Bismillah.
Dalam sebuah akun yang saya ikuti tiba-tiba ada sebuah puisi dari almarhum Joko Pinurbo (Jokpin) rahimahullah tentang sebuah perjalanan pulang. Lalu, kesadaran itu muncul ketika teman lainnya mengunggah cerita tentang beliau lainnya.
Diri ini yang memang tidak terlalu minat puisi karena makna abstraknya masih tidak paham apa yang terjadi. Kembali ada sebuah berita tentang berpulangnya beliau dan baru kemudian melihat akun instagram beliau, akhirnya memahami kesedihan dunia puisi Indonesia.
Saya tertarik berselancar terhadap akun beliau meskipun sedikit terlambat tetap memberikan hikmah. Karena dalam akun jokpin rahimahullah banyak puisi yang mengingatkan kembali atas kehidupan yang abadi sesungguhnya. Imajinasi yang bebas tapi tetap taufik-Nya tak pernah lepas, seperti apa yang terjadi pada saya ketika membaca puisi beliau.
Sebuah puisi dari beliau yang memberikan imajinasi untuk diri dalam ketaatan beribadah sebagai cita-cita. Karena salah satu waktu yang barakah adalah terlewati dengan diri mendekat kepada-Nya di waktu senja dengan zikir sore. Hikmah lain, atas taufik-Nya diri ini mampu bergerak menulis kembali karena cara beliau cerita dalam puisi begitu ringan dan sarat makna.
Kesendirian membuat mereka berlari
Berlari mencari kenikmatan lain dari kesendirian
Melewati samudra rela ditempuh
Apakah itu cukup?
Tidak, sampai kesadaran tentang kesendirian adalah sebuah nikmat.
Nikmat untuk belajar tentang ihsan