Biarkan saja Erianto Anas bermain kucing-kucingan dengan Admin layaknya pilem kartun Tom & Jerry di Kompasiana.com ini. Saya dapat cerita dari seorang teman yang menceritakan tentang sahabatnya yang kebetulan namanya juga ERIANTO ANAS, begini ceritanya. Ir. Erianto Anas seorang yang bekerja di sebuah pertambangan dan sudah berkeluarga. Pada suatu hari, sang istri menceritakan lewat telepon bahwa ia sudah melahirkan seorang bayi seberat 3 kg, mendengar itu sang suami senang bukan kepalang, anak pertama lahir dengan lancar, maka ia memberinya nama INTAN PERMATA. Sang istri tidak menolak dengan nama tersebut, maklumlah suaminya memang bekerja pada pertambangan emas yang besar. Dengan bangga sang istri menceritakan pada temannya tentang buah hatinya itu. Sang teman yang mempunyai sense of humor tinggi, segera pergi ke kantor sebuah harian dan memasang iklan. Iklan tersebut bunyinya demikian : "Setelah hampir 12 bulan bekerja keras di pertambangan, dengan ini bapak dan ibu Ir. Erianto Anas memberitahukan bahwa akhirnya menemukan INTAN PERMATA seberat 3 kg." Seorang wartawan yang jeli, begitu melihat iklan tersebut segera berburu alamat sang penemu intan permata tersebut untuk menggali berita lebih dalam. Setelah bertemu dengan nyonya Erianto Anas, terjadilah wawancara yang cukup serius. Wartawan : "Apakah benar di sini rumah keluarga Ir.Erianto Anas ?" Ny. Erianto Anas: "Yup betul. Dengan siapakah bapak ingin bertemu?" Wartawan : "Sebenarnya saya ingin bertemu bapak Erianto Anas . Saya wartawan dari Harian Komposono." Ny.Erianto Anas : "Waduh sayang sekali, bapak lagi berada di pertambangan sana. Apakah saya bisa menggantikannya?" Wartawan : "Kalau ibu bersedia, saya sangat menghargai sekali. Begini bu, saya telah membaca bahwa akhirnya toh didapatkan juga INTAN PERMATA yang 3 kg beratnya itu." Ny. Erianto Anas : (Teringat pada bayinya) "Benar sekali, bapak wartawan." Wartawan : "Dapatkah ibu memperlihatkan tempat diketemukannya INTAN PERMATA itu?" Ny. Erianto Anas: "Saya sebenarnya ingin memperlihatkan tempat lobang INTAN PERMATA tersebut kepada anda, tapi suami saya pasti akan keberatan." Wartawan : "Jauhkah lobang tersebut dari sini?" Ny. Erianto Anas : "Sama sekali tidak, malahan sangat dekat!" Wartawan : "Kalau boleh ingin tahu, apakah sekitar lobang itu tumbuh semak-semak yang sangat lebat?" Ny.Erianto Anas : (Mukanya berubah merah, mungkin malu). "Ya, tapi itu tidak menyebabkan suatu masalah berarti." Wartawan : "Sudah adakah lobang tersebut ketika suami ibu bekerja disitu?" Ny.Erianto Anas : "Tentu saja, sebab alam telah menciptakannya." Wartawan : "Apakah suami ibu merupakan orang pertama yang mengeksploitir lobang tersebut?" Ny.Erianto Anas : (Kembali mukanya memerah karena malu). "Setidak-tidaknya begitulah." Wartawan : "Lamakah suami ibu bekerja disitu?" Ny. Erianto Anas : "Kurang lebih satu tahun." Wartawan : "Sulitkah pekerjaan itu?" Ny. Erianto Anas: "Pada permulaannya memang sulit, tapi setelah alat pengebornya terpasang tegak lurus, keras dan kuat baru deh dikerjakan secara rutin. Pekerjaan tersebut ternyata sangat menyenangkan." Wartawan : "Apakah suami ibu harus mengebornya dalam-dalam?" Ny.Erianto Anas : "Betul. Alat pengebornya yang panjang itu selalu masuk sedalam-dalamnya hingga kepangkalnya." Wartawan : "Menurut pendapat ibu, masih bisakah ditemukan INTAN PERMATA yang beratnya seperti itu?" Ny.Erianto Anas : (Tersenyum cerah) . "Saya yakin pasti bisa, jika lobang itu dikerjakan lagi!" Wartawan : "Apakah suami ibu masih suka untuk mengebor lagi?" Ny.Erianto Anas : "Terus terang saja, saya selalu mengharapkan dan membujuknya supaya ia berbuat demikian." Wartawan : "Ketika hasil yang pertama diperoleh, apakah ia akan bekerja dengan lebih keras lagi?" Ny. Erianto Anas : "Sementara ini tidak. Tapi saya telah katakan kepada beliau bahwa memang sekaranglah saatnya, sebab waktu istirahat yang 40 hari sudah berlalu." Wartawan : "Apakah suami ibu mempunyai seorang pembantu dalam pekerjaannya itu?" Ny.Erianto Anas : "Tidak. Hanya saya sendirilah yang membantunya dengan goyang yang teratur, sebab ia memiliki alat bor yang istimewa." Wartawan : "Mungkinkah suami ibu menjual alat bornya tersebut?" Ny. Erianto Anas : "Oh tidak mungkin! Jangan sampai terjadi, sebab itu kebanggaannya dan saya membutuhkannya. Lagipula kemana-mana ia selalu membawanya." Wartawan : "Apakah ibu keberatan jika suami ibu sedang tidak ada, biarlah saya mencari lobang itu dan sekaligus mencoba bekerja pada lobang itu?" Ny.Erianto Anas : "Usul anda sangat menarik dan menyenangkan sekali! Tapi suami saya sangat memonopoli lobang tersebut, jadi berat sekali resikonya deh!" Wartawan : "Satu pertanyaan terakhir, cukupkah air disekitar lobang itu?" Ny. Erianto Anas : "Tentu, bahkan cukup untuk membasahi semuanya." Wartawan : "Sungguh saya akan mengatakan dengan jujur, suami ibu seorang yang berbahagia sekali. Sebetulnya saya sangat antusias ingin melihat lobang tersebut, sayang sekali suami ibu memonopolinya. Bolehkah saya memotret INTAN PERMATA tersebut?" Kemudian Ny. Erianto Anas masuk ke kamarnya untuk menggendong buah hatinya itu. (Berdasarkan cerita seorang teman)
Illustrasi : blogs.fanbox.com, gradykiddo.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H