Lihat ke Halaman Asli

Nabila Fariha Hanim

Mahasiswa Universitas Airlangga

Menelusuri Jejak Alam: Potensi Tak Terbatas Bahan Alam dalam Kefarmasian

Diperbarui: 21 Juni 2024   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sediaan farmasi berupa obat merupakan salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Obat umumnya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bahannya, yaitu obat sintesis dan obat herbal. Obat sintesis adalah obat yang memiliki kandungan berupa campuran bahan kimia atau bahan alam yang diolah secara modern (Harmanto, 2007), sedangkan obat herbal adalah obat yang terbuat dari bahan alam yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat dikonsumsi untuk mengobati penyakit tertentu.

Pada era modern ini, pemanfaatan obat herbal tak kalah dari obat sintesis. Hal ini disebabkan karena adanya anggapan dari masyarakat bahwa obat herbal jauh lebih aman ketika digunakan karena bahannya bersifat alami. Namun, apakah benar yang alami selalu lebih aman? Pengobatan tradisional telah dipraktikkan selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Contoh dari pengobatan tradisional yang telah mendunia adalah pengobatan China dan Korea. 

Salah satu contoh nyata dari implementasi pengobatan tradisional yang telah ada sejak bertahun-tahun yang lalu adalah penemuan artemisinin pada tahun 1960-an. Pada saat itu, China membantu Vietnam dalam mengatasi penyakit malaria yang terjadi setelah adanya perang Vietnam. Pemerintah China melakukan penelitian mengenai obat malaria dan menemukan artemisin yang didapatkan dari Artemisia annua L. Artemisin memiliki tingkat efektivtas yang tinggi, efek yang cepat, dan tingkat toksisitas yang rendah daripada obat malaria lain yang ada pada saat itu. 

Hal ini membuktikan bahwa bahan alam dapat merupakan penemuan besar yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menciptakan obat baru. Dalam pelaksanaannya, awalnya pengobatan tradisional ini dilakukan hanya dengan mengolah bahan alam secara sederhana seperti mengeringkan atau merebus untuk mendapatkan ekstraknya. 

Namun, seiring dengan perkemangan teknologi, pengolahan bahan alam sebagai kandungan obat ini dilakukan melalui proses yang panjang dan terstandar. Hal ini disebabkan karena tidak semua bahan alam bersifat non-toksik apabila langsung dikonsumsi tanpa adanya proses pengolahan yang baik dan uji klinis.

Keberadaan dari bahan alam ini memegang peranan penting dalam industri farmasi. Adanya kesulitan untuk menemukan bahan kimia sintetik merupakan salah satu alasan mengapa bahan alam merupakan faktor penting dalam pengembangan obat. Bahan sintetik umumnya sangat sulit diciptakan karena sifatnya yang tidak tersedia di alam dan dapat memiliki efek samping yang merugikan. 

Namun, bahan alam terutama tumbuhan dapat menjawab tantangan tersebut. Tumbuhan memiliki keanekaragaman struktur kimia dan komponennya yang menyebabkan adanya aktivitas biologis yang mirip dengan obat. Bahan alam memiliki banyak kandungan fitokimia yang memiliki efek farmakologi seperti alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. 

Salah satu contoh dari manfaat kandungan fitokimia adalah kurkumin dalam kunyit Curcuma longa) yang mampu mengurangi produksi sitokin dan kemokin serta mengontrol inflamasi dengan cara meregulasi gen yang terkait dengan stres oksidatif.

Baik bahan alam maupun sintesis, keduanya tidak menutup kemungkinan memiliki kekurangan dalam penerapan efek farmakologisnya. Untuk meningkatkan eksistensi dari bahan alam sebagai bahan obat, maka para peneliti harus menghadapi banyak tantangan dan penelitian untuk menciptakan obat-obat baru dengan kandungan fitokimia yang sudah diuji dengan standar yang berlaku. 

Dengan berbagai keanekaragaman komponen dan komplesitas strukturnya, bahan alam memang cukup sulit dan lama untuk dapat disintesis menjadi sebuah obat. Namun, dengan adanya perkembangan teknologi, para ilmuwan dapat menggunakan hal tersebut sebagai sarana untuk terus menemukan obat-obat baru yang sekarang belum tersedia untuk berbagai penyakit.

Referensi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline