[caption id="attachment_317880" align="aligncenter" width="465" caption="Skuad Tim Samba (foto: republika.co.id)"][/caption]
"Hanya ada satu kandidat terkuat juara -- Brasil. Mereka adalah sebuah tim kuat dan ada energi yang sangat besar di negara itu. Ada kekuatan luar biasa yang ada di dalam negara ini," (Joachim Loew – Pelatih timnas Jerman)
Brasil. Ya, dalam hal sepak bola siapa yang meragukan negara satu ini. Orang-orang mungkin akan berpikir seribu kali untuk tidak menaruh nama Selecao ke dalam daftar favorit juara. Pengoleksi mahkota Piala Dunia (PD) terbanyak ini punya segalanya untuk meraih bintang keenamnya.
PD Brasil 2014 hanya tinggal hitungan hari. Negara-negara partisipan semakin berbenah mempersiapkan diri agar tampil maksimal. Bila kita coba menganalisis siapa calon kuat juara ajang sepak bola terbesar sejagad kali ini, maka akan mengerucut beberapa nama. Sebut aja tuan rumah Brasil, juara bertahan Spanyol, lalu ada nama Argentina, Jerman dan Italia.
Kans Selecao
Tanpa mengurangi rasa hormat, dari nama-nama tersebut saya lebih condong memilih Brasil. Pertanyaan sekarang timbul, kenapa Brasil? Paling tidak banyak faktor yang mendukung hipotesa saya.
Pertama, Brasil kali ini turun dengan status tuan rumah. Menjadi host tentu mendapat banyak keuntungan. Yang paling terasa adalah dukungan penuh rakyat Brasil selama perhelatan hajatan besar ini. Supporter diyakini akan menjadi pemain ke-12 yang tidak berhenti mendongkrak semangat bertarung anak-anak selecao.
Pada Piala konfederasi tahun lalu sudah tampak bagaimana tim Samba tampil penuh spirit karena dukungan yang luar biasa dari para supporternya. Tapi PD dan Konfederasi tentu berbeda, menjadi tuan rumah juga akan menjadi boomerang jika mental tim tak siap menerima tekanan harus menang.
Brasil sendiri pernah menjadi host PD pada tahun 1950 namun gagal menjadi yang terbaik setelah ditaklukkan Uruguay di laga puncak. Tapi itu sudah terjadi 64 tahun yang lalu, Brasil kini dianggap lebih siap untuk meraih mahkota teranyarnya.
Enam dari delapan negara juara PD meraih gelar tersebut saat bermain di kandang. Uruguay (1930), Italia (1934), Inggris (1966), Jerman Barat (1974), Argentina (1978) dan Perancis (1998) adalah tuan rumah yang merasakan manisnya mahkota juara dunia di rumah sendiri. Brasil mungkin akan mengikuti jejak negara-negara di atas.
Kedua, kualitas pemain bintang lima. Tak ada yang ragu dengan deretan pemain berlabel bintang milik selecao. Neymar Jr. (Barcelona), Thiago Silva (PSG), Dani Alves (Barcelona), Oscar (Chelsea), Willian (Chelsea), Fernandinho (Manchester City) dan masih banyak lagi. Mereka kini berada pada usia emas dan tampil hebat bersama klubnya masing-masing.
Dengan skuad yang mentereng tim Samba siap untuk mengakhiri paceklik juara di PD. Setelah di dua edisi terakhir langkahnya tertahan di perempatfinal, saat ini dengan generasi yang berbeda mereka ingin menunjukkan bahwa kiblat sepak bola itu masih di daratan Brasil.
Lewat Piala Konfederasi tahun lalu sudah coba mereka buktikan. Brasil mengakhiri turnamen dengan sempurna, memenangi lima pertandingan dihadapan pendukungnya sendiri. Hasil itu semakin mantap setelah Neymar cs menjuarai Piala Konfederasi 2013 dengan mengalahkan juara Eropa dan dunia Spanyol dengan skor meyakinkan 3-0. Dengan skuad yang kurang lebih sama dengan piala konfederasi lalu, peluang Brasil di PD sangat besar.
