Aku datang jauh dari masa depan menuju masa lalu hanya untuk Sekedar mengapresiasi apa yang terlewat. Mengapa?
Karena sebelum waktuku habis sebelum ingatan itu lenyap ditelan oleh derasnya kehidupan. Jadi ku sempatkan datang dengan harap kebekuan dan ketegangan di masa lalu itu meregang. Permintaan maaf yang terlambat memang tidak berguna. Nasi sudah menjadi bubur. Tapi paling tidak melegakan aku yang dihantui rasa bersalah. Meregangkan kecanggungan di masa depan itulah salah satu fungsi dari Permintaan maaf yang terlambat.
Namun saat mendengar pertanyaanmu "apakah dunia ini berhenti" Sontak hatiku seperti ditikam sembilu. Perih. Untuk alasan apapun perkataan itu menyakitkan.
Waktu sudah lewat terlalu jauh, saatnya menerima dengan lapang kata-kata itu.
Manusia akan lupa atas apa yang mereka perbuat. Tapi manusia tidak akan pernah melupakan bagiamana mereka merasa.
Hai diriku yang baru saja membuka jalan untuk terhubung dengan sosial kembali. Selamat datang inilah realita kehidupan yang sudah lama kau hindari saat berbaur, terhibur tertawa dan terluka adalah paket komplit.
Bukankah ini saat yang tepat untuk menutup ulang kembali halaman lama dan bergerak maju di mana halamanku sekarang telah dibuat.
Jalan yang terjal nan melelahkan sebuah kehidupan membuat kita sadar bahwa tidak ada orang yang sama seperti dulu kita kenal. Bahkan saat kau bertemu pohon yang sama di hutan itu artinya kau sedang tersesat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H