Lihat ke Halaman Asli

Kang Miftah

Kontributor Kompasiana

Anak Kampung Berprestasi Itu Bernama Ibnu Sina

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423121533209817636

Foto Koleksi Pribadi/Ibnu Sina

Nama lengkapnya Ibnu Sina. Ia merupakan keponakan penulis, yaitu putra pertama pasangan ibu Sugiarti dan Syarif Hidayat yang lahir dari keluarga sederhana. Anak kampung yang kini duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 ini penulis kenal sebagai pribadi kalem dan gak banyak ngomong. Namun dibalik kekalemannya itu, tak disangka ibnu kecil punya prestasi membanggakan terkhusus bagi kedua orang tuanya. Tepatnya tanggal 9 hingga 11 Januari 2015, Ia telah berhasil menyingkirkan 78 lawan pesaingnya diajang kejuaraan karate tingkat kabupaten dan prestasi tersebut murni hasil jerih payah sendiri. Yang bikin penulis kagum, diam diam uang jajan yang selama ini di berikan oleh kedua orangtuanya, ia tabung untuk membiayai iuran kursus silat dan mengantarkan dirinya ke pintu gerbang juara. Menarik bukan?

Penulis mengetahui hal itu ketika berkunjung ke rumah Ibnu pada Sabtu, 31 Januari 2015. Tidak seperti biasanya, dinding rumah di ruangan tamu tempat Ibnu bermukim yang biasa terlihat cat biru polos dan hanya menempel satu bingkai foto keluarga, saat itu sedikit berbeda. Disana terlihat menggantung sehelai medali warna emas bertuliskan “Kejuaraan Karate Ciomas Cup” dan satu lembar piagam penghargaan. Dalam piagam tersebut tertulis “Juara 1 Karate” dan nama Ibnu Sina tercantum didalamnya. Sesaat penulis tertegun sembari bertanya dalam hati, apa mungkin bocah SD yang selama ini penulis kenal sebagai sosok pendiam bisa menjuarai lomba karate?

1423121588124219273

Foto Medali Hasil Perjuangan Ibnu


Masih dalam suasana penuh tanya, penulis lalu mencoba ngobrol dengan ibunda Ibnu yang tak lain adalah kakak ketiga penulis. Menurut pengakuannya, selama ini beliau tidak pernah secara khusus mengarahkan anaknya atau membugetkan dana untuk keperluan tambahan apalagi biaya kursus silat. “Ibnu itu kursus gak bilang bilang. Dari urusan daftar, sampe bayar iuran bulanan silat selama ini (25.000/bulan) pake uang sendiri yang di kumpulkan dari sisa uang jajan, sementara untuk biaya pendaftaran lomba kemarin dibayarin sama guru silatnya” pungkas beliau.Maklumlah untuk membiayai hidup sehari hari saja dari penghasilan sang suami yang berprofesi sebagai montir pompa air dirasa lumayan berat.

Mendengar cerita ibunda ibnu, batin penulis seketika mendidih. Anak pertama dari tiga bersaudara yang bersekolah di pelosok Sela awi ini bagi saya tidak boleh dipatahkan semangat hidupnya, terlebih dalam urusan pendidikan. Sembari menghela napas panjang lalu penulis coba membesarkan hati si kaka. Saya meyakinkan kepadanya bahwa hidup itu seperti roda berputar. Hari ini susah besok gak tau kita akan seperti apa. Karena bagi Tuhan, merubah nasib seorang hamba adalah perkara mudah. Termasuk dalam urusan prestasi, semua manusia punya hak yang sama untuk merengkuhnya tanpa melihat dari kasta mana ia berasal. Dalam ungkapan arab kita mengenalnya dengan istilah “Manjadda Wajjada” yang artinya siapa bersungguh sungguh maka dia akan berhasil.

Menyoal kesaktian kalimat manjadda wajadda ini, dua contoh manusia hebat yang di angkat derajatnya oleh Allah karena kesungguhan usahanya, sudah cukup kiranya ibunda ibnu  jadikan sebagai patokan. Berangkat dari kalangan masyarakat miskin seperti Hayono Himawan, warga kampung cibanggala Subang yang belakangan turut menghebohkan jagad pertelevisian, seorang anak penderita thalassemia bisa menjadi siswa berprestasi di sekolahnya. Atau wanita cantik bernama Dina Bakti Pertiwi, peraih Unas tertinggi di provinsi Jawa Timur, ia seorang gadis yatim, ibunya bekerja sebagai penjual pecel dan pembantu rumah tangga bahkan sempat terancam tak bisa kuliah karena tak ada biaya. Tapi berbekal tekad kuat dari kedua orangtuanya mendorong mimpi besar sang anak untuk maju, di tunjang oleh semangat anak yang tak kenal menyerah maka cita cita sang anak bisa terwujud.

Dari rentetan kisah hidup anak adam, masih banyak contoh manusia lain yang lahir dari golongan miskin tapi ia berhasil menjadi tokoh hebat dan mampu membawa harum keluarga serta negeri tercintanya. Kedua sample tadi barangkali hanya segelintir kisah saja yang bisa dijadikan patokan bagi ibnu kecil khususnya dan kita pada umumnya. Dan secara pribadi, penulis menaruh harapan besar semoga kelak sosok sosok seperti ibnu ini bisa mendapatkan tempat yang layak dalam mengembangkan potensi dirinya serta insan persilatan Indonesia bisa melirik bakat terpendam yang dimiliki seorang anak desa bernama Ibnu Sina.

Jakarta, 05/02/2015

Salam santun





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline