Lihat ke Halaman Asli

Ihza Djakaria

Dosen FK UNG

Merokok: Ancaman Nyata bagi Kesehatan dan Lingkungan

Diperbarui: 10 September 2024   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi: Es Coklat Impian, Yogyakarta (Dokumentasi Pribadi)

Saat sedang membuka smartphone saya, lewat sebuah kisah pilu yang dimuat di situs resmi Kementerian Kesehatan RI. Saya tertarik untuk membacanya, kisah itu menceritakan tentang seorang ibu yang menumpahkan rasa sedihnya di akun media sosial Facebook pada tahun 2019. Judul tulisannya "Jagoanku Pergi ke Surga", meski saat saya menelusuri link sumber cerita, status tidak tersedia lagi. Isi tulisan di situs itu menceritkan seorang ibu yang kehilangan anak berusia satu bulan karena dokter mendiagnosis pneumonia berat diduga akibat terpapar asap rokok tamu saat keluarga menyelenggarakan acara akikah. Dua hari setelah acara, bayi mengalami batuk dan sesak napas, walau dokter sudah memberikan obat dengan maksimal, tidak ada tanda-tanda perbaikan. Akhirnya anak malang tak berdosa itu harus meregang nyawa.

Bayi malang itu lahir tahun 2017, hari ini dia berusia sekitar tujuh tahun. Usia yang seharusnya setiap pagi bersemangat menggandeng tas untuk menuju ke sekolah, usia yang mulai mencoba berinteraksi dan berkenalan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya, dan tentu saja usia yang setiap hari memberikan senyuman mekar ayah bunda. Namun, itu semua tidak mungkin dirasakan oleh anak ini. Juga anak-anak lain yang mengalami nasib serupa. Beberapa waktu lalu viral di platform X, seorang bapak yang menyesal karena sering merokok di dekat anak yang akhirnya menyebabkan anaknya dirawat di RS karena sesak dan batuk. Bukan cuma itu, saya pun sering menemui kejadian yang sama, dalam praktik sehari-hari sebagai dokter, sering mendapatkan anak kecil terdiagnosis pneumonia dan mayoritasnya karena sering terpapar asap rokok.

Kita sering membaca dan mendengar bahwa merokok membunuhmu, setidaknya kita bisa mendapatkan tulisan ini di kemasan rokok tahun 2013 hingga 2018. Namun yang sering dikesampingkan adalah merokok pada kenyataannya juga membunuh orang-orang di sekitar kita. Tidak kenal siapa, termasuk orang-orang yang kita sayangi. Bukan tidak mungkin, hanya karena rokok kita harus membuat orang-orang yang menjadi sumber kebahagiaan kita menderita. Tidak salah kemudian pemerintah menambahkan pesan peringatan di kemasan rokok sejak November 2018, "Rokok Merenggut Kebahagiaan Saya Satu per Satu."

Memberikan paparan rokok kepada orang lain atau perokok pasif mencakup asap yang dikeluarkan dari perokok dan asap yang berasal dari tembakau yang dibakar. Kedua asap itu setidaknya mengandung kurang lebih 7000 bahan kimia dan 70 zat penyebab kanker. Walau kebanyakan perokok aktif adalah laki-laki, akan tetapi dampak rokok pasif paling banyak dirasakan oleh perempuan dan anak-anak.  Artikel ilmiah kesehatan banyak menyebut para perokok pasif dapat menderita kerusakan jantung dan pembuluh darah, serta secara signifikan meningkatkan risiko stroke. Itu pada sistem jantung dan peredaran darah, belum lagi dampak rokok yang menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Para ibu hamil dan istri tercinta di rumah yang menjadi perokok pasif pun tidak bebas dari dampak buruk rokok, melahirkan anak yang tidak sempurna dapat menjadi ancaman.

Tidak cukup itu, para perokok punya banyak "catatan dosa" bagi lingkungan dan negara. Dalam penelitian para ilmuwan, rokok sering kali disejajarkan dengan polusi udara dan mereka banyak mengkaji hubungan keduanya dengan beberapa penyakit saluran napas. Pada tahun 2022, Badan Kesehatan Dunia WHO mengungkap setiap tahun industri tembakau memberi dampak kerugian pada 8 juta nyawa manusia, 600 juta pohon, 200.000 hektar lahan, 22 miliar ton air, dan memproduksi 84 juta ton karbon dioksida. Juga, Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke empat di dunia memiliki beban penyakit karena rokok yang cukup besar. Data Kementerian Kesehatan tahun 2014 menyebut penyakit akibat rokok ini merugikan negara sekitar 240 triliun rupiah sementara Kementerian Keuangan tahun 2022 menyebut pajak cukai tembakau yang diharapkan hanya sejumlah 172,3 triliun rupiah. Pernyataan-pernyataan di atas menyatakan bahwa rokok jauh lebih merugikan dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan.

Dengan beberapa pemaparan di atas, saya ingin mengajak diri saya dan pembaca untuk melakukan refleksi, bahwa merokok bukan hanya pilihan personal. Merokok jauh lebih besar dari pada sekadar menjadikan ia sebagai urusan privasi yang tidak boleh dicampuri orang lain, rokok adalah urusan publik yang memerlukan tindakan kolektif dari berbagai pihak. Para pembuat kebijakan harusnya meninjau kembali dan memperkuat regulasi terkait peredaran dan konsumsi rokok. Karena perilaku masyarakat dapat dengan mudah berubah karena sistem yang berjalan dengan baik dan yang memiliki kewenangan membuat sistem adalah para pemangku kebijakan publik. Para petugas kesehatan masyarakat juga harus makin gencar meningkatkan upaya penyuluhan bahaya rokok, upaya ini harus menyasar seluruh kalangan baik di perkotaan maupun pedesaan.

Bagi para perokok, mari berjuang melawan kecanduan nikotin. Mulai dengan langkah-langkah kecil, cari dukungan dan komunitas yang bisa memberikan motivasi untuk berhenti merokok, serta manfaatkan semua peluang-peluang positif untuk berhenti merokok. Anda tidak sendiri, percayalah bahwa banyak yang berhasil melalui semua ini.

Akhirnya, saatnya kita menyatukan suara dan tindakan untuk membebaskan diri dari belenggu asap rokok yang mencekik. Semua kita lakukan demi orang-orang yang kita kasihi, demi lingkungan tempat anak cucu kita akan mengais rezeki di masa mendatang, dan demi negeri yang kita cintai sepenuh hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline