Angin pantai berhembus kian kencang menerpa, namun sang angin sama sekali tidak bisa menerbangkan air mata yang mengalir kian deras menelusuri wajah gadis cantik yang duduk termenung meratap kehidupan yang seakan kian berat untuk dipikulnya. Hatinya memekik kencang, ribuan pertanyaan seakan ingin meledak memenuhi pikirannya. Apakah hidup memang seberat ini untuk dijalani? Apakah Dunia sudah kehilangan segala keadilannya?
Memang dalam 19 tahun hidup yang ia jalani, keadilan dan kedamaian hidup seakan tidak pernah sudi singgah menyapanya. Dimulai dari kehidupan yang teramat berat di panti asuhan tempat menghabiskan 16 tahun usianya, kehidupan yang teramat berat ia jalani disana. Seakan tanpa belas kasih, anak-anak dipanti asuhan itu dipaksa bekerja keras dan membanting tulang diusia dini hanya untuk memenuhi kebutuhan penjaga panti yang seakan tidak pernah puas dengan kekayaan yang dimiliki, sedangkan anak-anak itu hidup melarat, bahkan perut mereka tidak pernah merasakan bagaimana rasanya kenyang dan lidah mereka tidak pernah kenal dengan kata "lezat".
Memasuki masa remaja, umur gadis cantik itu baru 16 tahun ketika Madam Ferina datang menjemputnya, wajah wanita itu sangat ramah dan penampilannya sangat rapi lagi mewah. Madam ferina seakan menjanjikan hari esok yang lebih baik baginya, dan seakan bisa memberikan secercah cahaya kebahagiaan dalam hidupnya. Namun jauh harap dibanding kenyataan, Madam Ferina membuat hidupnya lebih nelangsa, ia tidak lagi diperlakukan seperti manusia ketika bersama wanita itu, dia hanya seperti seonggok daging yang tiada berharga lagi, dia hanya dijadikan pemuas nafsu bagi lelaki-lelaki yang tidak pernah memikirkan kehormatan wanita, lelaki hidung belang.
Lepas dari pelukan satu lelaki lalu pindah lagi kepelukan lelaki lainnya. Begitulah ia menjalani 3 tahun terakhir kehidupannya. Tetapi baginya hari ini adalah puncak dari deritanya selama 19 tahun ini, tidak pernah dia merasakan cobaan hidup yang seberat ini sebelumnya, hari ini dia dihina dan disiksa dengan kejam oleh lelaki yang membeli tubuhnya. Seluruh badannya terasa remuk, memar dan luka menghiasi sekujur tubuh dan wajahnya, namun memar diwajahnya sama sekali tidak bisa menutupi kecantikan wajah bagaikan elf yang dimilikinya.
"Sungguh, aku tidak sanggup lagi" batinnya. Ia kembali terisak, air mata tidak mau berhenti mengalir dipipinya. "Aku harus akhiri ini", jeritnya lagi dalam hati. Dia memandang langit dengan mata sembab, lalu ia berdiri dan melangkah gontai menuju laut, bahkan untuk berjalan saja rasanya dia tidak sanggup lagi, tubuhnya benar-benar sakit, namun dia tetap memaksa, dia terus menyeret kakinya menuju laut. Ya, dia ingin mengakhiri hidupnya, gadis cantik itu sudah tidak sanggup lagi, keputusannya sudah bulat, hari ini dan di laut yang indah ini dia akan mengakhiri dan menghapus segala penderitaan yang selama ini menggerogoti hidupnya.
Dia merasa sudah sangat jauh berjalan namun air laut seakan enggan untuk menyentuhnya, bahkan seujung kuku pun tidak ada air laut yang mau menyentuhnya, air laut itu kian menjauh dari dirinya. Dan sang angin seakan berbicara dengannya "Kerita, kau tidak seharusnya melakukan ini, hidupmu terlalu berharga untuk dibuang dengan percuma, kau pikir cara ini bisa mengakhiri segalanya? Cara ini bisa mengakhiri penderitaanmu?
Kau sungguh naif Kerita, malah ini akan memulai penderitaan baru yang tiada pernah bisa kau bayangkan, percaya padaku Kerita, dengarkan aku, Tuhan tidak pernah menguji seseorang diluar batas kemampuannya, percayalah bahwa selalu ada dua kemudahan dibalik satu kesulitan, karena itu adalah janji Tuhan, percaya padaku Kerita, percayalah kepada dirimu sendiri, dan percayalah kepada Tuhanmu, masih ada kesempatan untuk berubah Kerita,
masih ada kesempatan untuk pergi dari beratnya beban hidupmu selain dengan cara kotor ini, kau masih punya Tuhan, memintalah kepada-Nya maka Dia pasti akan mendengarmu dan mengabulkan segala permintaanmu, asalkan kamu mau bersabar dan tak pernah berhenti untuk berharap. Sungguh Kerita, segala cobaan yang menimpamu adalah cara Tuhan untuk menempamu menjadi pribadi yang kuat, yang tangguh, dan tahan banting, bukankah orang-orang hebat selalu mengalami penderitaan yang berat?
Ayolah Kerita, lihatlah bahkan semesta tidak mendukungmu untuk melakukan cara nista ini, air laut enggan menyentuh apalagi melumatmu Kerita, lihatlah.". Gadis cantik itu terduduk, dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan. Kerita terisak dan memeluk lututnya, dia menangis sekeras-kerasnya namun hatinya mengangguk dan membenarkan perkataan sang angin, mulai sekarang dia akan memeluk segala harapan dihatinya untuk kemudian menerbangkannya kelangit menuju sang pencipta lewat doa-doa yang akan terus menguatkan dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI