Lihat ke Halaman Asli

M. Taufiqurrahman

Guru dan Mahasiswa Doktor Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan: Pilar Utama dalam Membangun Demokrasi yang Berkeadilan

Diperbarui: 2 Desember 2024   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Upacara PMI Dea Malela (Sumber: PMI Dea Malela)

Dalam konteks masyrakat modern, demokrasi tidak lagi hanya dimaknai dengan sebuah mekanisme pemerintahan, tetapi telah berkembang menjadi sebuah budaya yang menuntut kesadaran, keterlibatan yang aktif, serta tanggung jawab individu sebagai warga negara. 

Demokrasi yang ideal tercipta ketika masyarakat memiliki pemahaman yang holistik dan komprehensif tentang hak, kewajiban serta peran masyarakat dalam menyelaraskan antara kebebasan individu dengan kepentingan bersama.

Pendidikan berperan bukan hanya sebagai sarana mentransfer ilmu pengetahuan saja melainkan sebagai sarana untuk pembentukan moralitas, dan tanggung jawab sosial. Pendidikan dapat berperan menjadi inkubator demokrasi yang menjadi pondasi utama untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi, mendorong kesadaran dalam pengambilan keputusan, dan meningkatkan literasi kewarganegaraan. 

Melalui Pendidikan, anak-anak dipersiapkan untuk memahami, mengapresiasi, dan berkontribusi secara aktif terhadap keberlangsungan demokrasi yang adil dan inklusif. Minsalnya dalam konteks pembelajaran didalam kelas, guru dapat mengarahkan diskusi kelompok terkait isu sosial, seperti keberagaman budaya. Siswa dilatih menyampaikan pendapat, mendengarkan pandangan lain, dan mencari solusi secara adil. 

Proses ini membantu mereka dalam memahami nilai-nilai luhur demokrasi, seperti mampu menghargai perbedaan, melihat persoalan dari berbagai perspektif, dan belajar dalam mengambil keputusan yang inklusif.

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal, kurikulum harus dirancang secara cermat. Kurikulum tersebut harus mampu mengintegrasikan aspek pendidikan karakter, kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah, dan kerja sama dalam kelompok. Namun sangat disayangkan pada pendidikan formal saat ini terlalu fokus pada aspek akademik, seperti pencapain nilai ujian dan terpenuhinya target kurikulum. 

Sehingga pengajaran nilai-nilai demokrasi kerap terabaikan. Oleh karena itu, integrasi pendidikan dan demokrasi perlu diperkuat, misalnya dengan pendekatan interaktif dalam pembelajaran. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya memahami konsep demokrasi secara teori, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Keberhasilan demokrasi dapat diukur dari tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan di ranah publik. Partisipasi ini tidak hanya melibatkan aktivitas seperti memberikan suara dalam pemilu, tetapi aktif terlibat dalam diskusi publik yang menyumbang ide-ide yang sifatnya membangun serta melakukan pengawasan pada kebijakan-kebijakan pemerintah. 

Agar partisipasi masyarakat dapat terjadi secara bijak, literasi kewarganegaraan menjadi kunci utama yang harus dikuasai. Literasi kewarganegaraan yang dimaksud adalah pemahaman terhadap sistem politik, struktur pemerintahan, hak dan kewajiban sebagai warga negara,serta kemampuan menganalisis terhadap isu kritis yang mempengaruhi kehidupan publik. 

Namun, di era digital saat ini, membangun literasi kewarganegaraan menghadapi tantangan yang kompleks dan dinamis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline