Lihat ke Halaman Asli

Kasihan, Hatta Rajasa Jadi Sasaran Tembak Prabowo

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KAMPANYE calon presiden Prabowo Subianto selalu menggelegar. Rupanya Prabowo paham psikologi masyarakat kini bahwa suara yang keras dan menggelegar identik dengan sikap tegas. Mantan Danjen Kopassus itu ingin meyakinkan bahwa dia adalah seorang yang tegas, beda dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang oleh banyak orang dinilai lembek dan tidak tegas. Juga berbeda dengan Joko Widodo yang dinilai tidak tegas.

Suara Prabowo memang kedengaran tegas. Dia suka memberi tekanana pada kata-kata tertentu dengan niat ingin meyakinkan publik. Bahkan Prabowo bisa berbicara secara meyakinkan tentang sesuatu hal yang sebenarnya dia sendiri tidak terlalu paham.

Buktinya saat dia berbicara tentang kebocoran anggaran hingga Rp1000 triliun dan mengutip Ketua KPK Abraham Samad yang katanya menyebutkan kebocoran hingga Rp7200 triliun. Prabowo menyebutkan angka Rp1000 triliun dan Rp7200 triliun berulang kali sebagai penekanan.

Setelah Prabowo mengungkapkan kebocoran anggaran itu banyak pihak membantah. Tidak tanggung-tanggung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Umum Partai Demokrat melalui Menko Perekonomian Chairul Tanjung, membantah itu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga membantah. Para ekonom malah menertawakan angka kebocoran itu. Kalau APBN sebesar Rp1800 triliun dan Rp1000 triliun bocor, maka negara ini sudah lama bangkrut.

Soal kebocoran anggaran itu Chairul Tandjung mempersilakan wartawan menanyakan kepada Hatta Rajasa. Mensesneg Sudi Silalahi juga melemparkan itu ke Hatta Rajasa. Capres Joko Widodo juga sami mawon, meminta agar Hatta Rajasa menjelaskan itu.

Bahkan menurut Laode Ida, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpin Hatta Rajasa, pernyataan Prabowo mengenai kebocoran uang negara dalam debat calon presiden hari Minggu (15/6) itu, secara halus merupakan 'tusukan tajam' terhadap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yhudoyono.

"Termasuk pasangan Cawapres-nya sendiri, yakni Hatta Rajasa, yang di dalam pemerintahan Presiden SBY menjabat sebagai Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian," kata Laode lewat pesan tertulis, Senin (16/6) seperti dilaporkan Seruu.com (17/6).

Tak hanya itu, menurut Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu, pernyataan Prabowo itu bisa menimbulkan tafsir liar bahwa Presiden SBY dan jajarannya, merupakan bagian dari penikmat 'uang negara yang bocor' tersebut.

"Jadi, publik bangsa ini, termasuk juga saya sebagai warga bangsa sungguh-sugguh prihatin, dan sekaligus meminta PS (Prabowo Subianto) untuk segera memberikan penjelasan secara khusus, atas pernyataan yang sampai kini bisa dianggap sangat tidak berdasar seperti itu," kata Laode.

Jika Prabowo tak segera memberikan penjelasan detil tentang kebocoran uang negara itu, Laode mengingatkan bahwa nantinya akan berdampak terhadap tingkat elektabilitas Prabowo, dalam menyambut Pilpres 9 Juli 2014 nanti.

Tidak hanya soal kebocoran anggaran. Pada banyak kesempatan kampanye Prabowo sering menyinggung kegagalan pemerintahan Yudhoyono meski dia juga mengatakan akan melanjutkan program yang baik dari Yudhoyono.

Kritikan Prabowo terhadap pemerintahan SBY termasuk defisit anggaran sungguh memojokkan Hatta Rajasa karena apapun juga Hatta adalah bagian dari pemerintahan saat ini. Soal utang luar negeri yang besar yang harus dibayar, adalah buah karya Hatta Rajasa karena selama 5 tahun terakhir Hatta sebagai orang kepercayaan Yudhoyono di bidang ekonomi.

Semakin banyak dan semakin sering Prabowo mengeritik pemerintahan SBY sebenarnya Prabowo sedang mengeritik atau bahkan menguliti cawapresnya sendiri. Saya jadi bertanya-tanya, sejauh mana Hatta Rajasa berkontribusi dalam memberikan masukan terutama soal-soal perekonomian kepada Prabowo Subianto?

Semestinya Hatta diberi akses untuk memberikan masukan hal-hal yang substansial kepada Prabowo mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi, sedangkan pengemasannya tergantung dari improvisasi Prabowo baik saat kampanye terbuka maupun dalam debat. Sehebat-hebatnya Prabowo mestinya dia juga perlu menyiapkan diri sehingga pernyataannya tidak berkembang menjadi isu liar karena tidak dilandasi data yang valid.

Sebagai pendukung Prabowo-Hatta, saya berharap Prabowo lebih bijaksana dan tidak menghakimi Hatta Rajasa di depan umum. Saya sungguh kasihan melihat setiap kali Prabowo berapi-api mengeritik pemerintahan SBY, Pak Hatta tertunduk malu. Kasihan kan Pak Hatta jadi sasaran tembak.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline