Lihat ke Halaman Asli

Ni Luh Surya Adnyani

Universitas Pendidikan Ganesha

Tri Hita Karana: Filsafat Hidup Bali dalam Sejarah, Kesejahteraan, Kepemimpinan, dan Kebhinekaan Indonesia

Diperbarui: 19 Juni 2024   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. THK dalam Perspektif Sejarah

Tri Hita Karana (THK) adalah konsep filosofis yang lahir dari budaya dan spiritualitas masyarakat Bali. Secara etimologis, "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, dan "Karana" berarti penyebab. THK mengajarkan tiga penyebab utama kesejahteraan dan kebahagiaan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), sesama manusia (Pawongan), dan lingkungan alam (Palemahan).

Sejarah THK dapat ditelusuri kembali ke masa kerajaan-kerajaan Bali di mana agama Hindu memainkan peran sentral dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip THK diterapkan dalam sistem sosial, keagamaan, dan lingkungan, dan terintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali seperti arsitektur, pertanian, dan upacara keagamaan. Salah satu contoh konkret adalah sistem irigasi subak, yang mencerminkan kerjasama dan keseimbangan antara manusia dan alam.

2. Makna Kesejahteraan/Kebahagiaan pada THK

Kesejahteraan atau kebahagiaan dalam konteks THK melampaui aspek material. Ia mencakup keseimbangan dan harmoni antara Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.

  • Parahyangan: Hubungan yang baik dengan Tuhan dicapai melalui praktik keagamaan yang khusyuk dan ikhlas, seperti sembahyang, upacara, dan ritual yang memperkuat spiritualitas individu dan komunitas.
  • Pawongan: Hubungan yang baik dengan sesama manusia diwujudkan melalui interaksi sosial yang positif, gotong royong, toleransi, dan rasa saling menghormati.
  • Palemahan: Hubungan yang baik dengan alam melibatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan, serta sikap yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya alam.

Makna kesejahteraan dalam THK menekankan pentingnya hidup sederhana, penuh rasa syukur, dan menciptakan kebahagiaan batin yang berasal dari keseimbangan hidup.

3. THK sebagai Filsafat Hidup dan Kearifan Lokal

Tri Hita Karana sebagai filsafat hidup mencerminkan kearifan lokal yang mendalam di Bali. Ini bukan hanya sekadar konsep, tetapi panduan yang mengarahkan cara hidup masyarakat Bali.

  • Arsitektur: Bangunan tradisional Bali dirancang dengan prinsip THK, menciptakan keseimbangan antara manusia, alam, dan unsur spiritual. Contoh ini terlihat dalam tata ruang pura yang harmonis dengan alam sekitarnya.
  • Pertanian: Sistem subak adalah contoh nyata penerapan THK, di mana petani bekerja sama dalam mengelola air irigasi dengan prinsip gotong royong, yang memastikan kesejahteraan bersama.
  • Seni dan Budaya: Seni tari, musik, dan upacara keagamaan Bali juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas, yang merupakan inti dari THK.

4. THK dan Prinsip Multikrasi

Prinsip multikrasi dalam THK mengedepankan penghargaan terhadap keberagaman dan pluralitas. THK mengakui bahwa setiap individu memiliki peran dan kontribusi dalam menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan mengedepankan harmoni antara Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan, THK mengajarkan pentingnya hidup bersama dalam perbedaan, saling menghargai, dan bekerja sama untuk kesejahteraan bersama. Prinsip ini memperkuat kohesi sosial dan mengurangi konflik antar kelompok.

5. THK sebagai Etika Kepemimpinan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline