Lihat ke Halaman Asli

Kang Miftah

Kontributor Kompasiana

Gelandangan Ini Tanggung Jawab Siapa?

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14267542251205188919

[caption id="attachment_404021" align="aligncenter" width="667" caption="Koleksi Foto Pribadi"][/caption]

Hari ini, Kamis 19 Maret 2015, sejak pagi buta saya sudah berangkat dari rumah dan terpaksa harus menggunakan jasa angkutan umum untuk sampai ke stasiun Bogor, karena kendaraan roda dua yang biasa saya gunakan, hampir seminggu lebih masuk bengkel. Akhirnya angkot nomor 15 saya pilih untuk bisa sampai kesana.

Tepatnya di depan PGB (Pusat Grosir Bogor), waktu di HP telah menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit, dan saya bergegas turun dari angkot lalu berjalan kaki menyusuri jalanan Raden Ajeng Kartini hingga pertokoan Irama Nusantara.

Kurang lebih dua puluh meter sebelum jembatan merah, saya melihat seorang ibu paruh baya bersama dua bocah kecil tengah duduk di atas terpal warna biru sambil menyisir rambutnya yang basah. Satu anak sedang asyik makan pop corn sementara bocah satunya lagi masih tidur posisi meringkuk. Kemungkinan besar mereka adalah para gelandangan yang biasa nyapir (meminta minta) di area stasiun Bogor dan malam harinya emperan toko itu mereka gunakan sebagai tempat peristirahatan.

Waktu saya lewat di depan mereka, hati ini langsung membatin, tiba tiba dibenak saya terlintas bayangan kedua anak kami, Habibi dan Azka yang saat itu mungkin mereka berdua sedang tertidur lelap, usia anak kami sepertinya tidak terpaut jauh dengan kedua bocah polos yang duduk di terpal biru itu.

Untuk Habibi dan Azka, “alangkah bersyukurnya kalian nak, ketika hidup dizaman serba sulit seperti sekarang ini, kalian berdua masih bisa menghirup udara kebebasan, bisa merasakan nikmatnya tidur di kasur empuk, dapat makan sesuka hati dan pergi berekreasi kapan saja kalian mau.

Sementara di luar sana, ada banyak bocah kecil seusia mu yang sedang berjuang mengadu nasib hingga mengharuskan tidur di emperan toko dengan hanya berselimut awan dan beralaskan koran, kalau hujan mereka kehujanan, saat panas kepanasan. Tahu kah nak, mereka setiap hari untuk menutupi tubuh cukup berpakaian seadanya, hari harinya berjibaku melawan panas terik dan belaian deru lengkingan knalpot. Bahkan untuk dapetin makan pun sulit!!

Jujur, di titik ini saya tidak dapat berbuat banyak. Sambil meneruskan perjalanan menuju stasiun bogor, saya cuma bisa berkhayal “seumpama di negeri ini ada seorang pemimpin yang sungguh sungguh memperjuangkan amanah Undang Undang khususnya pasal 34 ayat 1 yang didalamnya berbunyi “fakir miskin dan anak anak terlantar diperlihara oleh Negara”, mungkin kedua bocah kecil itu nasibnya akan jauh lebih beruntung, sayangnya pasal diatas masih sebatas formalitas dan hanya menjadi hafalan wajib bagi siswa siswi sekolah dasar.

Salam santun,

Jakarta, 19/03/2015

Kang Miftah






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline