Lihat ke Halaman Asli

Ancaman dari Problem Pangan

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia membutuhkan makanan untuk mengisi energinya. Makanan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, baik dulu, sekarang, dan kedepannya. Kebutuhan akan makanan sendiri semakin hari pasti meningkat karena jumlah manusia pun semakin hari juga semakin bertambah. Diperkirakan padasebelum tahun 2050 populasi dunia akan meningkat sekitar 35%, mungkin menjadi sekitar 9 miliar manusia.

“Saat membicarakan ancaman lingkungan, kita membayangkan mobil dan cerobong asap. Sebenarnya, problem pangan adalah salah satu bahaya terbesar di bumi” (Majalah National Geographic Indonesia edisi Mei 2014)

Pertanian termasuk penyumbang terbesar bagi pemanasan global, menghasilkan gas rumah kaca lebih banyak daripada gabungan mobil, truk, kereta api, dan pesawat terbang. Sebagian berasal dari metana yang dilepaskan oleh ternak dan sawah, dinitrogen oksida dari lading yang dipupuki, dan karbon dioksida dari penebangan hutan hujan untuk bertani atau berternak.

Semakin banyaknya populasi di dunia nantinya pasti akan mendorong meningkatnya jumlah pertanian dan perternakan di seluruh dunia. Bisa dibilang ini sebuah dilema, di satu sisi kita ingin menjaga kelestarian bumi dan di sisi yang lain kita membutuhkan bahan pangan.

Ada 5 langkah yang mungkin dapat mengatasi dilema pangan di dunia:

1. bekukan jejak pertanian

2. tingkatkan hasil panen di pertanian yang ada

3. gunakan sumber daya secara lebih efisien

4. ubah pola makan

5. kurangi makanan mubazir

Diartikel ini sebenarnya mengajak kita semua untuk lebih bijaksana soal pangan ini. Bukan brarti kita tidak makan apa-apa, bukan itu aksudnya. Makan tetap menjadi kebutuhan dasar manusia tetapi dalam makan hendaklah menjadi bijaksana sehingga makanan tersebut tidak menjadi mubazir.

Sumber : majalah National Geographic Indonesia edisi mei 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline