik negara-negara barat untuk mengeksplorasi hasil bumi ini atas nama kolonialisme-imperialisme. Rempah-rempah kita semua pasti sudah mengenal dan merasakannya, sebab ia adalah bagian dari bumbu masakan yang mampu memberi cita rasa khas, unik dan menarik. Seperti rempah, REMPAH Rumah Karya ini ingin memberikan konvergensi budaya yang akan melenturkan daya sentrifugal kesenian, sehingga tidak lagi terlalu mementingkan DAERAHISME, SUKUISME dan PARTIKULARISME yang berlebihan, Dengan adanya REMPAH Rumah Karya ini para seniman yang berakar pada sub-kultur perlu mencari peluang bagi sikap keluwesan penikmat seni negeri kita yang HETEROGEN dan terbagi-bagi dalam STRATIFIKASI sosial yang beragam.
REMPAH Rumah Karya yang launching pada Sabtu, 9 Juli kemarin, diharapkan keberlangsungan kehidupan kesenian daerah mencapai sasaran mutu yang lebih baik dan merambah kawasan penikmat yang lebih luas. Hanya saja rumah karya ini tidaklah merenggut kesenian dalam ketunggalnadaan bentuk namun mengarah para pretensi untuk memperkuat jatidiri seni, baik jatidiri kesenian kelompok maupun individu. Kebhinekaan budaya kita telah dikemas dalam arus perkembangan yang PROGRESIF, yang bisa dinikmati oleh masyarakat dari sub-kultur lain pada masa kini dan mendatang. Apabila kemudian dibutuhkan suatu wadah bagi perkembangan konvergensi budaya itu, tentu saja REMPAH Rumah Karya bertujuan untuk memuliakan kesenian dan seniman daerah maupun luar daerah, tanpa harus memasung kebebasan kreativitas mereka, bahkan bakal meniupkan arus dan NAFAS BARU bagi kehidupan kesenian sub-kultur.
Sejalan dengan VISI dan MISI REMPAH Rumah Karya yang tertulis dalam buku yang dibagikan ketika open house kemarin, bagaimanapun yang paling menentukan keberhasilannya adalah diri para seniman sebagai AGEN KEBUDAYAAN. Kepada merekalah sebenarnya tumpuan masa depan kehidupan kesenian itu mesti diemban. Memang mewadahi seniman bukan perkara gampang, tetapi bukan perkara mustahil, yang terpenting memang bukan masalah bisa atau tak bisanya. Dan REMPAH Rumah Karya sudah memulai walau berada di daerah. Komunitas Kreatif Ketika saya diundang dalam open house REMPAH Rumah Karya ini, beberapa karya seni rupa dipamerkan cukup unik, ada bentuk PATUNG BEKICOT yang berukuran 150x90x90 cm dengan bahan detail dari kertas koran dengan font huruf yang berbeda, juga patung petani dengan media yang sama. Ada juga karya dengan media plastik, resin dan wire, batu andesit, kayu dan lain sebagainya. Juga ada beberapa diskusi dari para pakar di bidangnya pada saat pembukaan tersebut, namun pamerannya sendiri berlangsung hingga 30 Juli 2011.
Sementara cakupan kerja kreatif REMPAH Rumah Karya bisa saya cuplikan dari katalog yang dibagikan sebagai berikut : 1. Rancang bangun struktur material. 2. Arsitektural desain interior. 3. Desain furniture. 4. Desain produk. 5. Art & Craft. 6. Inventarisasi material lokal-natural yang berkesinambungan, ditujukan untuk membuat directory sumber daya yang aplikatif. 7. Mekatronika & informatika. 8. Energi alternatif berwawasan lingkungan. 9. Edukasi. Rempah Rumah Karya memiliki organ kerja yang operasionalnya dijalankan secara mandiri, demikian juga dengan struktur organisasinya yang berdiri sendiri secara otonom. Saya sendiri berharap, semoga REMPAH Rumah Karya juga bisa menjadi ajang penataan diri dan tempat bersatu, bekerjasama mempertahankan hidup dan berusaha bersama memasarkan dan menjadi ajang promosi serta pelestarian kesenian ke pasar dunia, seperti apa yang menjadi Visi dan Misi-nya.
Illustrasi Foto : Dokumentasi Rumah Turi
Tulisan Terkait Ada Disini :
1. Rumah Turi Ikut Menjaga Seni Tradisi 2. Ini Dia Ciri Khas Kota Solo 3. Pesta Seks Dan Mabuk Para Kompeni Di Benteng Vastenburg Solo 4. Menjelang Lebaran Pasar Klewer Jadi Incaran 5. Test Keperawanan di Candi Porno 6. Masjid Agung Surakarta sebagai Barometer Kemajuan Umat Islam 7. Kelirumologi Nama Solo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H