Malam ini adalah malam ke-19 Ramadan, rasanya baru kemarin awal Ramadan 1442 H dimulai pada 13 april 2021 berdasarkan sidang isbat Kemenag. Ramadan hari pertama yang cukup saya ingat adalah malam hari hujan di daerah tempat saya tinggal, sehingga saya taraweh sendiri kembali. Alhamdulillah pandemi 2020 telah mengajarkan untuk berlapang dada dalam beribadah di tengah kesendirian. Seperti kembali diajak bertanya apa tujuan beribadah jika teringat Ramadan pandemi 2020. Kita diberikan jarak untuk bersama orang lain, yang membuat saya memaknai ibadah saya bagaimana kalau sendirian. Mulai terbata atas ayat dalam salat yang tidak semuanya dihapal. Banyak memang pelajaran Ramadan pandemi 2020.
Ramadan 1442 H tetap masih dalam suasana pandemi, tapi kita harus mematuhi protokol kesehatan yang sudah mulai disosialisasikan bagaimana sebaiknya apabila tetap ingin beribadah bersama-sama kembali di masjid/mushala. Salah satu nikmat yang tanpa sadar Tuhan telah berikan untuk kita karena kesabaran hampir satu tahun lebih, Akhirnya, Dia memberi kemudahan untuk melaksanan Ramadan tahun. Bisa masuk kantor setiap hari, banyak yang berusaha berdagang lewat takjil di sore hari, dan pastinya bisa berjamaah untuk salat isya, taraweh, dan witir bersama imam di masjid.
Lalu tiba-tiba Ramadan 1442 H sudah berjalan lebih dari separuh. Apakah saya menyesal?jujur kemarin iya. Karena merasa belum bisa maksimal melaksanakan perintah-Nya dalam beribadah di bulan penuh berkah ini. Sudah mencoba menyusun target Ramadan, tapi tetap hawa nafsu dalam diri cukup besar. Memang menaklukan diri sendiri itu tidak mudah. Ketika dalam keadaan kecewa terhadap diri sendiri, Dia mendatang petunjuk untuk segera kembali bangkit lewat video singkat dari Ustad Nouman Ali Khan. Make smaller goals. Ya buatlah target lebih rendah. Apa yang diilustrasikan oleh Ustad Nouman sangat realistis untuk diterima.
"Tujuan Anda saat ini bukan untuk melihat seluruh lautan. Tujuan Anda saat ini hanya berpegangan pada papan kecil itu dan mulai mengayuh. Anda tidak diminta menyeberangi samudra atlantik, Anda hanya diminta bertahan di perairan itu sebentar. Kemudian kita kan mengambil langkah kecil lagi, lalu langkah kecil berikutnya."
Setelah mendengar kalimat itu, saya merasa kembali kuat untuk bangkit. Petunjuk pertama dari Tuhan adalah saya kembali diberi kesadaran bahwa tetap berpegangan dalam petunjuk-Nya itu bisa dimulai lewat langkah kecil. Taat itu berat, tapi saya masih belum bisa membayangkan tidak hidup maupun mati di neraka nanti. Kalimat Ustad Nouman tentang berpegangan pada papan kecil saya ilustrasikan dalam kegiatan harian. Ketika bisa melewati seharian ini sesuai apa yang dibutuhkan dan diberi kelancaran oleh-Nya bagi saya sebuah keberkahan untuk bertahan dalam dunia ini.
Ketika bangun terlambat, dan diri ini mulai kecewa karena terhadap diri sendiri. Dan mulai mengingat hari sudah siang tapi masih banyak yang perlu dilakukan, itu terasa berat. Akan tetapi, setelah berusaha lewat langkah kecil, sesederhana untuk tidak datang terlambat meskipun bangun agak terlambat. Lalu, bekerja semaksimal mungkin hari itu, hingga nanti jam kantor berakhir. Jangan lupa untuk bertegur sapa terhadap orang yang berinteraksi dengan kita. Misal, berterima kasih atas bantuan cek suhu oleh satpam kantor. Beberapa langkah kecil tersebut membuat saya tenang dan bersemangat kembali untuk meraih cita-cita lain yang lebih besar. Meninggalkan dunia dalam keadaan baik. Aamiin
untuk video lengkapnya, ada di bawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H