Islamofobia. Kata itu untuk pertama kalinya secara sadar aku telusurin di usia 22 tahun. Bermula dari satu buku yang berjudul "Love From A to Z" karya S.K.Ali.
Ternyata kisah cinta antara dua manusia yang diungkapkan S.K Ali dalam novelnya berlatar belakang kejadian nyata yang dialami sebagian besar umat muslim dunia. Bagian ini yang menurutku membuat novel Love from A to Z punya daya pikat tinggi. Bisa dikatakan seperti ini: suatu kejanggalan dan itu relate, that is the point.
Rasa takut, marah, sedih, pasrah, seketika memenuhi pikiranku ketika aku sadar tentang kebencian. Maksudnya, kebencian terhadap islam yang terus menerus ada dan bertumbuh. Perspektif bahwa islam itu teroris, tidak menghargai hak asasi manusia, dan orang-orang yang disebut muslim di labeli suka kekerasan dan perpecahan adalah bentuk Islamofobia yang diceritakan di novel ini.
Islamofobia ada dimana-mana termasuk institusi pendidikan. Sadar atau tidak terkadang kita digiring untuk menganalisis suatu isu yang ujung-ujungnya malah menuduh islam sebagai sumber masalahnya. Sayang jika kita seorang muslim tapi tidak sadar akan hal itu. Juga sangat disayangkan jika ternyata kita sadar tapi takut untuk bersuara dan membela keyakinan kita yang jelas benar. Lebih-lebih disayangkan lagi ni jika rasa takut itu justru membuat kita terpengaruh hingga mempertanyakan kebenaran akan islam itu sendiri.
Novel ini memang lah menceritakan kisah cinta, tapi karakter yang dijadikan tokoh utama novel ini membuat kita bersemangat untuk mencari tau keadilan semacam apa yang harusnya ada di dunia ini. Begitu menurutku.
Saat mencari informasi tentang Islamofobia, pencarian teratas yang muncul adalah kejadian pembakaran Al-Qur'an di Swedia. Masalahnya aksi itu justru dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi individu dan itu dinamakan HAM. Well, kita tidak boleh melanggar hak orang untuk mengutarakan pendapatnya? ya aku pun setuju kalau hak itu melekat pada tiap-tiap orang. Tapi, apakah hak itu tidak bisa dibatasi untuk hak orang lain?
Sejauh yang mampu aku pahami selama belajar hukum hak itu dapat dibatasi dan membatasi. Kalau di pikir-pikir ya, ummat islam itu populasinya sangat banyak. Lantas apakah hak orang-orang yang telah memilih mengimani Al-Qur'an sebagai petunjuk hidupnya ini boleh diabaikan begitu saja? Tentu saja tidak.
Karena itu, harusnya kejadian seperti pembakaran Al-Qur'an itu tidak bisa dibenarkan dengan dalih HAM maupun dengan alasan pembenar lainnya. Apalagi nilai toleransi dalam pemahaman universal yang seharusnya menjadi cara perdamaian dunia itu diwujudkan masih eksis dan diakui sampai saat ini.
Intinya disini aku ingin memperkenalkan satu referensi bacaan untuk menumbuhkan semangat anti Islamofobia. Coba deh baca buku Love From A to Z karya S.K Ali. Aku rasa genre nya dibuat romance biar ga menoton untuk anak muda dalam memahami isu Islamofobia.
Novel ini juga punya nilai plus (menurutku) dibagian latar belakang karakter yang berasal dari negara berbeda dan mereka sedang menempuh pendidikan di negara berbeda dengan negara asalnya. Jadi fakta yang diceritakan lebih menyeluruh gitu.
Terakhir, novel ini kurangnya cuman satu yaitu ceritanya kurang komplit dibagian endingnya eheheh mungkin karena ada novel lanjutannya ya.