Lebaran tahun 1445 H atau 10 April 2024 berbeda mengapa?. Jawabnya pertama karena meski awal puasa berbeda lebaran tetap sama.
Kedua karena lebaran tahun ini cukup spesial bagiku seorang perempuan yang memutuskan merantau meninggalkan kampung halaman sejak usia 15 tahun untuk menimba ilmu di sebuah gang Suronatan Kota Yogyakarta akhirnya bisa sholat Id di lapangan yang sama setelah 15 tahun waktu berlalu.
Ketiga pulang kampung tidak sendiri tapi bawa suami dan anak perempuan 5 tahun dengan trip yang cukup jauh dari Bantul Yogyakarta menuju Pekon Banyuwangi kecamatan Banyumas kabupaten Pringsewu.
Lalu apa saja yang terjadi selama perjalanan mudik ke kampung halaman masa kecil kali ini. Cerita kali ini tentang perjalanan. Seperti kisah para musafir yang ingin sampai tujuan. Selama perjalanan ada beberapa kejadian yang patut ditulis di sini untuk bisa diambil faidah.
Saat perjalanan menuju Lampung kami mulai berangkat tanggal 7 April 2024 tepatnya hari Minggu setelah sholat tarawih. Kami sengaja mengambil jam malam untuk berkendara agar sesuai edaran dinas Perhubungan bahwa tol Semarang -Cikampek akan dibuka pukul 00.00.
Setibanya di pintu tol ternyata masih ditutup dan tetap diberlakukan one way dari arah Jakarta menuju Jogja. Subhanallah beberapa kali dibuat berputar-putar oleh google Map dan akhirnya kami putuskan lewat jalan arteri Pantura. Tentu rute yang panjang dan driver kami kali ini bukanlah driver biasanya. Alias driver dadakan atau orang Lampung biasa menyebutnya dengan supir tembak.
Keadaan driver yang dadakan dan belum pernah melakukan trip ke Lampung menjadi tantangan tersendiri. Tujuan menggunakan driver agar kami bisa lebih banyak istirahat selama perjalanan menjadi kurang istirahat karena harus ikut mengawasi selama perjalanan.
Naasnya saat sampai daerah Brebes tiket penyebrangan dari Merak menuju Bakauheni sudah habis terjual sampai tanggal 10 April posisi saat itu masih tanggal 8 April pagi. Muncul putus harapan tapi optimis harus tetap dong. Jika kehabisan tiket dan tidak bisa menyebrang ke pelabuhan kemungkinan terburuk kami akan menginap di Merak dan sholat Id di Merak bukan di Lampung.
Perjalanan pun tetap berlanjut sesampainya di Cikampek kami beristirahat di Rest Area sebentar dan aku memutuskan bertanya kepada seorang Polisi yang sedang bertugas.
"Pak mau tanya, ini saya mau nyebrang ke Merak tapi saya cek di aplikasi kok sudah habis, terus masih macet enggak di pelabuhan. Kami takut terjebak di antrian Sepajang 19 KM" tanyaku meminta informasi
"Ibu mau ke mana"