Lihat ke Halaman Asli

Sepi Kutikam Berkali-kali

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1300880859576595875

Untuk memahami sebuah puisi Tidak boleh hanya mengutip kata- kata itu akan merusak makna kalimat tidak boleh hanya mengutip kalimat-kalimat itu akan  merusak makna sebuah puisi Merenungkannya dengan hati jernih untuk memahami maknanya itulah yang benar . (Kitab Mengzi VA : 4:2-WanZhang ) Puisi-Puisi :

Denyut Rindu

Hatiku resah Padahal waktu tanpa kesah Nyanyiku sumbang Perasaanku bimbang Tolong raba dadaku Masih adakah denyut Yang bernada rindu?

1987

Sepi Kutikam Berkali-kali Kutikam sepi berkali-kali Dingin pisau tak perduli Kamar ini menjadi saksi Sepi telah mati berulangkali Sunyi datang menghampiri Kembali aku berkelahi Jangan kau lari Aku benci sunyi 17311

Fiksi Malam Ini

Tiba-tiba layar menjadi warna-warni dunia fiksi huruf-huruf berbunyi dalam diam menari

Kekasih ajari aku hari ini cinta kasih sejati yang bukan sekedar fiksi

180311

Saat Bersamamu Ketika aku jadi kupu-kupu jadilah sayapnya yang lembut untuk bersama terbang menuju langit-Nya Saat kau jadi merpati patuklah hatiku tempatkan aku di sarangmu untuk bersama semadi di rumah-Nya Harapanku ada padamu mari nikmati anggur cinta dalam cawan kesegaran dan ingin kucium keharumanmu Kasih mari bersama menuju cahaya-Nya 180311

13011564751904539917

Foto illustrasi : Koleksi Tante Paku dan Stefanus Toni.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline