Kehidupan dan kematian seperti dua mata koin. Saat kematian datang menghampiri kehidupan bagi yang lain tetap berlanjut. Kematian memberi kegembiraan bagi mereka yang meninggal karena kematian berarti pulang. Pulang selalu menyenangkan setelah seharian lelah bekerja. Pulang dan beristirahat itulah tentang kematian. Bagi yang ditinggal adalah kesengsaraan. Kematian selalu meninggalkan duka.
Penyesalan sepanjang nafas bagi mereka yang ditinggal karena pernah berbuat semena-mena meski tanpa sengaja. Hal itu seperti hukuman yang harus diterima jika berbuat semena-mena.
Lantas bagaimana seseorang mampu bebas dari belenggu penyesalan dan rasa bersalah karena telah berbuat semena-mena kendati tidak sengaja?
Begitulah kehidupan bekerja. Kadang seorang manusia memiliki dua kepastian yang tidak bisa dihindarkan. Kadang dikecewakan kadang juga mengecewakan. Memberi maaf adalah solusi dari dua kepastian itu. Kenapa? Karena memaafkan orang yang merasa bersalah melegakannya dan memaafkan orang yang merasa tidak bersalah melegakan diri kita sendiri
Fakta tentang memaafkan yang perlu diketahui adalah hati ini lisan berkata telat memaafkan tapi esok hari sebulan lagi setahun lagi sakit di hati itu kadang timbul tenggelam lagi. Tidak mengapa hal itu terjadi. Memaafkan tidak hanya saat mulut ini berikrar telah memaafkan. Esensi memaafkan adalah memberi maaf setiap kali rasa sakit datang menerjang.
Sekali lagi, memaafkan orang yang merasa bersalah membuat mereka merasa lega. Serta memaafkan orang yang tidak merasa bersalah melegakan hati kita sendiri.
Hati yang lega membuat hubungan jauh dari prasangka dan curiga. Suasana pun riang gembira. wajah menghangat karena senyuman dari relung jiwa. Akrab nyaman dan jauh dari nestapa
Pagi yang cerah untuk jemuran pakaian yang indah
Brabasan, Ahad 12 Mei 2024
Dariku Penikmat matahari pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H