Ketiga, sejarah. Sepanjang penyelenggaraan PD hanya negara-negara dari Amerika Selatan dan Eropa yang pernah merasakan manisnya juara. Wajar-wajar saja, dua konfederasi tadi adalah kiblatnya sepak bola dunia. Di sanalah pemain-pemain terbaik dunia lahir dan berkumpul memperkuat negaranya masing-masing.
Dari 19 edisi yang sudah terselenggara, wakil Eropa telah mengoleksi sepuluh trofi, selebihnya milik negara dari zona Conmebol. Artinya ada ketimpangan yang sangat kentara antara Eropa dan Amerika Latin dengan negara dari benua-benua lainnya.
Belum ada indikator yang menunjukkan penyelenggaraan kali ini akan lahir juara baru di luar benua tersebut. Walaupun katanya kini kekuatan sepak bola dunia semakin merata, tapi sulit untuk membayangkan akan ada juara dari wakil Asia, Afrika atau konfederasi lainnya.
Penyelenggaraan pesta sepak bola sejagad ini hanya dua kali diselenggarakan di luar Eropa dan Amerika Latin, yakni Korea Selatan &Jepang (2002) dan Afrika Selatan (2010). Wakil conmebol dan Eropa berbagi hasil, Brasil sukses menjadi wakil yang terbaik Korea-Japan, sedangkan wakil Spanyol menjadi wakil Eropa yang sukses di Afrika Selatan.
Sejarah mencatat, saat penyelenggaraan PD di kawasan Amerika latin maka yang menjadi juara adalah wakil-wakil Amerika latin. Sedangkan saat diadakan di Eropa, hanya Brasil wakil latin yang mampu tampil jadi yang terbaik di benua biru pada PD 1958 di Swedia.
Lalu pertanyaannya, saat penyelenggaraan PD kembali ke Amerika latin. Akankah wakil Eropa mampu berkuasa di Brasil? Saya kira berat. Juara akan tetap dari wakil conmebol dan Brasil jadi calon terkuat.
[caption id="attachment_317873" align="aligncenter" width="457" caption="Scolari (foto: conti-online.com"]
[/caption]
Keempat, Faktor pengalaman Scolari. Saat Brasil berjayadi Korea-Japan 2002, hal yang mungkin paling kita ingat adalah trio Ronaldo-Rivaldo-Ronaldinho (Ro-Ri-Ro). Trio inilah yang menjadi motor kesuksesan Brasil kala itu. Tapi ada satu nama yang tidak boleh kesampingkan, sosok itu adalah sang pelatih, Luiz Felipe Scolari. Lewat tangan dinginnya Brasil tampil indah dan mendapatkan mahkota kelima di Korea-Japan.
Setelah lama melalang buana, kini Big Phil -- julukan Scolari -- kembali ditunjuk menjadi pelatih tim Samba pada Januari tahun lalu menggantikan Mano Menezes yang dipecat. Di periode keduanya menangani Selecao ini Ia diharapkan mampu mengulangi kejayaan tahun 2002 lalu. Tugas berat menanti Scolari mengingat belum ada pelatih yang meraih PD sebanyak dua kali.
Paling tidak Scolari sudah mulai menjawab keraguan khalayak ramai. Datang disaat Brasil sedang terpuruk lewat hasil-hasil minor di pertandingan persahabatan. Scolari pun sukses meramu tim Samba kembali menjadi tim yang kuat dan disegani. Scolari juga berhasil memadukan antara pemain senior dan junior.
Peringkat FIFA Brasil yang sempat terpuruk ke angka ke 22 kini mulai merangkak naik. Juar Piala Konfederasi tahun lalu semakin mempertegas tangan dingin Big Phil. Ada kesamaan persiapan tim Samba kali ini dengan tim juara 2002, sama-sama lahir dan kuat dengan namanya kritik. Siapa tahu sejarah kan berulang. Selecao tampil memukau dan meraih mahkota keenamnya.
Nah, apakah anda sependapat?
=====
@Rizki Zulfitri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H